Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Selasa, 15 Februari 2011

W A K A F



A. Definisi

فقه السنة - (ج 3 / ص 515) : الوقف تعريفه : الوقف في اللغة : الحبس. يقال : و قف يقف وقفا أي حبس يحبس حبسا. و في الشرع : حبس الاصل و تسبيل الثمرة.أي حبس المال وصرف منافعه في سبيل الله.

Wakaf (Waqf) di dalam bahasa Arab berarti habs (menahan). Dikatakan و قف يقف وقفا (waqafa-yaqifu-waqfan) artinya حبس يحبس حبسا ( habasa – yahbisu-habsan). Dan menurut istilah syara', wakaf berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah.



B. Macam-macamnya

فقه السنة - (ج 3 / ص 515) : أنواعه : و الوقف أحيانا يكون الوقف على الاحفاد أو الاقارب و من بعدهم إلى الفقراء، و يسمى هذا بالوقف الاهلي أو الذري. و أحيانا يكون الوقف على أبواب الخير ابتداء و يسمى بالوقف الخيري.

Wakaf itu adakalanya untuk anak cucu atau kaum kerabat dan kemudian sesudah mereka itu untuk orang-orang fakir. Wakaf yang demikian ini dinamakan wakaf ahli atau wakaf dzuri (keluarga). Dan terkadang wakaf itu diperuntukkan bagi kebaikan semata-mata, wakaf yang demikian dinamakan wakaf khairi (kebaikan).



C. Dalil-dalilnya

فقه السنة - (ج 3 / ص 515) : مشروعيته : و قد شرع الله الوقف وندب إليه و جعله قربة من القرب التي يتقرب بها إليه، و لم يكن أهل الجاهلية يعر فون الوقف و انما استنبطه الرسول صلى الله عليه وسلم و دعا إليه و حبب فيه برا بالفقراء و عطفا على المحتاجين.

Allah I telah mensyariatkan wakaf, menganjurkannya dan menjadikannya sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepadaNya. Orang-orang jahiliyah tidak mengenal wakaf; akan tetapi wakaf itu diciptakan dan diserukan oleh Rasulullah r karena kecintaan beliau kepada orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan.

صحيح مسلم - (ج 8 / ص 405/ح 3084) و سنن أبي داود - (ج 8 / ص 76/ح 2494) و سنن الترمذي - (ج 5 / ص 243/ح 1297) و سنن النسائي - (ج 11 / ص 424/ح 3591) و مسند أحمد - (ج 18 / ص 31/ح 8489) و صحيح ابن حبان - (ج 13 / ص 27/ح 3080) و صحيح ابن خزيمة - (ج 9 / ص 132/ح 2297) و مستخرج أبي عوانة - (ج 11 / ص 447/ح 4707) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 13 / ص 221/ح 6326) : حَدَّ ثَنَا يَحْيَى بْنُ أَ يُّوبَ وَ قُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَ ابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّ ثَنَا إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنِ الْعَلاَ ءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ } إِذَ ا مَاتَ اْلإِ نْسَانُ اِ نْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَ ثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَ لَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ {

Dari Abu Hurairah t, bahwa Rasulullah r bersabda : "Bila manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan kepadanya".

(Keterangan : diantara makna sedekah jariyah : bisa juga untuk wakaf diantaranya).

سنن ابن ماجه - (ج 1 / ص 281/ح 238) : حَدَّ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ وَهْبِ بْنِ عَطِيَّةَ حَدَّ ثَنَا الْوَ لِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّ ثَنَا مَرْزُوقُ بْنُ أَبِي الْهُذَ يْلِ حَدَّ ثَنِي الزُّهْرِيُّ حَدَّ ثَنِي أَ بُو عَبْدِ اللَّهِ اْلأَغَرُّ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ } إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْ مِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَ حَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْ تِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَ نَشَرَ هُ وَ وَ لَدً ا صَالِحًا تَرَكَهُ وَ مُصْحَفًا وَ رَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا ِلا بْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرً ا أَجْرَ اهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَ حَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْ تِهِ {

Dari Abu Hurairah t, bahwa Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya diantara apa yang dijumpai oleh seorang mu'min dari amalnya dan kebaikannya setelah dia mati itu adalah ilmu yang disebarkannya, anak shaleh yang ditinggalkannya, mushahaf yang diwariskannya, mesjid yang didirikannya, rumah yang didirikannya untuk ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan), sungai yang dialirkannya, atau sedekah yang dikeluarkan dari hartanya di waktu sehat dan hidupnya, semua dia jumpai pahalanya sesudah dia mati.

(Keterangan : harta atau barang apapun yang digunakan untuk kepentingan masyarakat banyak termasuk wakaf didalamnya).

Imam Suyuthi juga membuat sajak tentang wakaf pada saat itu, yang diperlukan masyarakat dengan sepuluh kepentingan :

فقه السنة - (ج 3 / ص 517) :إذا مات ابن آدم ليس يجري * عليه من فعال غير عشر * علوم بثها و دعاء نجل * و غرس النخل و الصد قات تجري * و راثة مصحف و رباط ثغر * و حفر البئر أو إجراء نهر * و بيت للغريب بناه يأو ي * إليه أو بناء محل ذكر *

Bila anak Adam telah mati tiada mengalir baginya pahala ; Kecuali datri sepuluh perkara ; Ilmu yang disebarkannya, doa anak yang dididiknya ; Pohon kurma yang ditanamnya, sedekah jariyahnya ; Mushhaf yang diwariskannya, tempat berlindung yang dibangunnya ; sumur yang digalinya, sungai yang dialirkannya ; Tempat penampungan orang bepergian yang didirikannya ; Tempat Ibadah yang disediakannya.

(Keterangan : Jadi wakaf bisa dikumpulkan dengan dana sendirian atau dana gotong royong dari masyarakat untuk kepentingan masyarakat banyak dan membangun atau mengadakan fasilitas yang dibutuhkan untuk kepentingan masyarakat banyak).

Contoh-contoh wakaf zaman Rasulullah r:

صحيح البخاري - (ج 9 / ص 323/ح 2564) و صحيح مسلم - (ج 3 / ص 114/ح 816) و سنن أبي داود - (ج 2 / ص 39/ح 383) و سنن النسائي - (ج 3 / ص 111/ح 695) و مسند أحمد - (ج 26 / ص 278/ح 12731) : حَدَّ ثَنَا مُسَدَّ دٌ حَدَّ ثَنَا عَبْدُ الْوَ ارِثِ عَنْ أَبِي التَّيَّا حِ عَنْ أَ نَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ } أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِبِنَاءِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ يَا بَنِي النَّجَّارِ ثَامِنُو نِي بِحَائِطِكُمْ هَذَ ا قَالُوا لاَ وَ اللَّهِ لاَ نَطْلُبُ ثَمَنَهُ إِلاَّ إِلَى اللَّهِ {

Dari Anas t, dia berkata : Ketika Rasulullah r dating ke madinah dan memerintahkan untuk membangun mesjid, beliau berkata : "Wahai Bani Najar, apakah kamu hendak menjual kebunmu ini?". Mereka menjawab : "Demi Allah, kami tidak meminta harganya kecuali kepada Allah I".

(Keterangan : maksudnya diberikan kepada Rasulullah r supaya kebun tersebut dijadikan masjid sebagai wakaf dari Bani Najir)

سنن الدارقطني - (ج 10 / ص 245/ح 4500) : حَدَّ ثَنَا الْقَا ضِى الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْمَا عِيلَ وَ أَحْمَدُ بْنُ عَلِىِّ بْنِ الْعَلاَءِ قَالاَ حَدَّ ثَنَا الْقَاسِمُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمَرْوَزِىُّ حَدَّ ثَنَا عَبْدَ انُ حَدَّ ثَنَا أَبِى حَدَّ ثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِى إِسْحَاقَ عَنْ أَبِى عَبْدِ الرَّ حْمَنِ السُّلَمِىِّ أَنَّ عُثْمَانَ قَالَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه و سلم - قَالَ } مَنْ حَفَرَ بِئْرَ رُو مَةَ فَلَهُ الْجَنَّةُ. قَالَ فَحَفَرْ تُهَا {

Dari Utsman bin Affan t, dia berkata bahwa sesungguhnya dia mendengar Rasulullah r berkata : "Barang siapa menggali sumur Raumah maka baginya Syurga". Utsman bin Affan t berkata : "Maka sumurpun aku gali".

فقه السنة - (ج 3 / ص 518) : و في رواية للبغوي : " أنها كانت لرجل من بني غفار عين يقال لها رومة، و كان يبيع منها القربة بمد، فقال له النبي صلى الله عليه و سلم : تبيعنيها بعين في الجنة؟ فقال : يا رسول الله، ليس لي و لا لعيالي غيرها. فبلغ ذلك عثمان. فاشتراها بخمسة و ثلا ثين ألف درهم. ثم أتى النبي صلى الله عليه و سلم فقال : أتجعل لي ما جعلت له؟ قال : نعم. قال : قد جعلتها للمسلمين.

Diriwayatkan oleh Al Baghawi : Bahwa seorang lelaki dari Bani Ghifar mempunyai sebuah mata air yang dinamakan Raumah, sedangkan dia menjual satu kaleng dari airnya dengan harga satu mud. Maka Rasulullah r berkata kepadanya : "Maukah engkau menjualnya kepadaku dengan satu mata air di dalam surga?". Orang itu menjawab : "Wahai Rasulullah, aku dan keluargaku tidak mempunyai apa-apa selain itu". Berita itu sampai kepada Utsman t. Lalu Utsman t membelinya dengan harga tiga puluh lima ribu dirham. Kemudian datanglah Utsman t kepada Nabi r, lalu dia bertanya : "Sudilah kiranya engkau memberikan jaminan kepadaku seperti yang dijaminkan kepada pemilik semula sumur ini?. Beliau r menjawab : "Ya". Utsman t pun berkata : "Aku wakafkan sumur itu bagi kaum muslimin".

سنن أبي داود - (ج 4 / ص 497/ح 1431) : حَدَّ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَ نَا إِسْرَ ائِيلُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ رَجُلٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ أَ نَّهُ قَالَ } يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمَّ سَعْدٍ مَاتَتْ فَأَيُّ الصَّدَ قَةِ أَفْضَلُ قَالَ الْمَاءُ قَالَ فَحَفَرَ بِئْرً ا وَ قَالَ هَذِه ِ لأُمِّ سَعْدٍ {

Dari Sa'id bin Ubadah t, bahwa dia telah bertanya kepada Rasulullah r : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ummu Sa'din telah mati ; maka apakah sedekah yang paling banyak pahalanya?". Beliau r menjawab : "Air". Kemudian Sa'din menggali sumur, dan katanya : "Sumur ini adalah bagi Ummu Sa'din".

(Keterangan : sebagai bentuk kecintaan anak kepada ibunya yang kekal, maka harta warisan dari ibunya ada yang diwakafkan untuk masyarakat)

صحيح مسلم - (ج 5 / ص /165/ح 1664) و صحيح البخاري - (ج 9 / ص 320/ح 2562) و موطأ مالك - (ج 6 / ص 150/ح 1582) ومسند أحمد - (ج 25 / ص 31/ح 11985) و تفسير ابن أبي حاتم - (ج 13 / ص 471/ح 3860) و سنن الدارمي - (ج 5 / ص 127/ح 1708) و صحيح ابن حبان - (ج 14 / ص 182/ح 3409) : حَدَّ ثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَ أْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ أَ نَّهُ سَمِعَ أَ نَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولاُ } كَانَ أَ بُو طَلْحَةَ أَكْثَرَ أَ نْصَارِيٍّ بِالْمَدِينَةِ مَالاً وَ كَانَ أَحَبُّ أَمْوَ الِهِ إِلَيْهِ بَيْرَحَى وَ كَا نَتْ مُسْتَقْبِلَةَ الْمَسْجِدِ وَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَدْخُلُهَا وَ يَشْرَبُ مِنْ مَاءٍ فِيهَا طَيِّبٍ قَالَ أَ نَسٌ فَلَمَّا نَزَ لَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ } قَامَ أَ بُو طَلْحَةَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ فِي كِتَابِهِ { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ } وَ إِنَّ أَحَبَّ أَمْوَ الِي إِلَيَّ بَيْرَحَى وَ إِ نَّهَا صَدَقَةٌ لِلَّهِ أَرْجُو بِرَّهَا وَذُخْرَهَا عِنْدَ اللَّهِ فَضَعْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ حَيْثُ شِئْتَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بَخْ ذَلِكَ مَالٌ رَ ا بِحٌ ذَ لِكَ مَالٌ رَ ابِحٌ قَدْ سَمِعْتُ مَا قُلْتَ فِيهَا وَ إِ نِّي أَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا فِي اْلأَ قْرَ بِينَ فَقَسَمَهَا أَ بُو طَلْحَةَ فِي أَقَارِبِهِ وَ بَنِي عَمِّهِ {

Dari Anas t, dia berkata : Abu Thalhah t seorang Annshar yang paling banyak hartanya di Madinah, dan harta yang paling dia senangi adalah Bairaha (ket : Bairaha adalah kebun kurma di dekat Masjid nabawi). Bairaha ini menghadap ke masjid. Dan Rasulullah r sering memasukinya dan meminum air yang segar di dalamnya. Maka ketika diturunkan ayat :

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

"Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaktian yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai (QS Ali Imraan : 92).

Maka pergilah Abu Thalhah t kepada Rasulullah r, dan dia berkata : "Sesungguhnya Allah berfirman di dalam kitabnya : Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaktian yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai". Sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah Bairaha. Dan Bairaha itu aku sedekahkan karena Allah yang aku harapkan kebaikannya dan simpanannya di sisi Allah, maka tentukanlah sedekah itu sebagaimana engkau sukai wahai Rasul Allah". Rasulullah r bersabda : "Bukan main, itulah harta yang menguntungkan, itulah harta yang menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang engkau katakana tentang Bairaha itu. Sesungguhnya aku berpendapat agar engkau menjadikannya sebagai sedekah bagi kaum kerabat". Lalu Abu Thalhah t menjadikannya sebagai wakaf bagi kaum kerabatnya (yang dikenal dengan wakaf ahli atau keluarga) dan anak-anak pamannya.

(Keterangan : Asy-Syaukani berpendapat diperbolehkannya bagi orang yang hidup yang tidak menderita penyakit yang mematikan untuk bersedekah lebih dari sepertiga hartanya, Sebab Rasulullah tidak meminta perincian dari Abu Thalhah t mengenai kadar harta yang disedekahkan atau di wakafkan, dan beliau berkata kepada Sa'd bin Abi Waqash t ketika dia sakit : "Sepertiga itu banyak". Dan wakaf Abu Thalhah t ini merupakan wakaf ahli atau wakaf keluarga yang pertama dijalankan pada zaman Rasulullah r.)

صحيح البخاري - (ج 9 / ص 263/ح 2532) و سنن النسائي - (ج 11 / ص 366/ح 3544) و السنن الكبرى للنسائي - (ج 4 / ص 94/ح 6428) و سنن الدارقطني - (ج 10 / ص 205/ح 4464) و صحيح ابن خزيمة - (ج 9 / ص 112/ح 2286) و مسند عبد الله بن المبارك - (ج 1 / ص 217/ح 213) : حَدَّ ثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ اْلأَ نْصَارِيُّ حَدَّ ثَنَا ابْنُ عَوْنٍ قَالَ أَ نْبَأَنِي نَافِعٌ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا } أَنْ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَصَابَ أَرْضًا بِخَيْبَرَ فَأَ تَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَسْتَأْمِرُ هُ فِيهَا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِ نِّي أَصَبْتُ أَرْضًا بِخَيْبَرَ لَمْ أُصِبْ مَالاً قَطُّ أَ نْفَسَ عِنْدِي مِنْهُ فَمَا تَأْمُرُ بِهِ قَالَ إِنْ شِئْتَ حَبَسْتَ أَصْلَهَا وَ تَصَدَّقْتَ بِهَا قَالَ فَتَصَدَّقَ بِهَا عُمَرُ أَ نَّهُ لاَ يُبَاعُ وَ لاَ يُوهَبُ وَ لاَ يُورَثُ وَ تَصَدَّقَ بِهَا فِي الْفُقَرَ اءِ وَ فِي الْقُرْ بَى وَ فِي الرِّقَابِ وَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ ابْنِ السَّبِيلِ وَ الضَّيْفِ لاَ جُنَاحَ عَلَى مَنْ وَ لِيَهَا أَنْ يَأْكُلَ مِنْهَا بِالْمَعْرُوفِ وَ يُطْعِمَ غَيْرَ مُتَمَوِّلٍ {

Dari Ibnu Umar, dia berkata : 'Umar telah mendapatkan sebidang tanah di Khaibar lalu dia datang kepada Nabi untuk meminta pertimbangan tentang tanah itu, maka dia berkata ; "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, dimana aku tidak mendapatkan harta yang lebih berharga bagiku selain dari padanya : maka apakah yang hendak engkau perintahkan kepadaku sehubungan dengannya?". Rasulullah menjawab : "Jika engkau suka, tahanlah tanah itu, dan sedekahkan manfaatnya". Maka Umar menyedekahkan manfaatnya, dengan syarat tanah itu tidak akan dijual, tidak diberikan dan tidak diwariskan. Tanah itu dia wakafkan kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, memerdekakan hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak ada halangan bagi orang yang mengurusinya untuk memakan sebgain darinya dengan cara yang ma'ruf, dan memakannya tanpa menganggap bahwa tanah itu miliknya sendiri.

فقه السنة - (ج 3 / ص 520) : قال التر مذي : العمل على هذا الحديث عند أهل العلم من أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم و غيرهم، لا نعلم بين أحد من المتقدمين منهم في ذلك اختلافا.و كان هذا أول وقف في الاسلام.

Imam Turmudzi berkata : Hadits ini diamalkan oleh oleh para ulama dari golongan para sahabat nabi dan orang-orang selain mereka. Saya tidak menemukan adanya perbedaan pendapat dari seorangpun diantara mereka tentang masalah ini. Pekerjaan yang dilakukan Umar bin Khatab ini merupakan wakaf pertama di dalam Islam.

صحيح البخاري - (ج 9 / ص 455/ح 2641) و سنن النسائي - (ج 11 / ص 339/ح 3526) و مسند أحمد - (ج 18 / ص 53/ح 8511) و السنن الكبرى للنسائي - (ج 3 / ص 40/ح 4423) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 6 / ص 62/ح 2412) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 13 / ص 315/ح 6433) و صحيح ابن حبان - (ج 19 / ص 356/ح 4759) : حَدَّ ثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَفْصٍ حَدَّ ثَنَا ابْنُ الْمُبَارَ كِ أَخْبَرَ نَا طَلْحَةُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدًا الْمَقْبُرِيَّ يُحَدِّثُ أَ نَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَ يْرَ ةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ } مَنِ احْتَبَسَ فَرَسًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِيمَا نًا بِاللَّهِ وَ تَصْدِيقًا بِوَعْدِهِ فَإِنَّ شِبَعَهُ وَ رِيَّهُ وَرَوْثَهُ وَ بَوْلَهُ فِي مِيزَ انِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ {

Dari Abui Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda : "Barang siapa mewakafkan seekor kuda di jalan Allah dengan penuh keimanan dan keikhlasan dan yakin dengan janjiNya, maka makanannya, tahinya dan kencingnya itu menjadi amal kebaikan pada timbangan amal di hari kiamat".

1 komentar:

  1. Alhamdulillah, semoga ini menjadi amal shalih anda yang pahalanya terus mengalir, syukran.

    BalasHapus