4.3 Etika Dialog (etika berbicara dan mendengarkan) – lanjutan
h. Batas terendah dari dialog dengan shalat ini jika melaksanakan hanya yang wajibnya saja. Bila menghendaki tambahan karunia dari Allah I dan pengabdian kepadaNya maka Allah I membukakan pintu dan jalan baginya. Lihat hadits dibawah ini :
صحيح البخاري - (ج 1 / ص 80/ح 44) و صحيح مسلم - (ج 1 / ص 91/ح 12) و موطأ مالك - (ج 2 / ص 49/ح 382) و سنن أبي داود - (ج 1 / ص 476/ح 231) و سنن النسائي - (ج 2 / ص 238/ح 353) و صحيح ابن حبان - (ج 7 / ص 442/ح 1754) : حَدَّ ثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّ ثَنِي مَالِكُ بْنُ أَ نَسٍ عَنْ عَمِّهِ أَبِي سُهَيْلِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ أَ نَّهُ سَمِعَ طَـلْحَةَ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ يَقُولُ ) جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ ثَائِرَ الرَّ أْسِ يُسْمَعُ دَوِيُّ صَوْتِهِ وَ لاَ يُفْقَهُ مَا يَقُولُ حَتَّى دَ نَا فَإِذَ ا هُوَ يَسْأَلُ عَنْ اْلإِسْلاَ مِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ خَمْسُ صَلَوَ اتٍ فِي الْيَوْمِ وَ اللَّيْلَةِ فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لاَ إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ صِيَامُ رَمَضَانَ قَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُ هُ قَالَ لاَ إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ وَ ذَ كَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الزَّ كَاةَ قَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لاَ إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ فَأَدْ بَرَ الرَّجُلُ وَ هُوَ يَقُولُ وَ اللَّهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَ ا وَ لاَ أَ نْقُصُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ (
Dari Talhah Ibnu Abdillah t, ia berkata : "Seorang dari Nejd datang kepada Rasulullah r dengan rambut terurai, kami mendengar berisik suaranya, tetapi kami tidak memahaminya, sehingga ia mendekat kepada Rasulullah r. Dan ternyata ia bertanya tentang Islam. Maka Rasulullah r menjawab : "Shalat lima kali sehari semalam". Ia bertanya : "Apakah ada kewajiban selain dari itu?". Rasulullah r menjawab : "Tidak!, kecuali jika kamu mengerjakan shalat sunah". Kemudian Rasulullah r bersabda : "Dan Puasa Ramadhan". Orang itu bertanya : "Apakah ada lagi puasa yang wajib bagiku selain itu?". Rasulullah r menjawab : "Tidak!, kecuali jika kamu puasa sunah". Kemudian Rasulullah r menerangkan kewajiban zakat. Maka ia bertanya : "Apakah ada kewajiban lain lagi selain dari itu?". Rasulullah r menjawab : "Tidak!, kecuali jika kamu bersedekah sunah". Kemudian pergilah orang itu sambil berkata : "Demi Allah, saya tidak akan melebihi atau mengurangi dari itu". Maka Rasulullah r bersabda : "Sungguh bahagia ia, jika jujur (dalam ucapannya itu)". (Shahih Muslim, Shahih Bukhari, Muwatho Malik,Sunan Abi Daud, Sunan Nasa'I)
Tidak ada alasan bagi kita karena kondisi sulit yang dihadapi lalu meninggalkan shalat, karena telah diberikan kemudahan atau keringanan yang disebut 'rukhshah' dalam melaksanakan shalat. Bagi seorang musafir diberikan keringanan mengqashar. Bagi yang sakit bisa meelaksanakan semampunya ; dengan berdiri, duduk, dan lain sebagainya. Orang yang tidak mendapatkan air diperbolehkan bertayamum dan norang yang tidak dapat menggunakan air karena sakit juga diperbolehkan tayamum.
Jadi sangat tidak masuk diakal, jika ada orang-orang dengan segala keringanan dan kemudahan menyatakan tidak mampu melaksanakan perintah Allah, berarti tidak ada kebutuhan berdialog denganNya.
Adalah suatu tindakan yang dzalim terhadap diri sendiri, jika kita meninggalkan dialog ini yang merupakan kebutuhan kita sendiri ini. Allah I mewajibkan agar hambanya merasakan kenikmatan bermesraan denganNya yang justru membersihkan jasadnya dengan mandi, wudhu, siwak dan lain sebagainya, serta membersihkan bathinnya dari segala kenistaan yang tidak layak bagi manusia. Meninggalkan dialog shalat ini bisa menghancurkan diri sendiri dan tenggelam dalam kemunkaran yang akhirnya kekal di neraka. Naudzubillah!
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (42) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (43) وَ لَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (44) وَ كُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ (45) وَ كُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (46) حَتَّى أَتَا نَا الْيَقِينُ (47) [المدثر/42-47]
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" (42) Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat (43) dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin (44) dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya (45) dan adalah kami mendustakan hari pembalasan (46) hingga datang kepada kami kematian".(47) (QS Al Mudatsir (74) : 42-47)
2. Dialog dengan tilawah Al Qur'an
Dialog dengan Al Qu'an merupakan interaksi yang harus dilakukan, karena didalamnya berisi surat-surat cinta dari Allah I yang sangat bermanfaat untuk hambanya. Surat-surat cinta tersebut berisi pelajaran masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.
(1) Pengertian Tilawah Al Qur'an
Tilawah Al Qur'an berarti membaca Al Qur'an dengan sepenuh hati dan sepenuh pengertian. Hal ini diungkapkan dengan firman Allah I dalam surat Al Baqarah (2) ayat 121 :
الَّذِينَ آَتَيْنَا هُمُ الْكِتَابَ يَتْلُو نَهُ حَقَّ تِلاَ وَ تِهِ أُولَئِكَ يُؤْ مِنُونَ بِهِ وَ مَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُو لَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
Ibnu Abbas t yang terkenal sebagai ahli tafsir Al Qur'an menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan : يَتْلُو نَهُ حَقَّ تِلاَ وَ تِهِ adalah :
1. An Yaqro ahu kamaa anzalallaah / hendaklah membacanya itu sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Allah I. Tidak dirubah, tidak ditambah-tambah dan tidak dikurangi.
2. An laa yuharrifahu 'an mawaadli'ih / janganlah memutar balikan letaknya, yang dahulu didahulukan dan yang kemudian dikemudiankan dari segi letak kalimatnya, juga letak urutan suratnya. Demikian juga jangan diputar balikkan pengertian yang terkandung di dalamnya.
3. An laa yuawwilahu 'alaa ghairi ta'wiilih / janganlah menafsirkannya tidak menurut tafsir yang sebenarnya. Sebab itu di dalam ilmu Tafsir ditegaskan bahwa tafsir yang paling benar ialah menafsirkan ayat dengan ayat, karena ayat-ayat Al Qur'an itu saling menafsirkan antara yang satu dengan yang lainnya. Sesudah itu menafsirkan Al Qur'an dengan hadits nabi Muhammad r, karena beliaulah yang lebih mengetahui tafsir masing-masing ayat. Sebab beliaulah orang yang pertama menerima ayat itu dari malaikat Jibril u dan sekaligus menerima penjelasannya. Menafsirkan Al Qur'an menurut perkataan para sahabat, terutama menyangkut asbaabun nuzul (sebab turunnya ayat), karena mereka yang lebih mengetahui.
4. An Yuhilla halaalahu wa yuharrima haraamah / hendaklah ia halalkan apa yang dihalalkan Al Qur'an dan ia haramkan apa yang diharamkan Al Qur'an. Artinya amalkan apa yang disuruh oleh Allah I di dalam Al Qur'an, dan tinggalkan apa yang diharamkan-Nya.
Orang-orang yang membaca Al Qur'an dengan cara yang demikian itulah yang dinamakan membaca Al Qur'an (dialog dengan Al Qur'an) dengan bacaan yang benar, dan mereka digolongkan kepada orang-orang yang beriman. Sebaliknya orang yang tilawah Al Qur'an, tetapi tidak melaksanakan perintah-Nya dan tidak meninggalkan larangan-Nya digolongkan kepada orang yang merugi. Rugi di dunia, karena mereka tidak mendapatkan petunjuk kearah jalan yang lurus dan benar. Rugi di akhirat, karena tidak akan mendapatkan perlindungan dari Allah I.
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَ ةٌ ِلأُو ِلي اْلأَ لبَابِ مَا كَانَ حَدِ يثًا َيفْتَرَ ى وَ لَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَ يْهِ وَ تَفْصِيلَ كُلِّ شَيْ ءٍ وَهُدًى وَ رَحْمَةً لِقَوْمٍ ُيؤْ مِنُون [يوسف/111]
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf (12) : 111)
وَ هَذَ ا كِتَابٌ أَ نْزَ لنَاهُ مُبَارَ كٌ فَا تَّبِعُوهُ وَ اتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تــُرْحَمُونَ [الأنعام/155]
Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat, (QS Al An'aam (6) : 155)
يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَ ا نَهُ سُبُلَ السَّلاَمِ وَ ُيخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَ يَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَ اطٍ مُسْتَقِيمٍ [المائدة/16]
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS Al Maidah (5) : 16)
يَا أَ يُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَ تْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَ بِّكُمْ وَ شِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَ هُدًى وَ رَحْمَةٌ لِلْمُؤْ مِنِينَ [يونس/57]
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS Yunus (10) : 57)
سنن الترمذي - (ج 10 / ص 147/ ح 2831) : حَدَّ ثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّ ثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ قَال سَمِعْتُ حَمْزَ ةَ الزَّ يَّاتَ عَنْ أَبِي الْمُخْتَارِ الطَّائِيِّ عَنِ ابْنِ أَخِي الْحَارِثِ اْلأَعْوَرِ عَنِ الْحَارِثِ قَالَ مَرَرْتُ فِي الْمَسْجِدِ فَإِذَ ا النَّاسُ يَخُوضُو نَ فِي اْلأَحَادِيثِ فَدَخَلْتُ عَلَى عَلِيٍّ فَقُلْتُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْ مِنِينَ أَ لاَ تَرَى أَنَّ النَّاسَ قَدْ خَاضُوا فِي اْلأَحَادِيثِ قَالَ وَ قَدْ فَعَلُوهَا قُلْتُ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِ نِّي قَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُولُ ) أَ لاَ إِ نَّهَا سَتَكُونُ فِتْنَةٌ فَقُلْتُ مَا الْمَخْرَجُ مِنْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ نَبَأُ مَا كَانَ قَبْلَكُمْ وَ خَبَرُ مَا بَعْدَكُمْ وَحُكْمُ مَا بَيْنَكُمْ وَ هُوَ الْفَصْلُ لَيْسَ بِالْهَزْلِ مَنْ تَرَكَهُ مِنْ جَبَّارٍ قَصَمَهُ اللَّهُ وَ مَنِ ابْتَغَى الْهُدَى فِي غَيْرِ هِ أَضَلَّهُ اللَّهُ وَ هُوَ حَبْلُ اللَّهِ الْمَتِينُ وَ هُوَ الذِّكْرُ الْحَكِيمُ وَ هُوَ الصِّرَ اطُ الْمُسْتَقِيمُ هُوَ الَّذِي لاَ تَزِيغُ بِهِ اْلأَهْوَ اءُ وَ لاَ تَلْتَبِسُ بِهِ اْلأَ لْسِنَةُ وَ لاَ يَشْبَعُ مِنْهُ الْعُلَمَاءُ وَ لاَ يَخْلَقُ عَلَى كَــثْرَ ةِ الرَّدِّ وَ لاَ تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ هُوَ الَّذِي لَمْ تَنْتَهِ الْجِنُّ إِذْ سَمِعَتْهُ حَتَّى قَالُوا { إِ نَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ } مَنْ قَالَ بِهِ صَدَقَ وَ مَنْ عَمِلَ بِهِ أُجِرَ وَ مَنْ حَكَمَ بِهِ عَدَ لَ وَ مَنْ دَعَا إِلَيْهِ هَدَى إِلَى صِرَ اطٍ مُسْتَقِيمٍ خُذْ هَا إِلَيْكَ يَا أَعْوَرُ (
Dari Al Harits Al 'Awar, ia berkata: Saya pernah melewati sebuah masjid dan ternyata orang-orang didalamnya sibuk berbicara tentang bermacam-macam masalah. Saya pun menemui Ali t dan berkata : "Wahai Amirul Mukminin, tidakkah tuan tahu orang-orang telah sibuk berbicara tentang bermacam-macam masalah?". Ia berkata :"Apakah benar mereka telah berbuat begitu?". Saya menjawab :"Ya". Ia berkata :"Ketahuilah aku pernah mendengar Rasulullah r bersabda :'Sesungguhnya kelak akan muncul fitnah', saya (Ali t) bertanya :'Wahai Rasulullah r apa jalan keluarnya?'. Beliau r bersabda :'Al Qur'an yang didalamnya berisi berita orang-orang sebelum kalian, orang-orang sesudah kalian, dan berisikan hukum yang mengatur sesama kalian. Dia adalah kebenaran, tiada sedikitpun main-main. Barang siapa meninggalkan Al Qur'an karena penindasan orang yang zhalim, maka Allah I akan membinasakan penindasnya dan barang siapa mencari petunjuk selain Al Qur'an, maka Allah I akan menyesatkan dia. Al Qur'an adalah tali Allah I yang kokoh. Dia adalah peringatan yang bijak dan jalan yang lurus. Tidak akan ada hati yang tersesat selama berpegang kepadanya dan tidak ada perkataan yang tergelincir selama mengikutinya. Para ulama tidak akan merasa kenyang menimba ilmunya dan Al Qur'an tidak akan lapuk karena banyak ditentang dan tidak akan habis keajaibannya. Al Qur'an telah membuat jin terheran-heran sehingga mereka mengatakan : 'Sungguh kami telah mendengar Al Qur'an yang sangat menakjubkan yang menunjukkan kami kepada jalan yang lurus, lalu kami beriman kepadanya'. Barang siapa berbicara dengan dasar Al Qur'an, maka dia akan benar dan barang siapa mengamalkannya, maka ia akan diberi pahala dan barang siapa menjalankan hukumnya niscaya ia akan adil, dan barang siapa menggunakannya untuk mengajak orang kepada kebenaran, niscaya ia akan diberi petunjuk kepada jalan yang benar. Wahai 'Awar, ambillah ini untukmu!".
سنن أبي داود - (ج 4 / ص 246/ ح 1241) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 5 / ص 150/ ح 2041) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 4 / ص 17/ح 1463) : حَدَّ ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ السَّرْ حِ أَخْبَرَ نَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَ نِي يَحْيَى بْنُ أَ يُّوبَ عَنْ زَ بَّانِ بْنِ فَائِدٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذٍ الْجُهَنِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُو لَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) مَنْ قَرَ أَ الْقُرْآنَ وَ عَمِلَ بِمَا فِيهِ أُ لْبِسَ وَ الِدَ اهُ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْ ءِ الشَّمْسِ فِي بُيُوتِ الدُّ نْيَا لَوْ كَا نَتْ فِيكُمْ فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِي عَمِلَ بِهَذَ ا(
Dari Muadz Al Juhani t, ia berkata, Rasulullah r bersabda : "Barang siapa membaca Al Qur'an dan mengamalkan isi kandungannya, maka kedua orang tuanya akan dipakaikan Mahkota pada hari kiamat, yang sinarnya lebih terang daripada Cahaya Matahari, jika sekiranya matahari itu berada di rumah-rumah kamu di dunia ini. Bagaimana menurut perkiraan kalian mengenai orang yang mengamalkannya sendiri ?. (Sunan Abi Daud, Musnad Abi Ya'la, Al Mustadrak 'Ala Shahihain)
(2) Tilawah Al Qur'an Merupakan Dzikir Yang Utama
Membaca Al Qur'an termasuk dzikir yang paling utama. Dijelaskan dalam firman Allah I :
وَ لَقَدْ يَسَّرْ نَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ [القمر/17]
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS Al Qomar (54) : 17)
Ayat ini diulang kembali pada ayat-ayat 22, 32, 40 dari surat Al Qamar. Kenapa diulang berkali-kali mengungkapkannya?, hal ini tentu saja menunjukan betapa pentingnya arti Al Qur'an untuk dijadikan pelajaran dan peringatan, sehingga apabila dibaca terus-menerus, dikaji secara kontinyu kita akan merasa betapa banyak sekali kemudahan yang diberikan dalam berdialog dan berinteraksi dengannya, serta semakin cinta kepada Allah I yang mewahyukan Al Qur'an itu kepada Nabi Muhammad r.
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَ بَّهُمْ ثــُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَ قُلُو بــُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَ مَنْ يــُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَاد [الزمر/23]
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya.(QS Az-Zumar (39) : 23)
سنن الترمذي - (ج 10 / ص 155/ ح 2837) و مسند أحمد - (ج 4 / ص 378/ ح 1846) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 5 / ص 101/ ح 1995) : حَدَّ ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّ ثَنَا جَرِيرٌ عَنْ قَا بُوسَ بْنِ أَبِي ظَبْيَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) إِنَّ الَّذِي لَيْسَ فِي جَوْ فِهِ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ كَالْبَيْتِ الْخَرِبِ (
Dari Ibnu Abas t, bahwa Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya orang yang tidak ada Al Qur'an di dalam hatinya sama dengan rumah yang runtuh".(Sunan Turmudzi, Musnad Ahmad, Al Mustadrak 'Ala Shahihain)
المعجم الصغير للطبراني - (ج 2 / ص 107/ ح 510) : حدثنا طاهر بن علي الطبراني ، حدثنا إبراهيم بن الوليد بن سلمة الطبراني ، حدثني أبي ، حدثنا النضر بن محمد ، عن محمد بن المنكدر ، عن أنس رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله و سلم ) إن للقلوب صدأ كصدأ الحديد و جلا ؤها تلاوة الْقرآن (
Dari Anas t, Rasulullah r telah bersabda :" Sesungguhnya hati ini suka berkarat sebagaimana berkaratnya besi dan cara membersihkannya adalah dengan membaca Al Qur'an ".(Al Majmush Shoghiir Ath-Thobroni)
الإبانة الكبرى لابن بطة - (ج 5 / ص 85/ح 2007) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 5 / ص 103/ح 1997) : أخبرنا أبو محمد عبد الله بن محمد بن زياد العدل ، ثنا جدي أحمد بن عبد الله ، ثنا سلمة بن شبيب ، حدثني أحمد بن حنبل ، ثنا عبد الرحمن بن مهدي ، عن معاوية بن صالح ، عن العلاء بن الحارث ، عن زيد بن أرطأة ، عن جبير بن نفير ، عن أبي ذر الغفاري رضي الله عنه ، قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ) إنكم لا ترجعون إلى الله بشيء أفضل مما خرج منه - يعني القرآن - (.
Dari Abu Dzar Al Ghifari t , ia berkata Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya tidak ada yang lebih utama bagi kalian untuk kembali (mendekatkan diri) kepada Allah I melainkan dengan sesuatu yang keluar dariNya, yakni Al Qur'an. (Al Ibanatul Kubro Ibnu Baththoh, Al Mustadrak 'Ala Shahihain)
سنن ابن ماجه - (ج 1 / ص 250/ ح 211) و مسند أحمد - (ج 24 / ص 377/ ح 11831) : حَدَّ ثَنَا بَكْرُ بْنُ خَلَفٍ أَ بُو بِشْرٍ حَدَّ ثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّ ثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ بُدَ يْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَ نَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ أَهْلُ اللَّهِ وَ خَاصَّتُهُ (
Dari Anas bin Malik t, ia berkata :"Rasulullah r bersabda :'Sesungguhnya Allah I mempunyai kekasih-kekasih dari kalangan manusia'. Para sahabat bertanya : "Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu?". Beliau r bersabda : "Mereka yang selalu membaca Al Qur'an adalah kekasih Allah I dan dijadikan orang yang dekat dengan-Nya".( Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad)
المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 5 / ص 104/ ح 1998) : حدثنا أبو الوليد حسان بن محمد القرشي الفقيه ، ثنا مسدد بن قطن بن إبراهيم ، ثنا داود بن رشيد ، ثنا صالح بن عمر ، أنبأ إبراهيم الهجري ، عن أبي الأحوص ، عن عبد الله رضي الله عنه ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ) إِنَّ هَذَ ا اْلقُرْآنَ مَأْ دُ بَةُ اللهِ فَاقْبَلُوا مَأْدُ بَتَهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ ، إِ نَّ هَذَا اْلقُرْآنَ حَبْلُ اللهِ ، وَ النُّوْرُ اْلمُبِيْنُ ، وَ الشِّفَاءُ النَّافِعُ عِصْمَةٌ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ ، وَ نَجَاةٌ لِمَنِ تَّبَعَهُ ، لاَ يَزِ يْغُ فَيُسْتَعْتَبُ ، وَ لاَ يَعْوَ جُّ فَيُقَوَّ مُ ، وَ لاَ تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ ، وَ لاَ يَخْلُقُ مِنْ كَثْرَ ةِ الرَّدِّ ، اُتْلُوْ هُ فَإِ نَّ اللهَ يَأْجُرُ كُمْ عَلَى تِلاَ وَ تِهِ كُلِّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ ، أَمَا إِ نِّي لاَ أَ قُوْ لُ الم حَرْفٌ ، وَ لَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَ لاَمٌ حَرْفٌ وَ مِيْمٌ حَرْفٌ (
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud t, dari Nabi r, beliau bersabda : "Sesungguhnya Al Qur'an ini adalah jamuan Allah I. Oleh karena itu, terimalah jamuanNya ini menurut kemampuan kalian. Sesungguhnya Al Qur'an ini adalah tali Allah I dan cahaya terang serta penangkal yang bermanfaat, menjadi penyelamat bagi orang yang berpegang teguh kepadanya, dan kebahagiaan bagi orang yang mengikutinya. Ia tiada menyimpang sehingga patut dicela dan tiada bengkok sehingga harus diluruskan. Keajaibannya tidak akan pernah berakhir dan tidak kan hancur secara pelan-pelan karena banyak penolakan. Oleh karena itu bacalah dia, sebab Allah I akan memberi pahala kepada kalian karena membacanya, setiap kata 10 kali kebaikan. Ketahuilah saya tidak mengatakan Alif laam miim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.
مصنف ابن أبي شيبة - (ج 7 / ص 177/ح 5) : حدثنا الفضل بن دكين عن فطر عن أبي إسحاق عن أبي الاحوص عن عبد الله عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم أَ نَّهُ قَالَ قَالَ ) مَنْ قَرَ أَ فيِ لَيْلَةٍ خَمْسِيْنَ آيةٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ اْلغَافِلِيْنَ ، وَ مَنْ قَرَ أَ مِاَئةً آيةٍ كُتِبَ مِنَ اْلقَانِتِيْنَ ، وَ مَنْ قَرَ أَ ثَلاَ ثَمِائَةً آية كُتِبَ لَهُ قِنطَارٌ ، وَ مَن قَرَ أَ تِسْعَمِاَئةً آية فَتَحَ لَهُ(
Dari Abdullah t, dari Rasulullah r, sesungguhnya beliau bersabda : "Barang siapa yang membaca Al Qur'an dalam sehari semalam 50 ayat maka dia tidak dicatat sebagai orang yang lalai, barang siapa yang membaca 100 ayat maka dicatatlah sebagai orang yang qanitin (orang berdiri tegak/tetap memuji Allah I), barang siapa yang membaca 300 ayat maka baginya seqinthar pahala (tak terhitung banyaknya), barang siapa yang membaca 900 ayat maka pembuka segala hal baginya (pintu seluruh kebaikan). (Al Mustadrak 'Ala Shahihain)
سنن الترمذي - (ج 10 / ص 202/ ح 2872) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 5 / ص 155/ ح 2046) و سنن الدارمي - (ج 10 / ص 385/ح 3540) : حَدَّ ثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّ ثَنَا الْهَيْثَمُ بْنُ الرَّبِيعِ حَدَّ ثَنَا صَالِحٌ الْمُرِّيُّ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَ ارَ ةَ بْنِ أَوْفَى عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَارَسُو لَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ ) الْحَالُّ الْمُرْ تَحِلُ قَالَ وَ مَا الْحَالُّ الْمُرْ تَحِلُ قَالَ الَّذِي يَضْرِبُ مِنْ أَوَّلِ الْقُرْآنِ إِلَى آخِرِ هِ كُلَّمَا حَلَّ ارْ تَحَلَ (
Dari Ibnu Abbas t yang meriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah r : "Ya Rasulullah manakah amal yang disukai oleh Allah I?". Rasulullah r menjawab :"Al Haallul Murtahil". Lelaki itu bertanya lagi : "Apakah Al Haallul Murtahilul itu?". Rasulullah r menjawab :"Orang yang memulai lagi membaca Al Qur'an setelah dia khatam membaca, kemudian dia memulai lagi dari awal hingga akhirnya, kemudian dia mulai lagi membacanya dari awal".(Sunan Turmudzi, Al Mustadrak 'Ala Shahihain)
سنن الدارمي - (ج 10 / ص 389/ ح 3545) : حَدَّ ثَنَا عَمْرُو بْنُ حَمَّادٍ حَدَّ ثَنَا قَزَعَةُ بْنُ سُوَ يْدٍ عَنْ حُمَيْدٍ الأَعْرَ جِ قَالَ ) مَنْ قَرَ أَ الْقُرْآنَ ثُمَّ دَعَا أَمَّنَ عَلَى دُعَائِهِ أَرْ بَعَةُ آلاَفِ مَلَكٍ(
Dari Humaid Al 'Araj t, ia menyatakan : "Barang siapa yang tilawah Al Qur'an kemudian ia berdoa, maka empat ribu malaikat turun mengaminkan do'anya".( Sunan Ad-Daroomi)
3. Dialog dengan doa dan dzikir
Berdialog lainnya dengan Allah I adalah dengan do'a dan dzikir yang bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, hal ini membuktikan Allah I membuka pintuNya kepada kita setiap saat, siapapun yang mau berdialog Allah I siap menerima, mendengarkan bahkan dalam janjiNya jika ada permohonan siap pula mengabulkanNya. Pengabulan permohonan tentu saja sesuai dengan kehendakNya dan perhitunganNya demi kebaikan manusia itu sendiri.
Ada beberapa hal yang harus diketahui tentang keutamaan berdoa dan berdzikir ini, sehingga kita terus membuka dialog dengannya!. Bukankah kita senang sekali berdialog dengan kekasih sampai lupa waktu, maka berdialog dengan Mahakekasih adalah merupakan hal yang lebih mengasyikkan lagi.
(1) Keutamaan do'a
Menurut bahasa doa diambil dari kata da'aa - yad'uu (دعا - يدعو ) yang berarti menginginkan, menyebut dan menyeru[1]. Sedangkan dalam ajaran Islam berdoa merupakan bagian dari ibadah atau penghambaan diri kepada Yang Maha Dekat dan Maha Agung.
وَ قَالَ رَ بُّكُمُ ادْعُو نِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْ خُلُونَ جَهَنَّمَ دَ اخِرِينَ [غافر/60]
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".(QS Al Mu'min / Ghoofur (40) : 60)
وَ إِذَ ا سَأَ لَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِ نِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَ ةَ الدَّ اعِ إِذَ ا دَعَانِ فَـلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَ لْيُؤْ مِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُون [البقرة/186]
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al Baqarah (2) : 186)
ادْعُوا رَ بَّكُمْ تَضَرُّعًا وَ خُفْيَةً إِ نَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ [الأعراف/55]
Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS Al 'Araaf (7) : 55)
سنن أبي داود - (ج 4 / ص 278/ح 1264) و سنن الترمذي - (ج 11 / ص 221/ح3294) وسنن ابن ماجه - (ج 11 / ص 279/ح 3818) و مسند أحمد - (ج 37 / ص 310/ح 17629) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 4 / ص 352/ح 1759) : حَدَّ ثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّ ثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ ذَرٍّ عَنْ يُسَيْعٍ الْحَضْرَ مِيِّ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ { قَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ }(
Dari Nu'man Ibnu Basyir t, sesungguhnya Rasulullah r bersabda : "Do'a itu adalah ibadah, Rabb kalian berfirman :'Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkannya'".(Sunan Turmudzi, Sunan Abi Daud, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad, Al Mustadrak 'Ala Shahihain)
سنن الترمذي - (ج 11 / ص 459/ح 3471) : حَدَّ ثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ حَدَّ ثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ الْقُرَشِيِّ الْمُلَيْكِيِّ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) إِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَ لَ وَ مِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ (
Dari Ibnu Umar t, ia berkata, Rasulullah r telah bersabda : "Doa itu bermanfaat terhadap apa yang sudah menimpa atau yang belum menimpa. Oleh karena itu wahai sekalian hamba Allah, hendaklah kalian berdoa". (Sunan Turmudzi)
سنن أبي داود - (ج 4 / ص 287/ح 1273) و سنن الترمذي - (ج 11 / ص 468/ح 3479) و السنن الكبرى للبيهقي - (ج 2 / ص 211) و مصنف عبد الرزاق - (ج 2 / ص 251/ح 3250) و صحيح ابن حبان - (ج 4 / ص 242/ح 877) : حَدَّ ثَنَا مُؤَمَّلُ بْنُ الْفَضْلِ الْحَرَّ انِيُّ حَدَّ ثَنَا عِيسَى يَعْنِي ابْنَ يُونُسَ حَدَّ ثَنَا جَعْفَرٌ يَعْنِي ابْنَ مَيْمُونٍ صَاحِبَ اْلأَنْمَاطِ حَدَّ ثَنِي أَ بُو عُثْمَانَ عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) إِنَّ رَ بَّكُمْ تَبَارَ كَ وَ تَعَالَى حَيِيٌّ كَرِ يمٌ يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِ هِ إِذَ ا رَفَعَ يَدَ يْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا (
Dari Salman t ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : "Sesungguhnya Rabb kalian Yang Mahasuci lagi Mahatinggi itu Mahamalu lagi Mahamulia, Dia malu terhadap hambaNya jika dia mengangkat kedua tangannya kepadaNya untuk mengembalikan keduanya dalam keadaan kosong (tidak dikabulkan)". (Sunan Turmudzi, Sunan Abi Daud, Shahih Ibnu Hibban)
مسند أحمد - (ج 22 / ص 254/ح 10709) و مصنف ابن أبي شيبة - (ج 7 / ص 24) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 4 / ص 363/ح 1770) : حَدَّ ثَنَا أَ بُو عَامِرٍ حَدَّ ثَنَا عَلِيٌّ عَنْ أَبِي الْمُتَوَ كِّلِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَ ةٍ لَيْسَ فِيهَا إِ ثْمٌ وَ لاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَ تُهُ وَ إِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَ ةِ وَ إِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا إِذً ا نُكْثِرُ قَالَ اللَّهُ أَ كْثَرُ (
Dari Abi Sa'id t, sesungguhnya Nabi r bersabda : "Tidaklah seorang Muslim berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang didalamnya tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturahmi, melainkan Allah akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga kemungkinan; (yaitu) dikabulkan segera doanya itu, atau Dia akan menyimpan baginya di akhirat kelak, atau Dia akan menghindarkan darinya keburukan yang semisalnya". Maka para sahabat pun berkata : "Kalau begitu kita memperbanyaknya". Beliau r bersabda : "Allah lebih banyak (memberikan pahala). (Musnad Ahmad, Al Mustadrak 'Ala Shahihain)
مسند أحمد - (ج 45 / ص 394/ح 21379) و سنن الترمذي - (ج 8 / ص 27/ح 2065) و مصنف ابن أبي شيبة - (ج 7 / ص 142) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 4 / ص 361/ح 1768) و تفسير ابن أبي حاتم - (ج 38 / ص 459/ح11415) : حَدَّ ثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَ نَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عِيسَى عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ اْلأَشْجَعِيِّ عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) لاَ يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلاَّ الدُّعَاءُ وَ لاَ يَزِ يدُ فِي الْعُمُرِ إِلاَّ الْبِرُّ وَ إِنَّ الْعَبْدَ لَيُحْرَ مُ الرِّزْقَ بِالذَّ نْبِ يُصِيبُهُ (