Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Selasa, 18 Oktober 2011

Shofwatut Tafasir (bagian 1)


سُورَ ةٌ   اْلفَاتِحَةِ
(Surat Al Fatihah)


مَكِّيَةُ  وَ  آ يَاتُهَا سَبْعُ  آيَاتُ  بِاتِفَاقِ
(Makkiyah, berjumlah 7 ayat)


أَعُوْذُ  بِاللهِ  مِنَ  الشَّـيْطَانِ  الرَّجِيْمِ
(Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk)


تَفْسِيْرُ اْلاِسْتِعَاذَ ةِ :  اَلمَْعْنَى  :  أَسْتــَجِيْرُ   بِجِِنَابِ  اللهِ ، وَ  أَعْتــَصِمُ   بِهِ  مِنْ  شَرِّ  الشَّيْطَانِ  اْلعَاتِيِّ  اْلمُتــَمَرِّدِ ، أَنْ  يَضُرَّ  نِي   فِى   دِيْنِى  أَوْ دُ نْيَاىَ ، أَوْ  يَصُدَّ نِى  عَنْ   فِعْلٍ  مَا  أُمِرْتُ   بِهِ ، وَ   أَحْتــَمِى  بِا لْخَالِقِ  السَّمِيعِ  اْلعَلِيْمِ   مِنْ   هَمْزِ هِ   وَ  لَمْزِ هِ  وَ وَسَاوِسِهِ ، فَإِنَّ  الشَّـيْطَانَ   لاَ  يَكُفُّهُ  عَنِ  اْلإِ نْسَانِ ، إِلاَّ  اللهِ  رَبِّ  اْلعَالَمِيْنَ.  عَنِ  النَّـبِىِّ   r   أَ نَّهُ   كَانَ   إِذَ ا  قَامَ مِنَ  اللَّيْلِ ، اِسْتــَفْتــَحَ  صَلاَ تَهُ  بِالتـــَّـكْبِيْرِ ، ثــُمَّ   يَقُوْ لُ : )أَعُوْذُ بِا اللهِ  السَّمِيْعِ  اْلعَلِيْمِ ، مِنَ الشَّـيْطَانِ  الرَّجِيْمِ ، مِنْ هَمْزِ هِ  وَ نَفْخِهِ  وَ نَفْثِهِ . (أخرجه أصحاب السنن).

Tafsir (Penjelasan) Al-Isti'adzah, maknanya :

Aku berlindung di sisi Allah dan berpegang teguh (dengan penjagaan) kepadaNya dari kejahatan syetan yang tidak baik (kejam, keji) dan yang membangkang (durhaka). Berlindung dari syetan yang berupaya merugikan (menyusahkan) agamaku dan duniaku. Syetan senantiasa berupaya menghalangiku dari perbuatan yang mana aku diperintahkan (Allah) untuk melaksanakannya. Aku berlindung (memohon penjagaan) kepada Sang Pencipta, Dzat Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, dari hembusan dalam dada (bisikan ruh) dan bisikan (dalam telinga) dan tiupan keragu-raguan (kecemasan, kekhawatiran) akibat bujuk rayu syetan. Sesungguhnya Syetan tidak mampu menutup (menjauhkan diri, menggoda) manusia melainkan (seizin) Allah tuhan semesta alam. Diriwayatkan dari nabi r, apabila beliau bangun malam, beliau membuka shalatnya dengan takbir kemudian berdoa, (أَعُوْذُ بِا اللهِ  السَّمِيْعِ  اْلعَلِيْمِ ، مِنَ الشَّـيْطَانِ  الرَّجِيْمِ ، مِنْ هَمْزِ هِ  وَ نَفْخِهِ  وَ نَفْثِهِ) "Aku berlindung kepada Allah Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui, dari syetan yang terkutuk, dari hembusan dalam dada (bisikan ruh) dan bisikan (dalam telinga) serta tiupan keragu-raguan (kecemasan, kekhawatiran) akibat bujuk rayu syetan ".(dikeluarkan oleh penulis kitab Sunnan : Sunan Abu Daud dan Sunan Turmudzi dari Abu Sa'id Al Khudri dan Sunan Ibnu Majah dari Ibnu Jubair bin Muth'im dari bapaknya)[1].

تَنْبِيْهٌ :  لَفْظَةٌ   "  أَعُوْذُ  بِا للهِ  مِنَ  الشَّيْطَانِ  الرَّجِيْمِ  "  لَيْسَتْ  آيَةٌِ قُرْآنِيَةٌ ، وَ إِ نَّمَا هُوَ  أَدَبٌ  أَدَّ بَنَا اللهُ  بِهِ ، عِنْدَ  إِرَ ادَ ةِ  قِرَ اءَ ةِ  اْلقُرْآنِ   بِقَوْ  لِهِ  سُبْحَا نَهُ  [ فَإِذَ ا  قَرَ أْتَ  الْقُرْآَنَ  فَاسْتــَعِذْ  بِاللَّهِ  مِنَ  الشَّيْطَانِ  الرَّجِيمِ  [النحل/98] ] فَلِهَذَ ا  لَمْ   تَكْتــُبْ   فِى  اْلقُرْآنِ  اْلكَرِيْمِ   بِخِلاَفِ  اْلبَسْمَلَةِ.

Catatan (peringatan) :

Lafadz : (أَعُوْذُ  بِا للهِ  مِنَ  الشَّيْطَانِ  الرَّجِيْمِ ), tidak termasuk didalam ayat Al Qur'an, sesungguhnya ucapan (أَعُوْذُ  بِا للهِ  مِنَ  الشَّيْطَانِ  الرَّجِيْمِ  ) merupakan etika (adab, tata krama), Etika membaca (أَعُوْذُ  بِا للهِ  مِنَ  الشَّيْطَانِ  الرَّجِيْمِ  ) ini diajarkan Allah kepada kita, ketika  kita ingin membaca Al Qur'an, hal ini diperintahkan didalam firman Allah yang Maha Suci : ([فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ [النحل/98) artinya "Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca al-Quran, memohonlah perlindungan kepada Allah dari (godaan, gangguan) syetan yang terkutuk". (QS. An-Nahl (16) : 98).  Oleh karenanya lafadz (أَعُوْذُ  بِا للهِ  مِنَ  الشَّيْطَانِ  الرَّجِيْمِ ) tidak ditulis di dalam Al Qur'an, lain halnya dengan ucapan bismilah atau (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ).


بِسْمِ  اللهِ  الرَّ حْمَنِ  الرَّحِيْمِ
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)


تَفْسِيْرُ اْلبَسْمَلَةِ : اَلمَْعْنَى  : أَ بْدَ أُ  بِتــَسْمِيَةِ  اللهِ  وَ ذَكَرَ هُ  قَبْلَ  كُلِّ  شَيْئٍ ، مُسْتَعِيْناً بِهِ  جَلَّ  وَ عَلاَ  فِى  جَمِيعِ  أُمُوْرِي ، طَالِباً مِنْهُ  وَحْدَهُ  اْلعَوْنَ ،  فَإِنَّ  الرَّبَّ  اْلمَعْبُوْدَ ، ذُو اْلفَضْلِ وَ  اْلجُوْدِ ، وَ اسِعُ الرَّحْمَةِ  كَثِيْرُ اْلتــَّفَضُّلِ  وَ  اْلإِحْسَانِ ، اَ لَّذِى وَسِعَتْ رَحْمَتُهُ  كُلَّ شَيْئٍ ، وَ عَمَّ فَضْلَهُ جَمِيْعِ اْلأَناَمِ.

Tafsir Basmalah, maknanya :

Aku memulai dengan nama Allah dan menyebutNya sebelum segala sesuatu, aku memohon pertolonganNya dalam segala urusanku (aktivitasku). Hanya kepadaNya aku meminta (mencari) pertolongan. Bahwasannya Dia-lah Tuhan (satu-satunya) yang patut disembah, Maha Mulia (Maha Utama) dan Maha Dermawan, sangat luas rahmatNya, banyak keutamaanNya dan kebaikanNya, rahmatNya mencakup (meliputi) segala sesuatu, keutamaanNya mencakup (meliputi) semua makhluk.

تَنْبِيْهٌ : [ بِسْمِ  اللهِ  الرَّحْمَنِ  الرَّحِيْمِ ]  اِفْتــَتــَحَ   اللهُ   بِهَذِ هِ   اْلآ يَةِ   سُوْرَ ةَ   اْلفَاتِحَةِ   وَ  كُلَّ   سُوْرَ ةَ   مِنْ  سُوَرِ  اْلقُرْآنِ  -  مَا عَدَ ا سُورَ ةَ   التــَّوبَةِ  -  لِيُرْشِدَ  اْلمُسْلِمِيْنَ   إِلَى  أَنْ   يَبْدَ أُوْا  أَعْمَالَهُمْ  وَ  أَقْوَ الَهُمْ  ]  بِسْمِ  اللهِ  الرَّحْمَنِ  الرَّحِيْمِ [، اِلْتِمَاساً لِمَعُوْ نَتِهِ وَ تَوْ فِيْقِهِ ، وَ مُخَالِفَةً  لِلْوَ ثَنِيِّـيْنَ  الَّذِيْنَ  يَبْدَ أُوْنَ  أَعْمَالَهُمْ  بِأَسْمَاءِ  آلِهَـتِهِمْ   أَوْ  طَوَ اغِيْـتِهِمْ فَيَقُوْلُوْنَ : بِاسْمِ اللاَّتَ ، أَوْ بِاسْمِ اْلعُزَى ، أَوْ  بِاسْمِ الشُّعَبْ ، أَوْ  بِاسمِ  هُبَلْ.

Catatan (peringatan) :

(بِسْمِ  اللهِ  الرَّ حْمَنِ  الرَّحِيْمِ)  artinya "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". Allah membuka surat Al-Fatihah dan setiap surat Al-Qur'an (kecuali surat At-Taubah), dengan ayat tersebut (Allah hendak mengajarkan) untuk menunjukkan kepada kaum muslimin agar memulai segala aktivitas dan perkataannya dengan kalimat (بِسْمِ  اللهِ  الرَّ حْمَنِ  الرَّحِيْمِ)  artinya "dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang",  untuk memohon (berharap) meminta perlindungan dan taufikNya.  Hal ini berbeda dengan kaum pagan (penyembah berhala) yang memulai segala pekerjaannya dengan menyebutkan nama tuhan-tuhan mereka. Mereka mengucapkan, "Dengan Menyebut nama Al-Lata" [2], atau "Dengan Menyebut Al-Uzza" [3] atau "Dengan Menyebut nama Asy-Syab"  dan "Dengan Menyebut nama Hubal" [4].

قَالَ  الطَّـبَرِى : " إِنَّ  اللهَ  تَعَالَى  ذَكَرَهُ  وَ  تــَقَدَّ سَتْ   أَسْمَاؤُ هُ ، أَدَّبَ  نَبِـيَّهُ  مُحَمَّداً  r  بِتــَعْلِيْمِهِ  ذِكْرَ  أَسْمَائِهِ اْلحُسْنَى ، أَمَامَ   جَمِيْعِ  أَفْعَالِهِ ، وَ جَعَلَ  ذَ لِكَ   لِجَمِيْعِ  خَلْقِهِ  سُنَّةً   يَسْتــَنُّوْنَ   بِهَا ، وَ  سَبِيْلاً  يَتــَّبِعُوْ نَهُ  عَلَيْهَا ، فَـقَـوْلُ اْلقَائِلِ : بِسْمِ  اللهِ  الرَّحْمَنِ  الرَّحِيْمِ  إِذَا  افْتــَتــَحَ  تَالِياً  سُوْرَ ةً ، يُنْبِئُ   عَنْ   أَنَّ  مُرَ ادَ هُ :  أَقْرَ أُ  بِسْمِ  اللهِ ،  وَ كَذَ لِكَ  سَائِرَ  اْلأَ فْْعَالِ " .
Ath-Thabari berkata : "Sesungguhnya Allah menyebut (bismillah) dan mensucikan nama-namaNya. Allah mengajarkan adab (etika) kepada nabi Muhammad  r  untuk menyebutkan nama-namaNya yang baik (Al-Asma 'Al Husna) pada permulaan segala pekerjaannya. Kemudian ajaran tersebut (membaca bismillah pada setiap permulaan segala pekerjaan) menjadi tuntunan (sunnah) bagi semua makhlukNya, dan menjadi jalan yang senantiasa diikuti".
Orang yang mengucapkan : (بِسْمِ  اللهِ  الرَّ حْمَنِ  الرَّحِيْمِ) "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, jika memulai membaca surat, maka mengabarkan (memberitahukan) bahwa : Aku memulai dengan membaca basmalah, begitu juga dalam segala amal perbuatanku (aktivitasku)"  [5]


[1]     سنن أبي داود - (ج 2 / ص 427/ح 658) : حَدَّ ثَنَا  عَبْدُ  السَّلاَ مِ  بْنُ  مُطَهَّرٍ  حَدَّ ثَنَا  جَعْفَرٌ  عَنْ  عَلِيِّ  بْنِ  عَلِيٍّ  الرِّفَاعِيِّ  عَنْ  أَبِي  الْمُتَوَ كِّلِ  النَّاجِيِّ  عَنْ  أَبِي  سَعِيدٍ  الْخُدْرِيِّ  قَالَ ) كَانَ  رَسُولُ   اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  إِذَا  قَامَ  مِنَ  اللَّيْلِ  كَبَّرَ  ثُمَّ  يَقُولُ  سُبْحَا نَكَ  اللَّهُمَّ  وَ  بِحَمْدِكَ  وَ  تَبَارَ كَ  اسْمُكَ  وَ تَعَالَى  جَدُّكَ  وَ  لاَ   إِلَهَ  غَيْرَ كَ   ثُمَّ   يَقُولُ   لاَ   إِلَهَ   إِلاَّ   اللَّهُ   ثَلاَ ثًا  ثُمَّ    يَقُولُ  اللَّهُ   أَكْبَرُ   كَبِيرً ا  ثَلاَ  ثًا   أَعُوذُ  بِاللَّهِ   السَّمِيعِ   الْعَلِيمِ   مِنَ   الشَّيْطَانِ   الرَّجِيمِ   مِنْ   هَمْزِ هِ  وَ نَفْخِهِ   وَ   نَفْثِهِ   ثُمَّ    يَقْرَ أُ  (
(Sunan Abu Daud, Hadits 658) : Telah menceritakan kepada kami Abdussalam bin Mutthahir telah menceritakan kepada kami Ja'far dari Ali bin Ali Ar Rifa'i dari Abu Al Mutawakkil An Naji dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata ; ("Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bangun untuk shalat malam, beliau bertakbir kemudian mengucapkan: "SUBHAANAKA ALLAHUMMA WABIHAMDIKA WATABAARAKASMUKA WA TA'AALA JADDUKA WALAA ILAAHA GHAIRAKA (Maha suci Engkau, ya Allah, aku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu, Maha berkah nama-Mu, Maha luhur keluhuran-Mu dan tidak ilah selain Engkau)." kemudian membaca: "LAA ILAAHA ILLALLAH (tidak ada ilah selain Allah) sebanyak tiga kali, kemudian membaca: "ALLAHU AKBAR KABIIRA (Allah Maha besar benar-benar Maha besar)." sebanyak tiga kali- (kemudian membaca): A'UUDZU BILLAHIS SAMII'IL 'ALIIM MINAS SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMZIHII WANAFKHIHI WA NAFTSIHI (Aku berlindung kepada Allah, dzat yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari goda'an syetan yang terkutuk, dari kegilaannya, dari kesombongannya dan syairnya yang jelek)." kemudian beliau membaca (surat Al Qur'an).)

سنن الترمذي - (ج 1 / ص 409/ح 225) : حَدَّ ثَنَا  مُحَمَّدُ  بْنُ  مُوسَى  الْبَصْرِيُّ  حَدَّثَنَا  جَعْفَرُ  بْنُ  سُلَيْمَانَ  الضُّبَعِيُّ  عَنْ  عَلِيِّ  بْنِ  عَلِيٍّ  الرِّفَاعِيِّ  عَنْ  أَبِي  الْمُتَوَ كِّلِ  عَنْ  أَبِي  سَعِيدٍ  الْخُدْرِيِّ  قَالَ ) كَانَ  رَسُولُ  اللَّهِ صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  إِذَا  قَامَ  إِلَى  الصَّلاَ ةِ  بِاللَّيْلِ  كَبَّرَ  ثُمَّ   يَقُولُ  سُبْحَانَكَ  اللَّهُمَّ  وَ  بِحَمْدِكَ  وَ تَبَارَ كَ  اسْمُكَ  وَ تَعَالَى  جَدُّ كَ  وَ  لاَ  إِلَهَ  غَيْرُ كَ   ثُمَّ   يَقُولُ  اللَّهُ   أَكْبَرُ   كَبِيرً ا   ثُمَّ   يَقُولُ  أَعُوذُ  بِاللَّهِ  السَّمِيعِ  الْعَلِيمِ  مِنَ  الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ   مِنْ  هَمْزِ هِ  وَ  نَفْخِهِ  وَ  نَفْثِهِ (
(Sunan Turmudzi, hadits 225) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Musa Al Bashari berkata; telah menceritakan kepada kami Ja'far bin Sulaiman Adl Dluba'i dari Ali bin Ali Ar Rifa'i dari Abu Al Mutawakkil dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata ; ("Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri untuk shalat malam, beliau bertakbir dan membaca: "SUBHAANAKA ALLAHUMMA WA BIHAMDIKA WA TABAARAKAS MUKA WA TA'ALA JADDUKA WA LAA ILAAHA ILLAA GHAIRUKA (Maha Suci Engkau Ya Allah, aku memuji-Mu, Maha Berkah akan nama-Mu, Maha Tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau), " lalu membaca: "ALLAHU AKBAR KABIIRA (Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya), " lalu membaca: "A'UUDZU BILLAHIS SAMI'IL AliIM MINASY SYAITHANIR RAJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI WA NAFSIHI (Aku berlidung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari godaan, tiupan dan bisikannya).")

سنن ابن ماجه - (ج 3 / ص 33/ح  799) :  حَدَّ ثَنَا  مُحَمَّدُ  بْنُ  بَشَّارٍ  حَدَّ ثَنَا  مُحَمَّدُ  بْنُ  جَعْفَرٍ  حَدَّ ثَنَا  شُعْبَةُ  عَنْ  عَمْرِو بْنِ  مُرَّةَ  عَنْ  عَاصِمٍ  الْعَنَزِيِّ  عَنِ  ابْنِ  جُبَيْرِ  بْنِ  مُطْعِمٍ  عَنْ  أَبِيهِ  قَالَ )رَ أَ يْتُ  رَسُولَ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  حِينَ  دَخَلَ   فِي  الصَّلاَ ةِ   قَالَ  اللَّهُ   أَكْبَرُ   كَبِيرً ا  اللَّهُ   أَكْبَرُ   كَبِيرً ا  ثَلاَ ثًا  الْحَمْدُ  لِلَّهِ  كَثِيرً ا  الْحَمْدُ  لِلَّهِ  كَثِيرًا  ثَلاَ ثًا  سُبْحَانَ  اللَّهِ  بُكْرَ ةً  وَ  أَصِيلاً  ثَلاَ ثَ  مَرَّاتِ  اللَّهُمَّ  إِ نِّي  أَعُوذُ  بِكَ  مِنَ  الشَّيْطَانِ  الرَّجِيمِ  مِنْ هَمْزِ هِ  وَ نَفْخِهِ  وَ  نَفْثِهِ  قَالَ  عَمْرٌو  هَمْزُهُ  الْمُوتَةُ  وَ  نَفْثُهُ  الشِّعْرُ  وَ  نَفْخُهُ  الْكِبْرُ( 
(Sunan Ibnu Majah, hadits 799) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari 'Amru bin Murrah dari 'Ashim Al 'Anazi dari Ibnu Jubair bin Muth'im dari Bapaknya ia berkata ; (Ketika membuka shalat, aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan; "ALLAHU AKBAR KABIIRA, ALLAHU AKBAR KABIIRA (Sungguh Maha besar Allah, Sungguh Maha besar Allah) sebanyak tiga kali, ALHAMDULILLAHI KATSIIRA, ALHAMDULILLAHI KATSIIRA (Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya. Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya) sebanyak tiga kali, SUBHAANAALLAHI BUKRATAU WA ASHIILA (Maha suci Allah diwaktu pagi dan petang) sebanyak tiga kali, ALLAHUMMA INNI A'UDZU BIKA MINASY SYAITHANIR RAJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI WA NAFTSIHI (Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari setan yang terkutuk; dari goda, tiupan dan hembusannya)." 'Amru berkata; "Godaannya adalah kebimbangan, tiupannya adalah sya'ir dan hembusannya adalah kesombongan.")

[2]    Lātta : Menurut riwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Rabi’ bin Anas mereka membaca (الاَّتَ) dengan ditasydidkan taa (تَّ) dan mereka menafsirkannya dengan “Seseorang yang mengadoni gandum untuk para jamaah haji di masa jahiliyyah. Tatkala dia meninggal, mereka i’tikaf di kuburannya lalu menyembahnya.” Mujahid berkata: “Al Lātta adalah orang yang dahulunya tukang mengaduk tepung gandum (dengan air atau minyak) untuk dihidangkan kepada jamaah haji. setelah meninggal, merekapun senantiasa mendatangi kuburannya.”

Imam Al-Bukhari mengatakan, Telah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas berkata tentang firman Allah “Al-Lātta dan Al-’Uzza.”: “Al-Lātta adalah seseorang yang menjadikan gandum untuk para jamaah haji.”
Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan berkata, Lātta dengan dobel huruf "t" sebagai isim fa’il (Lātta) berasal dari kata kerja latta-yaluttu. Dia (Lātta) adalah seorang lelaki yang shalih yang biasa mengadon tepung untuk memberi makan jama’ah haji. Ketika dia meninggal, orang-orang pun membangun sebuah rumah di atas kuburannya, dan menutupinya dengan tirai-tirai. Akhirnya mereka menyembahnya sebagai sekutu selain Allah.

Lāta : Sedangkan kata Lata tanpa dobel huruf "t", adalah nama berhala di Tha'if. Dia berupa batu yang dipahat, yang dibangun sebuah rumah di atasnya. Padanya ada tirai-tirai yang menyamai ka’bah. Di sekelilingnya ada halaman dan di mempunyai pelayan (penjaga). Berhala ini milik kabilah Tsaqif dan kabilah-kabilah yang ada disekitar mereka.
Lāta kedua ini dibuat dari batu besar yang dianggap suci, diletakkan di dalam kotak kayu berbentuk persegi dengan batu permata di dalamnya. Ia dikenal juga oleh Herodotus sebagai "Alilat". Lembah Wajj dianggap suci dan sejajar dengan berhala tersebut. Disekitar berhala itu banyak pepohonan yang tidak boleh ditebang. Para penyembahnya selalu meletakkan persembahan berupa baju, batu permata dan hadiah-hadiah lain diatas batu berhala tersebut, sebagai salah satu upacara keagamaan.
Cultus Lāta ada hari ini di persatuan keagamaan yang asal Rusia (Siberia) "Lingkaran orang berbakti kepada Dewi ALLAT"

[3]    Al-‘Uzzá (bhs Arab :العزى, Yang Terkuat) adalah salah satu berhala yang disembah oleh bangsa Arab Jahiliyah. Berhala ini dianggap sebagai salah satu anak Tuhan bersama dengan Lattā dan Manāt. ‘Uzzá dianggap sebagai dewi perang suci dan yang paling muda di antara berhala dewi yang lain. Berhala pohon dari Sallam yang terletak di lembah Nakhlah yang terletak antara Mekkah dan Tha’if. Di sekitarnya terdapat bangunan, dan tirai-tirai. Berhala ini juga mempunyai pelayan dan penjaga.
Al-‘Uzzá juga disembah oleh bangsa Nabath, yang dianggap sejajar dengan salah satu dewi Aphrodite. Al Qur'an menyebutkannya di dalam salah satu surahnya yaitu di dalam surah An-Najm ayat 19, yang berbunyi:
"Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza", (An-Najm 53:19)
Sebagian orang menyebutnya dengan nama Al-'Uzza, El-'Ozza, Uzza, Izza.

[4]    Hubal : Melacak asal-usul para berhala kuno ini seringkali menemukan kelemahan. Jika nama Hubal di hubungkan dengan bahasa Aramik berarti roh, sebagaimana yang diajarkan oleh Philip K. Hitti, maka Hubal berasal dari Arab sebelah Utara. Jika dilihat dari beberapa pendapat mengatakan bahwa Hubal dilihat dari asal-usulnya maka berhala itu berasal dari peradaban mitologi bangsa Mesopotamia yang berpuncak pada mahadewa Enlil yang sangat terkenal pada abad ke 17 SM.
Disamping menyembah Hubal, bangsa Arab Quraisy menyembah pula berhala Bâal sang Dewa Badai yang berasal dan peradaban Israel purba abad ke-13 SM, yang sudah disembah ras Arabia sedikitnya sejak abad ke-10 SM. Dengan demikian terdapat pengaruh kebudayaan Mesopotamia dan Israel purba dalam budaya penyembahan berhala di Hejaz.
Menurut Nehs seorang misionaris, dalam usahanya menghubungkan Hubal dengan "Ha-Baal" (Baal), berhala Hubal di Mekkah berasal dari Ma'arib. Nehls berkata: "Where was Baal worshipped? In Moab! It was the "god of fertility". 'Amr bin Luhay brought Hubal from Moab to Arabia."
Menurut riwayat berhala Hubal itu terbuat dari batu akik merah seperti orang, tangan sebelah kanan telah patah, kemudian setelah menjadi berhala kaum Qurais, mereka membuatkan tangan dari emas sebagai gantinya yang patah itu. Menurut riwayat lain, Hubal ditaruh di dalam Ka'bah dan dijadikan berhala terbesar di dalam dan luar Ka'bah. Sebagai bawahan Hubal dibuat pula berhala Manāt, Latta dan ‘Uzzá yang merupakan berhala penduduk lokal.

[5]    Jami' Al Bayan, karya Ath-Thabari