Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Kamis, 03 Februari 2011

Z U H U D Terhadap Urusan Dunia, Yang Dianggap Tempat Bercocok Tanam



Sesungguhnya dunia adalah negeri persinggahan bukan negeri untuk menetap, dunia adalah tempat yang penuh dengan duka cita bukan tempat tinggal untuk bersuka cita. Maka sepatutnya bagi seorang mukmin menjadikan dunia sebagai bagian perjalanan, mempersiapkan bekal dan hartanya untuk menuju ke perjalanan yang pasti (ke akhirat).

Maka merupakan kebahagiaan bagi siapa yang menjadikan perjalanan ini bekal yang akan menyampaikannya kepada keridhaan Allah I, yang mengantarkannya kepada ganjaran surga-Nya dan kepada keselamatan dari neraka-Nya.

إنما الدنيا إلى الجنة والنار طريق, و الليالي متجر الإنسان والأيام سوق

“Sesungguhnya dunia adalah jalan menuju Surga dan Neraka ; Malamnya adalah tempat perniagaan manusia dan hari-harinya adalah pasar.”



DEFINISI ZUHUD TERHADAP DUNIA

Banyak sekali perkataan-perkataan para Salaf di dalam mendefinisikan zuhud terhadap dunia, dan keseluruhannya berputar kepada ketiadaan hasrat kepada dunia dan kekosongan hati dari ketergantungan terhadap dunia.

· Berkata Imam Ahmad :

الزهد في الدني :قصر الأمل

“Zuhud terhadap dunia adalah pendek angan-angan”.

· Berkata Abdul Wahid bin Zaid :

الزهد في الدني والدرهام

“Zuhud adalah terhadap dunia dan dirham”.

· Al-Junaid ditanya mengenai zuhud, beliau berkata :

استسغار الدني ,ومحو آثارها من القلب

“Zuhud adalah menganggap dunia itu kecil dan menghilangkan bekasnya dari hati”.

· Berkata Abu Sulaiman Ad-Darani :

الزهد :ترك ما يشغل عن الله

“Zuhud adalah meninggalkan apa-apa yang menyibukkanmu dari Allah”

· Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah :

الزهد ترك ما لا ينفع في الآخرة الورع ترك ما تخاف ضرره في الآخرة

“Zuhud adalah meninggalkan apa-apa yang tak berfaidah bagi akhirat, wara’ adalah meninggalkan apa-apa yang membuatmu takut akan bahayanya terhadap akhirat”.

Ibnul Qayyim telah menganggapnya baik sekali pernyataan Syaikhul Islam ini”.

· Berkata Ibnul Qayyim :

والذي أجمع علبه العارفون :أن الزهد سفر القلب من وطن الدني ,وأخذه في منازل الآخرة

“Orang-orang bijaksana telah bersepakat bahwa zuhud adalah menyingkirnya hati dari negeri dunia, dan membawanya kepada negeri akhirat”.

Maka dimanakah gerangan para musafir yang hatinya tertambat kepada Allah? ; Dimanakah gerangan para pejalan yang hendak menuju ke tempat yang mulia dan derajat yang tinggi? ; Dimanakah gerangan para perindu surga dan penuntut akhirat?



ZUHUD DI DALAM AL QUR’AN

Berkata Imam Ibnul Qayyim : Al-Qur’an dipenuhi dengan anjuran zuhud terhadap dunia, berita akan kehinaan dunia dengan segala kekurangannya, keberakhirannya dan kesegeraan kebinasaannya, dan berisi tentang anjuran berhasarat kepada akhirat, berita akan kemuliaannya dan kekekalannya.

Di antara ayat-ayat yang mendorong bersikap zuhud di dunia adalah :

· Ayat 1 :

اعْلَمُوا أَ نَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَ لَهْوٌ وَ زِينَةٌ وَ تَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَ تَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَ اْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَا تُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَ فِي اْلآَخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَ مَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَ رِضْوَانٌ وَ مَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ [الحديد/20]

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang menumbuhkan tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS. Al-Hadid (57) : 20)

· Ayat 2 :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ [آل عمران/14]

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingininya, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali 'Imran (3) : 14)

· Ayat 3 :

مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ اْلآَخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَ مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّ نْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَ مَا لَهُ فِي اْلآَخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ [الشورى/20]

“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya satu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy-Syuuraa (42) : 20)

· Ayat 4 :

قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَ اْلآَخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَ لاَ تُظْلَمُونَ فَتِيلاً [النساء/77]

“Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”. (QS. An Nisaa’ (4) : 77)

· Ayat 5 :

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا , وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى [الأعلى/16، 17]

“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS. Al A'laa (87) : 16-17)



ZUHUD DI DALAM HADITS NABI

Adapun hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang mendorong kepada zuhud terhadap dunia, menganggap kecil dunia dan menjauhkan diri dari dunia adalah banyak, di antara :

· Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam kepada Ibnu 'Umar Radhiallahu:

صحيح البخاري - (ج 20 / ص 39/5937) : عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ ) كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ (

(HR. BUKHARI No. 5937) : Dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memegang pundakku dan bersabda: 'Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara."

Ibnu Majah menambahkan dalam riwayatnya :

سنن ابن ماجه - (ج 12 / ص 138/ح 4104) : عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبَعْضِ جَسَدِي فَقَالَ ) يَا عَبْدَ اللَّهِ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَ نَّكَ غَرِيبٌ أَوْ كَأَ نَّكَ عَابِرُ سَبِيلٍ وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُورِ (

(HR. IBNUMAJAH No. 4104) : Dari Ibnu Umar dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah memegang sebagian dari tubuhku seraya bersabda: "Wahai Abdullah, jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara, dan persiapkanlah dirimu sebagai calon penghuni kubur."

· Bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam :

صحيح مسلم - (ج 14 / ص 205/ح 5256) : عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ) الدُّ نْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَ جَنَّةُ الْكَافِرِ (

(HR. MUSLIM No 5256) : Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Dunia penjara orang mu`min dan surga orang kafir."

· Bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam secara jelas dan gamblang tentang kerendahan dunia :

سنن ابن ماجه - (ج 12 / ص 132/ح 4098) : عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ قَالَ سَمِعْتُ الْمُسْتَوْرِدَ أَخَا بَنِي فِهْرٍ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ

اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُولُ) مَا مَثَلُ الدُّ نْيَا فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ مَثَلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ(

(HR. IBNU MAJAH No. 4098) : Dari Qais bin Abu Hazim dia berkata; saya mendengar Al Mustaurida saudara Bani Fihr berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah permisalan dunia dengan akhirat melainkan seperti ketika seorang dari kalian memasukkan jarinya ke dalam lautan, maka lihatlah berapa teteskah yang masih tersisa (di jari tangan)."

· Bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam :

سنن ابن ماجه - (ج 12 / ص 133/ح 4099) : عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ اضْطَجَعَ النَّبِيُّ صَلَّى للَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حَصِيرٍ فَأَثَّرَ فِي جِلْدِهِ فَقُلْتُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ كُنْتَ آذَنْتَنَا فَفَرَشْنَا لَكَ عَلَيْهِ شَيْئًا يَقِيكَ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ )مَا أَنَا وَ الدُّنْيَا إِنَّمَا أَنَا وَ الدُّنْيَا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَ تَرَكَهَا(

(HR IBNU MAJAH No 4099) : Dari Abdullah dia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah berbaring di atas tikar hingga membekas dikulitnya. Lalu aku bertanya, "Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah! Jika anda mengizinkan kami, maka kami akan menghamparkan sesuatu yang dapat menjagamu." Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Apa urusanku dengan dunia ini? Sesungguhnya diriku dan dunia ini bagaikan seseorang yang tengah berjalan kemudian berteduh di bawah pohon, lalu aku pergi meninggalkan (pohon tersebut)."

· Bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam :

سنن ابن ماجه - (ج 12 / ص 134/ح 4100) : عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذِي الْحُلَيْفَةِ فَإِذَا هُوَ بِشَاةٍ مَيِّتَةٍ شَائِلَةٍ بِرِجْلِهَا فَقَالَ )أَتُرَوْنَ هَذِهِ هَيِّنَةً عَلَى صَاحِبِهَا فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ عَلَى صَاحِبِهَا وَلَوْ كَانَتْ الدُّنْيَا تَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا قَطْرَةً أَبَدًا(

(HR. IBNU MAJAH No 4100) : Dari Sahl bin Sa'd dia berkata, "Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Dzul Khulaifah, tiba-tiba ada seekor kambing mati dengan kaki terangkat, maka beliau pun bersabda: "Bukankah kalian melihat bahwa hal ini merupakan suatu yang hina bagi pemiliknya? Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh dunia itu lebih hina di hadapan Allah daripada (bangkai) ini atas pemiliknya, sekiranya dunia itu memiliki nilai seberat sayap nyamuk di sisi Allah, niscaya Dia tidak akan memberikan setetes pun terhadap orang kafir."

· Bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam :

سنن ابن ماجه - (ج 12 / ص 124/ح 4092) : عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللَّهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ )ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّوكَ(

(HR. IBNU MAJAH No. 4092) : Dari Sahl bin Sa'd As Sa'idi dia berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku kerjakan maka Allah dan seluruh manusia akan mencintaiku." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Berlakulah zuhud dalam urusan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah, dan zuhudlah kamu terhadap apa yang dimiliki orang lain niscaya kamu akan dicintai orang-orang."

· Bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam :

المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 18 / ص 292/ح 8034) : عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ) اقتربت الساعة و لا يزداد الناس على الدنيا إلا حرصا و لا يزدادون من الله إلا بعدا (

(HR. Hakim No 8034) : Dari Abdullah ibnu Mas’ud ia berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam “Kiamat telah dekat, dan tidaklah bertambah kecuali manusia semakin rakus terhadap dunia, dan tidak bertambah melainkan mereka semakin jauh dari Allah.

Berbakti Kepada Orang Tua Yang Sudah Meninggal



حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَهْدِيٍّ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ الْمَعْنَى قَالُوا حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ أَسِيدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ عُبَيْدٍ مَوْلَى بَنِي سَاعِدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيعَةَ السَّاعِدِيِّ قَالَ ) بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا (

(HR. ABUDAUD - 4476) : Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mahdi dan Utsman bin Abu Syaibah dan Muhammad Ibnul 'Ala` secara makna, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari 'Abdurrahman bin Sulaiman dari Asid bin Ali bin Ubaid -mantan budak (yang telah dimerdekakan oleh) bani Sa'idah- dari Bapaknya dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah As Sa'idi ia berkata, "Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba ada seorang laki-laki dari bani Salamah datang kepada beliau. Laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah masih ada ruang untuk aku berbuat baik kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal?" beliau menjawab: "Ya!. (1)Mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya, (2)melaksanakan wasiatnya, (3) menyambung jalinan silaturahmi keluarga mereka dan (4) memuliakan teman mereka."(Hadits yang serupa diriwayatkan oleh HR. Ahmad No hadits 15479 dan HR Ibnu Majah No hadits 3654).

1. Mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya (الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا)

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَ يُّوبَ وَ قُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَ ابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلاَءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ )إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَ ثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ(

(HR. MUSLIM - 3084) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah -yaitu Ibnu Sa'id- dan Ibnu Hujr mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il -yaitu Ibnu Ja'far- dari Al 'Ala' dari Ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya."

وَ إِ ذَا سَأَ لَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَإِ نِّيْ قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُواْ لِيْ وَ لْيُؤْ مِنُواْ بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi ( segala perintah-Ku( dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. ( Q.S. Al Baqarah (2) : 186 )

ٱ ُدْعُواْ رَ بَّكُمْ تَضَرُّعاً وَ خُفْيَةً إِ نَّهُ لاَ يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِيْنَ

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Q.S. Al A’raaf (7) : 55)

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْه ِوَسَلَّمَ قَالَ) مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُوْ بِدَعْوَ ةٍ لَيْسَ فِيْهَا إِثْمٌ و َلا قَطِيْعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثََلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَ تُهُ وَ إِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي اْلآخِرَةِ وَ إِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلَها قَالُوْا إِذًا نُكْـثِرُ قَالَ اللَّهُ أَ كْـثَرُ ( [1]

Dari Abi Sa’id ia menerangkan bahwa Nabi r bersabda, “Tidaklah tertolak doa seorang muslim yang berdoa kepada Allah dengan doa yang bersih dari dosa dan tidak memutuskan shilaturahmi kecuali Allah memberikan kepadanya salah satu dari tiga hal : (1)Dipercepat hasil doanya, (2) Ditangguhkan doanya untuk di akhirat atau (3) Dipelihara (dirinya) dari keburukan”. Mereka berkata : ‘Kalau begitu kita perbanyak saja doanya’. Beliau r bersabda : Allah (membalas) lebih banyak lagi”.

2. Melaksanakan wasiatnya (إِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا)

Hendaknya seseorang menunaikan wasiat kedua orang tuanya dan melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka. Apabila kita pernah mendengar orang tua kita mempunyai janji atau niat untuk melakukan suatu kebajikan, namun belum terlaksana karena maut keburu menjemputnya, kita sebagai anaknya dianjurkan untuk merealisasikan niat baiknya itu. Misalnya, mereka pernah berniat mendirikan panti asuhan, sebelum niat baik ini terwujud, Allah I. memanggilnya, sebagai wujud bakti anak terhadap orang tua adalah merealisasikan niat baiknya tersebut.

3. Menyambung jalinan silaturahmi keluarga mereka (صِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا)

Hendaknya seseorang menyambung tali silaturahim dengan semua kerabat yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibunya, seperti paman dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak-anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambungkan tali silaturahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan sabda beliau r:

صحيح ابن حبان : ) مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَصِلَ أَ بَاهُ فِي قَبْرِهِ،فَلْيَصِلْ إِخْوَانَ أَبِيْهِ بَعْدَهُ (

Dari Abdullah bin Umar t, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah r bersabda : "Barang siapa yang ingin menjalin hubungan dengan ayahnya yang berada dalam kuburnya, maka hendaklah ia menjalin hubungan baik dengan saudara-saudara ayahnya dan ibunya sepeninggalnya". (HR. Ibnu Hibban no. 433 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami' no.5960)

مسند أحمد - (ج 27 / ص 35613309) : عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَ لْيَصِلْ رَحِمَهُ (

Dari Anas bin Malik t, ia berkata, Rasulullah r bersabda : "Barang siapa yang ingin umurnya dipanjangkan dan rezekinya ditambah, maka hendaklah ia berbakti kepada kedua orangtuanya, dan hubungkanlah kekerabatannya (Silaturahiim)".

4. Memuliakan teman mereka (وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا )

Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik pada orang tua, sebagaimana yang telah disebutkan.

حَدَّثَنَا أَبُو نُوحٍ أَخْبَرَنَا لَيْثٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُسَامَةَ بْنِ الْهَادِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ أَعْرَابِيًّا مَرَّ عَلَيْهِ وَهُمْ فِي طَرِيقِ الْحَجِّ فَقَالَ لَهُ ابْنُ عُمَرَ أَلَسْتَ فُلَانَ بْنَ فُلَانٍ قَالَ بَلَى قَالَ فَانْطَلَقَ إِلَى حِمَارٍ كَانَ يَسْتَرِيحُ عَلَيْهِ إِذَا مَلَّ رَاحِلَتَهُ وَعِمَامَةٍ كَانَ يَشُدُّ بِهَا رَأْسَهُ فَدَفَعَهَا إِلَى الْأَعْرَابِيِّ فَلَمَّا انْطَلَقَ قَالَ لَهُ بَعْضُنَا انْطَلَقْتَ إِلَى حِمَارِكَ الَّذِي كُنْتَ تَسْتَرِيحُ عَلَيْهِ وَعِمَامَتِكَ الَّتِي كُنْتَ تَشُدُّ بِهَا رَأْسَكَ فَأَعْطَيْتَهُمَا هَذَا الْأَعْرَابِيَّ وَإِنَّمَا كَانَ هَذَا يَرْضَى بِدِرْهَمٍ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْمَرْءِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ بَعْدَ أَنْ يُوَلِّيَ

(HR. AHMAD - 5395) : Telah menceritakan kepada kami Abu Nuh telah mengabarkan kepada kami Laits dari Yazid bin Abdillah bin Usamah bin Hadi dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar, seorang Arab badui melewatinya saat mereka dalam perjalanan haji. Ibnu Umar bertanya, "Bukankah kamu Fulan bin Fulan?" Dia berkata, "Benar." Dia (Abdullah bin Dinar) berkata: Ibnu Umar bergegas menuju Keledai yang dia gunakan untuk beristirahat jika kelelahan dalam perjalanan, dan ia ambil sorban yang digunakan sebagai penutup kepalanya. Lalu keduanya ia berikan kepada orang baduwi tersebut. Setelah orang baduwi itu pergi, sebagian kami bertanya, "Kamu bergegas dengan penuh rasa senang menuju Keledaimu yang kamu gunakan untuk beristirahat dan juga sorbanmu yang kamu gunakan untuk menutup kepalamu, kemudian kamu berikan keduanya kepada seorang Arab badui ini. Padahal si badui ini sebenarnya sudah senang meskipun hanya diberi satu dirham." Ibnu Umar berkata, "Saya mendengar Rasulullah r bersabda: 'Kebaktian (kepada orang tua) yang paling baik adalah seseorang meneruskan hubungan baik kepada orang-orang yang dicintai ayahnya (ibunya) setelah dia meninggal.'"


Ma’roji (Daftar Pustaka):

1. Shahiih Muslim (IV/1974) dan halaman setelahnya,

2. Fathul Baari (X/414) dan halaman setelahnya,

3. al-Ihsan bi Tattiibi Shahiih,

4. Ibni Hibban (I/315) dan halaman setelahnya,

5. al-Aadaab karya al-Baihaqi (hlm.5) dan halaman setelahnya,

6. al-Aadaab asy-Syar'iyyah karya Ibnu Muflih (I/433) dan halaman setelahnya,

7. Ihyaa' Uluumuddin karya al-Ghazali (II/216) dan halaman setelahnya,

8. Birrul Waalidain karya ath-Thurthusi,

9. Dikutip langsung dari Ensiklopedi Adab Islam Menurut AL-Qur'an dan As-Sunnah, Jilid I, karya Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i, cetakan pertama Agustus 2007, hlm. 171-179),

10. CD Maktabah Syamilah,

11. CD Al Bayan,

12. CD Kutubut- Tis’ah,

13. Modul-modul pengajian Birrul Walidain – Dida Cahyadiana



[1] Ibnu Katsir I : 219