Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Kamis, 17 Februari 2011

Untaian Cinta Seorang Istri Ahli syurga (Hak Suami yang patut ditunaikan) (Bagian 5)


34. MENJALANI IDDAH BILA SUAMI MENINGGAL.

وَ الَّذِينَ يُتَوَ فَّوْ نَ مِنْكُمْ وَ يَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَ بَّصْنَ بِأَ نْفُسِهِنَّ أَرْ بَعَةَ أَشْهُرٍ وَ عَشْرً ا ..[البقرة/234]

Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber`iddah) empat bulan sepuluh hari. (QS. Al Baqarah (2) : 234)

وَ أُولاَ تُ اْلأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ .... [الطلاق/4]

Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (QS. Ath-Thalaq (65) : 4)

Para istri yang ditinggal suaminya sesuai surat 2: 234 hendaklah menangguhkan dirinya / beriddah selama 4 bulan 10 hari jangan menikah lagi, hal ini berfungsi satu untuk masa berkabung, dan kedua untuk melihat apakah meninggalkan bayi dalam kandungan atau tidak dengan melihat masa haid. Apabila hamil maka waktu iddahnya sampai melahirkan.

صحيح البخاري - (ج 12 / ص 385/ح 3691) : عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ذُ كِرَ لَهُ أَنَّ سَعِيدَ بْنَ زَ يْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ وَ كَانَ بَدْرِيًّا مَرِضَ فِي يَوْمِ جُمُعَةٍ فَرَ كِبَ إِلَيْهِ بَعْدَ أَنْ تَعَالَى النَّهَارُ وَ اقْتَرَ بَتْ الْجُمُعَةُ وَ تَرَ كَ الْجُمُعَةَ وَ قَالَ اللَّيْثُ حَدَّ ثَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ حَدَّ ثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ أَنَّ أَبَاهُ كَتَبَ إِلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْأَرْقَمِ الزُّهْرِيِّ يَأْمُرُهُ أَنْ يَدْخُلَ عَلَى سُبَيْعَةَ بِنْتِ الْحَارِثِ الْأَسْلَمِيَّةِ فَيَسْأَ لَهَا عَنْ حَدِيثِهَا وَ عَنْ مَا قَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ حِينَ اسْتَفْتَتْهُ فَكَتَبَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْأَرْقَمِ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ يُخْبِرُهُ أَنَّ سُبَيْعَةَ بِنْتَ الْحَارِثِ أَخْبَرَتْهُ أَ نَّهَا كَانَتْ تَحْتَ سَعْدِ بْنِ خَوْلَةَ وَ هُوَ مِنْ بَنِي عَامِرِ بْنِ لُؤَ يٍّ وَ كَانَ مِمَّنْ شَهِدَ بَدْرًا فَتُوُ فِّيَ عَنْهَا فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ وَ هِيَ حَامِلٌ فَلَمْ تَنْشَبْ أَنْ وَ ضَعَتْ حَمْلَهَا بَعْدَ وَ فَاتِهِ فَلَمَّا تَعَلَّتْ مِنْ نِفَاسِهَا تَجَمَّلَتْ لِلْخُطَّابِ فَدَخَلَ عَلَيْهَا أَ بُو السَّنَابِلِ بْنُ بَعْكَكٍ رَجُلٌ مِنْ بَنِي عَبْدِ الدَّارِ فَقَالَ لَهَا مَا لِي أَرَ اكِ تَجَمَّلْتِ لِلْخُطَّابِ تُرَ جِّينَ النِّكَاحَ فَإِ نَّكِ وَ اللَّهِ مَا أَ نْتِ بِنَاكِحٍ حَتَّى تَمُرَّ عَلَيْكِ أَرْ بَعَةُ أَشْهُرٍ وَ عَشْرٌ قَالَتْ سُبَيْعَةُ فَلَمَّا قَالَ لِي ذَلِكَ جَمَعْتُ عَلَيَّ ثِيَابِي حِينَ أَمْسَيْتُ وَ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَسَأَ لْتُهُ عَنْ ذَ لِكَ فَأَفْتَانِي بِأَ نِّي قَدْ حَلَـلْتُ حِينَ وَ ضَعْتُ حَمْلِي وَ أَمَرَ نِي بِا لتَّزَوُّجِ إِنْ بَدَا لِي

Dari Nafi' bahwa Ibnu 'Umar RA diceritakan kepadanya bahwa Sa'id bin Zaid bin 'Amru bin Nufail, salah serang yang ikut perang Badar sedang menderita sakit pada hari Jum'at. Maka Ibnu 'Umar RA mendatanginya dengan berkendaraan saat tengah hari dan waktu shalat Jumat sudah dekat dan dia meninggalkan shalat Jum'at". Dan telah berkata Al Laits telah menceritakan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab berkata, telah menceritakan kepadaku 'Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bahwa bapaknya menulis surat kepada 'Umar bin Abdullah bin Al Arqam Az Zuhriy untuk menyuruhnya menemui Subai'ah binti Al Harits Al Aslamiyyah dan menanyakannya tentang hadits yang disampaikannya dan tentang apa yang disampaikan Rasulullah r kepadanya ketika dia meminta fatwa kepada beliau. Maka 'Umar bin Abdullah bin Al Arqam menulis surat balasan kepada Abdullah bin 'Utbah dan mengabarkan bahwa Subai'ah binti Al Harits telah mengabarkan kepadanya bahwa dia dahulu berada dalam tanggungan Sa'ad bin Khawlah, dia adalah dari keturunan Bani 'Amir bin Lu'ay dan dia juga termasuk orang yang ikut dalam perang Badar. Lalu Sa'ad meninggal dunia ketika Hajji Wada' dan Subai'ah dalam keadaan mengandung dan kemudian dia melahirkan tidak lama setelah kematian Sa'ad. Setelah masa nifasnya berakhir, dia berhias diri kepada orang yang hendak meminangnya. Maka Abu as-Sanabil bin Ba'kak, laki-laki dari Bani 'Abdid Dar datang menemuinya dan berkata kepadanya; "Aku memandang, kamu tidak patut bersolek di hadapan orang yang meminangmu dengan tujuan menikah. Karena, demi Allah, kamu tidak boleh menikah hingga kamu melewati masa empat bulan sepuluh hari". Subai'ah berkata; "Setelah dia mengatakan itu, aku mengemas pakaianku ketika sore hari lalu aku menemui Rasulullah r lantas aku bertanya kepada beliau tentang masalah tadi. Beliau memberikan fatwa jawaban kepadaku bahwa aku telah halal ketika aku melahirkan dan beliau menyatakan bahwa aku boleh menikah jika aku mau". (HR. BUKHARI No 3691)

Hadits ini menjelaskan bahwa wanita yang hamil setelah melahirkan bisa menikah lagi walaupun saat nifas belum lewat, karena telah melahirkan bayi dari suaminya yang meninggal. Kemudahan ini karena bisa jadi suaminya meninggal disaat kandungannya baru berusia 2 atau 3 bulan. Bagaimana jika si suami meninggal di bulan ke 8 atau 9 kandungan. Bisa memakai hadits ini karena bersifat umum setelah bayi dilahirkan, tetapi secara etika bisa juga memakai masa berkabung 4 bulan 10 hari. Keduanya merupakan kemudahan, dan bisa dipakai yang mana saja.

SEMOGA KESABARAN DALAM BERKABUNG DIBERIKAN GANJARAN YANG LUAR BIASA..DAN DIGANTIKAN DENGAN SUAMI YANG LEBIH BAIK LAGI……., JIKA DITAKDIRKAN SENDIRIAN SAMPAI AKHIR HAYAT SEMOGA TETAP TERJAGA HARTA DAN KEIMANANNYA.



35. BERDUKA ATAS KEMATIAN SUAMI.

صحيح البخاري - (ج 5 / ص 25/ح 1200) و صحيح البخاري - (ج 2 / ص 18/ح 302) و صحيح البخاري - (ج 16 / ص 409/ح 4922) و صحيح البخاري - (ج 16 / ص 411/ح 4923) و صحيح مسلم - (ج 7 / ص 481/ح 2740) : حَدَّ ثَنَا مُسَدَّدٌ ... حَدَّ ثَنَا سَلَمَةُ بْنُ عَلْقَمَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِ ينَ قَالَ ) تُـوُ فِّيَ ابْنٌ ِلأُ مِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَـلَمَّا كَانَ الْيـَوْمُ الـثَّالِثُ دَ عَتْ بِصُـفْـرَ ةٍ فَـتَمَسَّحَتْ بِـهِ وَ قَالَتْ نُـهِينَا أَنْ نُـحِدَّ أَكْـثَرَ مِنْ ثَلاَ ثٍ إِلاَّ بِزَ وْ جٍ (

Dari Muhammad bin Sirin berkata: Telah wafat anak Ummu 'Athiyyah t. Pada hari ketiga (dari kematian anaknya) dia meminta wewangian, lalu memakainya kemudian berkata: "Kami dilarang berkabung melebihi tiga hari kecuali bila ditinggal mati suaminya". (Shahih Bukhari, Shahih Muslim)

صحيح البخاري - (ج 5 / ص 26/ح 1201) و صحيح مسلم - (ج 7 / ص 477/ 2736) : حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ بْنُ مُوسَى قَالَ أَخْبَرَنِي حُمَيْدُ بْنُ نَافِعٍ عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ أَبِي سَلَمَةَ قَالَتْ ) لَمَّا جَاءَ نَعْيُ أَبِي سُفْيَانَ مِنْ الشَّأْمِ دَعَتْ أُ مُّ حَبِيبَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا بِصُفْرَ ةٍ فِي الْيَوْمِ الثَّالِثِ فَمَسَحَتْ عَارِضَيْهَا وَ ذِرَ اعَيْهَا وَ قَالَتْ إِ نِّي كُنْتُ عَنْ هَذَ ا لَغَنِيَّةً لَوْلاَ أَ نِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَـقُولُ لاَ يَـحِلُّ ِلامْرَ أَ ةٍ تُؤْ مِنُ بِاللَّهِ وَ الْيَـوْمِ اْلآخِرِ أَنْ تُـحِدَّ عَلَى مَـيِّتٍ فَوْ قَ ثَلاَ ثٍ إِلاَّ عَلَى زَوْ جٍ فَإِ نّـَهَا تُحِدُّ عَلَيْهِ أَرْ بَعَةَ أَشْهُرٍ وَ عَشْرً ا(

Dari Zainab binti Abu Salamah berkata ; Ketika kabar kematian Abu Sufyan sampai dari negeri Syam, Ummu Habibah t meminta wewangian pada hari ketiga lalu memakainya untuk bagian sisi badannya dan lengannya dan berkata; Sungguh bagiku ini sudah cukup seandainya aku tidak mendengar Nabi r bersabda: "Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah I dan Hari Akhir untuk berkabung melebihi tiga hari kecuali bila ditinggal mati suaminya saat itu dia boleh berkabung sampai 4 (empat) bulan 10 (sepuluh) hari".(Shahih Bukhari, Shahih Muslim)

Jelaslah berkabung terhadap suami 4 bulan 10 hari, sedangkan selain suami berkabungnya 3 hari. Dalam kurun waktu berkabung tersebut istri tiodak boleh keluar dari aturan berkabung yang telah ditetapkan syariat Islam seperti hal-hal seperti berikut :


a. Tidak meratapi kematian.

صحيح البخاري - (ج 11 / ص 344/ح 3258) و صحيح مسلم - (ج 1 / ص 269/ح 148) و سنن الترمذي - (ج 4 / ص 119/ح 920) و سنن النسائي - (ج 6 / ص 404/ح 1837) و سنن ابن ماجه - (ج 5 / ص 63/ح 1573) : حَدَّ ثَنِي ثَابِتُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّ ثَنَا سُفْيَانُ عَنِ اْلأَعْمَشِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُرَّ ةَ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ح وَعَنْ سُفْيَانَ عَنْ زُبَيْدٍعَنْ إِبْرَ اهِيمَ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَ شَقَّ الْجُيُوبَ وَ دَعَا بِدَعْوَ ى الْجَاهِلِيَّةِ(

Dari 'Abdullah dari Nabi I bersabda : "Bukan dari golongan kami siapa yang memukul-mukul pipi, merobek baju dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (meratap kematian) ".(Shahih Bukhari, Shahih Muslim)

صحيح البخاري - (ج 12 / ص 221/ح 3561) :حَدَّ ثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّ ثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ ) خِلاَ لٌ مِنْ خِلاَ لِ الْجَاهِلِيَّةِ الطَّعْنُ فِي اْلأَ نْسَابِ وَ النِّيَاحَةُ وَ نَسِيَ الثــَّالِـثَـةَ قَالَ سُفْيَانُ وَ يَقُولُونَ إِ نَّهَا اِلاسْتِسْقَاءُ بِاْلأَ نْوَ اءِ(

Dari 'Ubaidullah dia mendengar Ibnu 'Abbas t berkata; "Kebiasaan (yang masih ada pada ummat ini) dari kebiasaan jahiliyyah adalah mencela keturunan dan meratapi (kematian)". Ubaidullah lupa perkara yang ketiga. Sufyan berkata; Orang-orang mengatakan, bahwa yang ketiga adalah meminta hujan lewat perantara bintang-bintang. (Shahih Bukhari, Shahih Muslim)

صحيح مسلم - (ج 5 / ص 6/ح 1549) و صحيح البخاري - (ج 5 / ص 37/ ح 1209) وسنن الترمذي - (ج 4 / ص 121/ ح 921) و مسند أحمد - (ج 37 / ص 148/ ح 17492) : حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَ كِيعٌ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عُبَيْدٍ الطَّائِيِّ وَ مُحَمَّدِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ أَوَّلُ مَنْ نِيحَ عَلَيْهِ بِالْكُوفَةِ قَرَظَةُ بْنُ كَعْبٍ فَقَالَ الْمُغِيرَ ةُ بْنُ شُعْبَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ) مَنْ نِيحَ عَلَيْهِ فَإِ نَّهُ يُعَذَّ بُ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (

Dari Ali bin Rabi'ah ia berkata; Orang yang pertama kali diratapi di Kufah adalah Qarazhah bin Ka'ab, maka Al Mughirah bin Syu'bah berkata; Saya mendengar Rasulullah r bersabda: "Barangsiapa yang meratapi mayit, maka mayit akan disiksa pada hari kiamat karena ratapan itu".(Shahih Bukhari, Shahih Muslim)

Jika kita memang sudah tak tahan menahan emosi dan kesedihan diperbolehkan menangis sewajarnya serta mencium wajah mayat, karena kecintaan dan kasih sayang kita, tetapi tidak boleh keterlaluan :

صحيح البخاري – (ج 22 / ص 369/ح 6829) و صحيح مسلم – (ج 4 / ص 485/ح 1531) : حَدَّ ثَنَا أَ بُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ حَدَّ ثَنَا حَمَّادٌ يَعْنِي ابْنَ زَ يْدٍ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَ لِ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَ يْدٍ قَالَ ) كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ إِحْدَى بَنَاتِهِ تَدْعُوهُ وَ تُخْبِرُ هُ أَنَّ صَبِيًّا لَـهَا أَوْ ا بْـنًا لَهَا فِي الْمَوْتِ فَقَالَ لِلرَّسُولِ ارْجِعْ إِلَيْهَا فَأَخْبِرْهَا أَنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَ لَهُ مَا أَعْطَى وَ كُلُّ شَيْءٍ عِنْدَ هُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَمُرْهَا فَـلْتَصْبِرْ وَ لْتَحْتَسِبْ فَعَادَ الرَّسُولُ فَقَالَ إِ نَّهَا قَدْ أَقْسَمَتْ لَتَأْ تِـيَنَّـهَا قَالَ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَقَامَ مَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَ ةَ وَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ وَ انْطَـلَقْتُ مَعَهُمْ فَرُ فِعَ إِلَيْهِ الصَّبِيُّ وَ نَفْسُهُ تَقَعْقَعُ كَأَ نَّهَا فِي شَنَّةٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ فَقَالَ لَهُ سَعْدٌ مَا هَذَ ا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِ هِ وَ إِ نَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ (

Dari Abu Zaid Usamah bin Zaid bin Haritsah t, maula (budak) orang yang dicintai dan seorang anak kesayangan Rasulullah r, dia berkata : Salah seorang puteri nabi r mengutus seseorang untuk menyampaikan berita kepada beliau :"Sesungguhnya putraku sedang menghadapi sakaratul maut. Oleh karena itu, kunjungilah kami". Maka beliau menitipkan salam seraya bersabda : Sesungguhnya sudah menjadi hak Allah I apa yang diambilNya dan apa yang diberikanNya. Dan segala sesuatu sudah diberikan ketetapan tertentu disisi Allah I. Oleh karena itu, hendaklah dia bersabar dan mencari pahala di sisi Allah I". Kemudian orang yang di utus itu kembali sambil meminta dengan sangat yang diiringi dengan sumpah agar beliau mendatanginya. Maka Rasulullah r bersama Sa'ad bin 'Ubadah, Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit dan beberapa orang sahabat, semoga Allah I meridhoi mereka. Lalu anak (yang sakit) itu diangkat oleh beliau, kemudian didudukan di pangkuan beliau dengan nafas tersengal-sengal (karena dekat dengan sakaratul maut). Maka beliaupun meneteskan air mata, lalu Sa'ad bin 'Ubadah t bertanya : "Ya Rasulullah, mengapa meneteskan air mata?". Beliau menjawab, "Inilah rahmat (kasih sayang) yang ditempatkan oleh Allah U di dalam hati hamba-hambaNya dan sesungguhnya Allah U mengasihi hamba-hambaNya yang mempunyai rasa kasih sayang (kepada sesamanya)". (Shahih Bukhari, Shahih Muslim)

سنن النسائي - (ج 6 / ص 379/ح1818): أَخْبَرَ نَا سُوَ يْدٌ قَالَ حَدَّ ثَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ قَالَ مَعْمَرٌ وَ يُونُسُ قَالَ الزُّهْرِيُّ وَ أَخْبَرَ نِي أَ بُو سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَ تْهُ ) أَنَّ أَ بَا بَكْرٍ أَقْبَلَ عَلَى فَرَسٍ مِنْ مَسْكَنِهِ بِالسُّنُحِ حَتَّى نَزَ لَ فَدَخَلَ الْمَسْجِدَ فَـلَمْ يُكَلـِّمْ النَّاسَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى عَائِشَةَ وَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مُسَجًّى بِبُرْدٍ حِبَرَ ةٍ فَكَشَفَ عَنْ وَجْهِهِ ثُمَّ أَكَبَّ عَلَيْهِ فَقَبَّلَهُ فَبَكَى ثُمَّ قَالَ بِأَبِي أَ نْتَ وَ اللَّهِ لاَ يَجْمَعُ اللَّهُ عَلَيْكَ مَوْ تَتـَيْنِ أَ بَدًا أَمَّا الْمَوْ تَةُ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ عَلَيْكَ فَقَدْ مِـتّـَهَا(

Telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bahwasanya 'Aisyah mengabarkan kepadanya; Abu Bakar datang dengan menaiki kuda dari rumahnya -As-Sunuh- hingga ia turun, lalu masuk ke masjid dan tidak berbicara dengan orang-orang, hingga menemui Aisyah dan Rasulullah r telah ditutup dengan kain katun bermotif dari Yaman, lalu ia membuka tutup wajahnya, kemudian ia menunduk dengan hati yang sangat sedih, memeluknya (mencium) dan ia menangis, lalu berkata; "Bapakku sebagai tebusannya, demi Allah!, Allah tidak akan mengumpulkan atas diri engkau dua kematian selamanya, adapun kematian yang telah Allah tuliskan atas diri engkau, sungguh engkau telah menjalaninya." (Sunan Nasa’i)


b. Pakailah pakaian yang tidak mencolok jangan berwarna-warni kalau bisa polos, tidak berhias, tidak memakai perhiasan, tidak menyemir rambut dan tidak memakai wewangian.

صحيح البخاري - (ج 2 / ص 18/ح 302) : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ حَفْصَةَ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ أَوْ هِشَامِ بْنِحَسَّانَ عَنْ حَفْصَةَ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ ) كُنَّا نُنْهَى أَنْ نُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلاَ ثٍ إِلاَّ عَلَى زَوْجٍ أَرْ بَعَةَ أَشْهُرٍ وَ عَشْرًا وَ لاَ نَكْتَحِلَ وَ لاَ نَتَطَيَّبَ وَ لاَ نَلْبَسَ ثَوْ بًا مَصْبُوغًا إِلاَّ ثَوْبَ عَصْبٍ ... (

(BUKHARI - 302) : Dari Ummu 'Athiyah dari Nabi r, ia berkata, "Kami dilarang berkabung atas kematian di atas tiga hari kecuali atas kematian suami, yaitu selama empat bulan sepuluh hari. Selama masa itu dia tidak boleh bersolek, memakai wewangian, memakai pakaian yang berwarna kecuali pakaian lurik (dulu buatan dari negeri Yaman)..." (Shahih Bukhari, Shahih Muslim)

صحيح مسلم - (ج 7 / ص 481/ح 2740) : و حَدَّثَنِي أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ حَفْصَةَ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ ) كُنَّا نُنْهَى أَنْ نُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلاَ ثٍ إِلاَّ عَلَى زَوْجٍ أَرْ بَعَةَ أَشْهُرٍ وَ عَشْرًا وَ لاَ نَكْتَحِلُ وَ لاَ نَتَطَيَّبُ وَ لاَ نَلْبَسُ ثَوْ بًا مَصْبُوغًا ... (

(MUSLIM - 2740) : Dari Ummu 'Athiyah dia berkata; “Kami melarang wanita yang melakukan ihdad (berkabung) karena kematian seseorang lebih dari tiga hari kecuali karena kematian suaminya yaitu empat bulan sepuluh hari, dan kami melarangnya untuk bercelak, melarang memakai minyak wangi, melarang memakai pakaian berwarna warni…” (Shahih Bukhari, Shahih Muslim)

سنن أبي داود - (ج 6 / ص 231/ح 1960) : حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ حَدَّثَنِي بُدَيْلٌ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ) الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا لاَ تَلْبَسُ الْمُعَصْفَرَ مِنَ الثِّيَابِ وَ لاَ الْمُمَشَّقَةَ وَ لاَ الْحُلِيَّ وَ لاَ تَخْتَضِبُ وَ لاَ تَكْتَحِلُ(

(ABUDAUD - 1960) : Dari Ummu Salamah isteri Nabi r dari Nabi r bahwa beliau berkata: "Seorang wanita yang ditinggal mati suaminya tidak boleh memakai pakaian berwarna kuning (kekuningan), tidak boleh memakai pakaian berwarna merah (kemerahan), tidak boleh memakai perhiasan, serta tidak boleh memakai semir rambut dan celak." (Sunan Abu Daud)


c. Tidak menerima lamaran.

وَ لاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا عَرَّضْتُمْ بِهِ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاءِ أَوْ أَكْنَنْتُمْ فِي أَ نْفُسِكُمْ عَلِمَ اللَّهُ أَ نَّكُمْ سَتَذْ كُرُو نَهُنَّ وَ لَكِنْ لاَ تُوَاعِدُوهُنَّ سِرًّا إِلاَّ أَنْ تَقُولُوا قَوْلاً مَعْرُوفًا وَ لاَ تَعْزِمُوا عُقْدَ ةَ النِّكَاحِ حَتَّى يَبْلُغَ الْكِتَابُ أَجَلَهُ [البقرة/235]

Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf. Dan janganlah kamu berazam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya… (QS Al Baqarah (2) : 235)

Tidak boleh menerima lamaran disaat iddah, tapi wanita yang ditinggal suami tidak boleh marah jika ada lelaki datang pada masa iddah melakukan pendekatan dengan memakai bahasa kiasan atau sindiran.


d. Tidak ikut mengiringi jenazah ke kuburan.

صحيح البخاري - (ج 5 / ص 23/ ح 1199) و صحيح مسلم - (ج 5 / ص 15/ح 1556) و سنن ابن ماجه - (ج 5 / ص 54/ح 1566) و مصنف عبد الرزاق - (ج 3 / ص 454/ح 6287) و المعجم الأوسط للطبراني - (ج 3 / ص 270/ح 1309) : حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ بْنُ عُقْبَةَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أُمِّ الْهُذَ يْلِ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ ) نُهِينَا عَنِ اتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ وَ لَمْ يُعْزَمْ عَلَيْنَا(

(BUKHARI - 1199) : Telah menceritakan kepada kami Qabishah bin 'Uqbah telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Khalid Al Hadza' dari Ummu AL Hudzail dari Ummu 'Athiyyah radliallahu 'anha berkata: "Kami dilarang mengantar jenazah namun Beliau tidak menekankan hal tersebut kepada kami"(Shahih Bukhari, Shahih Muslim)

Kalimat tersebut menganjurkan wanita untuk lebih baik berdiam di rumahnya sebagai suatu ibadah, tapi jika ingin melepas sampai kuburan diperkenankan, adalah suatu kebijaksanaan yang mempunyai perasaan yang diperintahkan Rasulullah walaupun beliau lebih menyenangi wanita untuk diam di rumahnya karena kekhawatiran luapan emosi yang tak tertahankan sehingga pingsan dll.


e. Tidak sering menziarahi kubur.

سنن الترمذي - (ج 4 / ص 213/ح 976) و مسند أحمد - (ج 17 / ص 137/ح 8095) : حَدَّ ثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَ بُو عَوَانَةَ عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) لَعَنَ زَوَّارَاتِ الْقُبُورِ( قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ وَحَسَّانَ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَأَى بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّ هَذَا كَانَ قَبْلَ أَنْ يُرَخِّصَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَلَمَّا رَخَّصَ دَخَلَ فِي رُخْصَتِهِ الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ و قَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّمَا كُرِهَ زِيَارَةُ الْقُبُورِ لِلنِّسَاءِ لِقِلَّةِ صَبْرِهِنَّ وَكَثْرَةِ جَزَعِهِنَّ

(TIRMIDZI - 976) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Umar bin Abu Salamah dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah r melaknat wanita-wanita yang menziarahi kuburan. (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; " Hadits semakna diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Hassan bin Tsabit." Abu Isa berkata; "Ini merupakan hadits hasan shahih. Sebagian ulama berpendapat bahwa larangan ini sebelum keluarnya keringanan dari Nabi r mengenai bolehnya menziarahi kuburan. Setelah beliau memberikan keringanan di dalamnya, termasuk di dalamnya laki-laki maupun perempuan. Adapun sebagian dari mereka berpendapat; dimakruhkannya berziarah atas wanita karena sedikitnya kesabaran dan banyaknya keluh kesah mereka." (Sunan Turmudzi, Musnad Ahmad)

صحيح مسلم - (ج 5 / ص 106/ح 1622) و سنن أبي داود - (ج 8 / ص 454/ح 2760) و مسند أحمد - (ج 28 / ص 455/ح 13906) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 5 / ص 15/ح 1907) : حَدَّ ثَنَا أَ بُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِ مٍ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ قَالَ ) زَارَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَ أَ بْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ اِسْتَأْذَ نْتُ رَ بِّي فِي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي وَ اسْتَأْذَ نْتُهُ فِي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِ نَّـهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ (

Dari Abu Hurairah ia berkata; (Nabi I menziarahi kubur ibunya, lalu beliau menangis sehingga orang yang berada di sekelilingnya pun ikut menangis. Kemudian beliau I bersabda: "Saya memohon izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan baginya, namun tidak diperkenankan oleh-Nya, dan saya meminta izin untuk menziarahi kuburnya lalu diperkenankan oleh-Nya. Karena itu, berziarahlah kubur karena ia akan mengingatkan kalian akan kematian.") (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Musnad Ahmad)

سنن أبي داود - (ج 9 / ص 44/ ح 2816) : حَدَّ ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّ ثَنَا مُعَرِّفُ بْنُ وَ اصِلٍ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنِ ابْنِ بُرَ يْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَ ةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّ فِي زِيَارَ تِهَا تَذْكِرَةً(

Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya, ia berkata; Rasulullah I bersabda:("Aku telah melarang kalian menziarahi kuburan, sekarang berziarahlah ke kuburan, karena dalam berziarah itu terdapat peringatan (mengingatkan kematian).") (Sunan Abu Daud)

SEMOGA AMALAN INI JIKA DILAKSANAKAN MENDATANGKAN BERKAH DAN PAHALA YANG TAK TERNILAI ATAS KESABARAN SEORANG ISTRI DAN MENDAPAT GANTI DENGAN SESUATU YANG LEBIH BAIK DAN DILUAR PERKIRAAN KITA…., lihat hadits dibawah ini :

سنن النسائي - (ج 6 / ص 421/ح 1848) : أَخْبَرَنَا سُوَ يْدُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ حَدَّ ثَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَ نْبَأَ نَا عُمَرُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ أَنَّ عَمْرَو بْنَ شُعَيْبٍ كَتَبَ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ يُعَزِّيهِ بِابْنٍ لَهُ هَلَكَ وَ ذَكَرَ فِي كِتَابِهِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُ يُحَدِّثُ عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) إِنَّ اللَّهَ لَا يَرْضَى لِعَبْدِهِ الْمُؤْ مِنِ إِذَ ا ذَهَبَ بِصَفِيِّهِ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ فَصَبَرَ وَ احْتَسَبَ وَ قَالَ مَا أُمِرَ بِهِ بِثَوَ ابٍ دُونَ الْجَنَّةِ (

Dari Abudullah bin Amr bin Ash t berkata bahwa Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya hamba Allah yang mu'min apabila kekasihnya yang paling ia cintai diambil oleh Allah, lalu ia bersabar dan mengharap ridha Allah dan pahala dariNya, serta mengucapkan apa yang diperintahkan Allah (yaitu ucapan Inna lillaahi wa inna ilaiihi raaji'uun), maka sungguh Allah tidak akan ridha membalasnya dengan pahala apapun kecuali syurga.

صحيح مسلم - (ج 4 / ص 476/ح 1526) و رياض الصالحين - (ج 1 / ص 467) : حَدَّ ثَنَا أَ بُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ ... أَخْبَرَ نِي عُمَرُ بْنُ كَثِيرِ بْنِ أَفْلَحَ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ سَفِينَةَ يُحَدِّثُ أَ نَّهُ سَمِعَ أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ تَقُولُ ) سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ } إِ نَّا لِلَّهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَ اجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَ أَخْلِفْ لِي خَيْرً ا مِنْهَا { إِلَّا أَجَرَهُ اللَّهُ فِي مُصِيبَتِهِ وَ أَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّيَ أَ بُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَ نِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِي خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ (

Dari Ummu Salamah t, dia bercerita, aku pernah mendengar Rasulullah r bersabda : Tidak ada seorang hambapun yang ditimpa musibah lalu dia mengucapkan :

إِ نَّا لِلَّهِ وَ إِ نَّا إِلَيْهِ رَ اجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَ أَخْلِفْ لِي خَيْرً ا مِنْهَا

"Sesungguhnya kami berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya, Ya Allah berikanlah pahala kepadaku melalui musibah ini dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya"

melainkan Allah I akan memberikan pahala kepadanya melalui musibah tersebut serta memberikan ganti yang lebih baik darinya. Ummu salamah t melanjutkan ceritanya, dan ketika Abu Salamah t meninggal dunia, kuucapkan seperti yang diperintahkan Rasulullah r kepadaku. Maka Allah I pun memberikan ganti kepadaku yang lebih baik darinya yaitu Rasulullah r.


Buku Rujukan :

1. Al Qur'an Karim, Departemen Agama

2. CD Al Bayan

3. CD Maktabah Syamilah

4. Drs Miftah Faridl, Keluarga Bahagia – Peraturan dan Pembinaan Keluarga, Pustaka, 1406 H-1986 M, Cetakan II, Bandung

5. HSA Alhamdani , Risalah Nikah – Hukum Perkawinan Islam, Pustaka Amani, 1989, Cetakan III, Jakarta.

6. Muhammad Nuruddin Marbu Banjar Al Makky ,Fiqih darah perempuan, , bab haidh

7. Mahmud Mahdi Al-Istanbuly, Kado Perkawinan, Pustaka Azzam, cetakan kesepuluh, Agustus 2002

Muhammad Thalib, Ensiklopedi Keluarga Sakinah, Pro-U Media,2008, Yogyakarta