Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Rabu, 12 Oktober 2011

Thaharah / Bersuci (Bagian 1)




   1.  Pendahuluan
Untuk mengkoreksi ibadah wudhu kita, apakah sesuai dengan yang disyariatkan atau belum, marilah kita bersama-sama menelaahnya, perlu kebesaran jiwa, dan keterbukaan fikiran kita apabila ternyata ada hal-hal yang masih harus kita perbaiki, karena sesungguhnya niat kita menelaah dan mengkaji ini bukan ingin mencari pembenaran, akan tetapi mencari kebenaran, sehingga sikap merubah diri dari hal-hal yang kurang dan tidak sesuai dengan perintah Allah I dan ittiba’ kepada Rasulullah r sungguh sesuatu yang harus dilakukan.
Semoga catatan kecil ini mendapat bimbingan dan koreksi dari para alim ulama yang faqih, dan semoga saya diberi kekuatan untuk mencari sumber-sumber rujukan yang berguna untuk dunia maupun akhirat. Serta bisa mencantumkan beberapa ikhtilaf yang terjadi di lapangan da’wah, dan mengambil sikap tidak saling menyalahkan, tetapi saling menasehati dan memperbaiki.
Allah I menegaskan agar kita selalu taat kepada Allah I dan Rasulnya tentang peribadahan baik peribadahan itu disukai maupun tidak disukai, ringan ataupun terasa berat, bahkan harus difahami dan dimengerti bahwa Allah I dan RasulNya memberikan jalan dan petunjuk untuk kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga segala ujian kehidupan ini terasa indah dan mudah. Firman Allah I :
يَا  أَ يُّهَا  الَّذِينَ  آَمَنُوا  أَطِيعُوا  اللَّهَ  وَ  رَسُولَهُ  وَ  لاَ   تَوَ لَّوْا عَنْهُ  وَ  أَ نْتُمْ  تَسْمَعُونَ  [الأنفال/20]
Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya),(QS Al Anfal (8) : 20)

قُلْ  أَطِيعُوا  اللَّهَ  وَ  أَطِيعُوا  الرَّسُولَ  فَإِنْ  تَوَ لَّوْا  فَإِ نَّمَا  عَلَيْهِ  مَا  حُمِّلَ  وَ عَلَيْكُمْ  مَا حُمِّلْتُمْ  وَ  إِنْ  تُطِيعُوهُ  تَهْتَدُوا  وَ  مَا عَلَى الرَّسُولِ   إِلاَّ   الْبَلاَ غُ  الْمُبِين [النور/54]
Katakanlah: "Ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu ta`at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." (QS An-Nuur (24) : 54)

مَنْ  يُطِعِ  الرَّسُولَ  فَقَدْ  أَطَاعَ  اللَّهَ  وَ مَنْ  تَوَ لَّى  فَمَا  أَرْسَلْنَاكَ  عَلَيْهِمْ  حَفِيظًا [النساء/80]
Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (QS An-Nisaa (4) : 80)

لَقَدْ   كَانَ   لَكُمْ   فِي  رَسُولِ  اللَّهِ   أُسْوَ ةٌ   حَسَنَةٌ   لِمَنْ   كَانَ   يَرْجُو  اللَّهَ  وَ  الْيَوْمَ   اْلآَخِرَ  وَ  ذَكَرَ  اللَّهَ   كَثِيرًا  [الأحزاب/21]
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah. (QS Al Ahzaab (33) : 21)

وَ  مَا  آَتَا  كُمُ   الرَّسُولُ   فَخُذُوهُ   وَ  مَا نَهَا كُمْ   عَنْهُ  فَانْتَهُوا  وَ  اتَّقُوا  اللَّهَ   إِنَّ   اللَّهَ   شَدِيدُ  الْعِقَابِ  [الحشر/7]
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS Al Hasyr (59) : 7)

وَ مَنْ  أَعْرَضَ  عَنْ  ذِكْرِي  فَإِنَّ لَهُ  مَعِيشَةً  ضَنْكًا  وَ  نَحْشُرُهُ   يَوْمَ  الْقِيَامَةِ   أَعْمَى  (124)  قَالَ  رَبِّ   لِمَ   حَشَرْتَنِي  أَعْمَى  وَ  قَدْ كُنْتُ  بَصِيرًا  (125)  قَالَ   كَذَ لِكَ   أَ تَتْكَ   آَيَاتُنَا  فَنَسِيتَهَا  وَ  كَذَلِكَ  الْيَوْمَ   تُنْسَى (126) [طه/124- 126]
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".(124) Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" (125) Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan".(126) (QS Thaaha (20) : 124-126)


2.  Pengertian Wudhu

a.  Wudhu Menurut Istilah Bahasa
Wudhu dengan huruf wawu diharakati dhommah berarti kata kerja. Wudhu huruf wawu diharakati dengan fathah mempunyai pengertian airnya (air untuk berwudhu) dan juga mashdar (asal-usul kata) atau dua istilah yang mengandung pengertian sama yaitu : keduanya berpengertian mashdar dan terkadang keduanya bermakna air untuk berwudhu. Dikatakan : Tawadhdho’t lishsholah (aku berwudhu untuk sholat) ; Tawadhdhoit secara istilah (kolokial) atau cedal. Selain istilah wudhu dikenal pula dengan istilah Thaharat yang berarti bersuci (an-Nazhafat).


b.  Wudhu Menurut Istilah Syariat
Yaitu menggunakan air suci ke atas anggota tubuh tertentu yang telah dijelaskan dan disyariatkan Allah I.  Dan Thaharat menurut istilah adalah menghilangkan (membersihkan) hadats dan menghilangkan najis.
Thaharat ada dua macam, antara lain : Pertama Thaharah ma’nawiyyat, yaitu membersihkan aqidah, ibadah, akhlaq dan amal perbuatan dari syirik, khurafat, dan bid’ah. Kedua Thaharat Hissiyyat, yaitu membersihkan diri dari hadats kecil dan hadats besar serta membersihkan badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis.


c.  Pensyariatan Wudhu dari Al Qur’an dan As-Sunnah

يَا أَ  يُّهَا الَّذِينَ  آَمَنُوا  إِذَ ا  قُمْتُمْ  إِلَى  الصَّلاَ ةِ  فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ  وَ  أَ  يْدِ يَكُمْ   إِلَى  الْمَرَ افِقِ  وَ  امْسَحُوا   بِرُءُوسِكُمْ   وَ أَرْجُلَكُمْ   إِلَى  الْكَعْبَيْنِ  [المائدة/6]
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki (QS Al Maidah (5) :6)

صحيح البخاري -  (ج 1 / ص 232/ح 132) و صحيح مسلم -  (ج 2 / ص 6/ح 330) و مسند أحمد -  (ج 16 / ص 273/ح 7732) و مستخرج أبي عوانة - (ج 2 / ص 55/ح  489) و صحيح ابن خزيمة - (ج 1 / ص 22/ح 11)  :   حَدَّ ثَنَا  إِسْحَاقُ  بْنُ  إِبْرَ اهِيمَ  الْحَنْظَلِيُّ  قَالَ   أَخْبَرَ نَا  عَبْدُ  الرَّزَّ اقِ  قَالَ   أَخْبَرَ نَا مَعْمَرٌ  عَنْ  هَمَّامِ   بْنِ  مُنَبِّهٍ  أَ نَّهُ  سَمِعَ  أَ بَا  هُرَ يْرَ ةَ   يَقُولُ  قَالَ رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  )  لاَ  تُقْبَلُ  صَلاَ ةُ  مَنْ أَحْدَثَ  حَتَّى  يَتَوَ ضَّأَ (
Dari Abu Hurairah t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : (“Tidaklah diterima shalat seseorang dari kamu jika berhadats sehingga ia berwudhu”.)

صحيح مسلم - (ج 2 / ص 5/ح 329) و سنن الترمذي - (ج 1 / ص 3/ح 1) و السنن الكبرى للنسائي - (ج 1 / ص 80/ح 79) و مستخرج أبي عوانة - (ج 2 / ص 57/ح 491) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 11 / ص 373/ح 5486) و صحيح ابن حبان - (ج 14 / ص 234/ح 3435) و صحيح ابن خزيمة - (ج 1 / ص 19/ح 9)  :   حَدَّ ثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ وَ قُتَيْبَةُ  بْنُ  سَعِيدٍ وَ  أَ بُو  كَامِلٍ  الْجَحْدَرِيُّ   وَ اللَّــفْظُ  لِسَعِيدٍ قَالُوا  حَدَّ ثَنَا  أَ بُو  عَوَ ا نَةَ  عَنْ  سِمَاكِ  بْنِ  حَرْبٍ  عَنْ مُصْعَبِ  بْنِ  سَعْدٍ  عَنِ  ابْنِ  عُمَرَ   قَالَ   إِ  نِّي   سَمِعْتُ  رَسُولَ   اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ    يَقُولُ  ) لاَ   تُقْبَلُ  صَلاَ ةٌ   بِغَيْرِ  طُهُورٍ  وَ   لاَ   صَدَ قَةٌ   مِنْ  غُلُولٍ (
Dari Ibnu Umar t ia berkata : Saya mendengar Rasulullah r bersabda : (“Allah I tidak akan menerima shalat tanpa bersuci dan tidak pula menerima shedekah karena terpaksa (benci)”.)

سنن أبي داود - (ج 10 / ص 207/ح 3268) و سنن الترمذي - (ج 7 / ص 37/ح 1770) و سنن النسائي - (ج 1 / ص 235/ح 132) و مسند أحمد - (ج 5 / ص 450/ح 2418) و السنن الكبرى للبيهقي - (ج 1 / ص 348) و مستخرج أبي عوانة - (ج 2 / ص 208/ح 619) و صحيح ابن خزيمة - (ج 1 / ص 63/ح 34)  :   حَدَّ ثَنَا  مُسَدَّ دٌ حَدَّ ثَنَا  إِسْمَعِيلُ  حَدَّ ثَنَا  أَ  يُّوبُ  عَنْ  عَبْدِ اللَّهِ  بْنِ  أَبِي  مُلَيْكَةَ  عَنْ  عَبْدِ  اللَّهِ  بْنِ  عَبَّاسٍ  أَنَّ  رَسُولَ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ    َقَالَ  ) إِ نَّمَا  أُمِرْتُ  بِالْوُضُو ءِ  إِذَ ا  قُمْتُ  إِلَى  الصَّلاَ ةِ(
Dari Ibnu Abbas t, ia menyatakan, bahwa Rasulullah r bersabda : (“Sesungguhnya aku diperintahkan untuk berwudhu jika aku hendak shalat “) [1]

سنن أبي داود - (ج 1 / ص 88  56) و سنن الترمذي - (ج 1 / ص 73) و سنن ابن ماجه - (ج 1 / ص 324/ ح 272) و مسند أحمد - (ج 2 / ص 463957) و مصنف ابن أبي شيبة - (ج 1 / ص 2603) و مصنف عبد الرزاق - (ج 2 / ص 722539) و المعجم الأوسط للطبراني - (ج 15 / ص 4557379) و سنن الدارمي - (ج 2 / ص 287712) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 2 / ص 96592) و سنن الدارقطني - (ج 4 / ص 51375)  :  حَدَّ ثَنَا  عُثْمَانُ  بْنُ   أَبِي  شَيْبَةَ  حَدَّ ثَنَا وَ كِيعٌ  عَنْ  سُفْيَانَ  عَنِ ابْنِ  عَقِيلٍ   عَنْ  مُحَمَّدِ ابْنِ  الْحَنَفِيَّةِ  عَنْ  عَلِيٍّ  رَضِيَ  اللَّهُ  عَنْهُ  قَالَ  قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  )  مِفْتَاحُ  الصَّلاَ ةِ   الطُّهُورُ  وَ  تَحْرِيمُهَا التَّـكْبِيرُ  وَ  تَحْلِيلُهَا  التَّسْلِيمُ (
Dari Ali bin Abi Thalib t, ia berkata, bersabda Rasulullah r : (“Kuncinya shalat adalah suci, dan haramnya adalah takbir (takbiratul ihram) serta halalnya adalah salam”.) [2]



3.   Keutamaan Wudhu
صحيح مسلم - (ج 2 / ص 57/ح 369) و موطأ مالك - (ج 2 / ص 6/ح 348) و سنن الترمذي - (ج 1 / ص 87/ح 47) و سنن النسائي - (ج 1 / ص 252/ح 143) و مسند أحمد - (ج 16 / ص 219/ح 7678) و السنن الكبرى للبيهقي - (ج 1 / ص 82) و مستخرج أبي عوانة - (ج 2 / ص 42/ح 478) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 13 / ص 266/ح 6371) و صحيح ابن حبان - (ج 5 / ص 72/ح 1044) و صحيح ابن خزيمة - (ج 1 / ص 12/ح 5)  :  حَدَّ ثَنَا  يَحْيَى  بْنُ  أَ  يُّوبَ  وَ  قُتَيْبَةُ  وَ  ابْنُ  حُجْرٍ جَمِيعًا عَنْ  إِسْمَعِيلَ  بْنِ  جَعْفَرٍ  قَالَ  ا بْنُ  أَ  يُّوبَ  حَدَّ ثَنَا إِسْمَعِيلُ  أَخْبَرَ  نِي  الْعَلاَ ءُ  عَنْ  أَبِيهِ  عَنْ  أَبِي  هُرَ يْرَةَ   أَنَّ  رَسُولَ  اللَّهِ صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  قَالَ  ) أَ لاَ   أَ دُلُّكُمْ  عَلَى  مَا  يَمْحُو  اللَّهُ  بِهِ  الْخَطَا يَا  وَ  يَرْفَعُ   بِهِ  الدَّرَجَاتِ ؟  قَالُوا  بَلَى  يَا  رَسُولَ  اللَّهِ   قَالَ  :  إِسْبَاغُ   الْوُضُو ءِ  عَلَى  الْمَكَارِ هِ ,  وَكَــثْرَ ةُ  الْخُطَا  إِلَى  الْمَسَاجِدِ, وَ  انْتِظَارُ  الصَّلاَ ةِ  بَعْدَ  الصَّلاَ ةِ  , ذَلِكُمْ  الرِّ  بَاطُ  , ذَلِكُمْ  الرِّ بَاطُ  ,  فَذَلِكُمْ  الرِّ بَاطُ (
Dari Abu Hurairah t, bahwasannya Rasulullah r bersabda : (“Maukah aku tunjukkan pada sesuatu perbuatan dimana Allah hapuskan kesalahan-kesalahan dan Dia naikkan beberapa derajat dengannya?”. Mereka (para sahabat) menjawab : “Ya, Wahai Rasulullah”. Beliau r bersabda : “Yaitu menyempurnakan wudhu dalam keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan (marah) dan memperbanyak langkah ke masjid dan menunggu shalat sesudah shalat. Maka itulah pengikat, itulah pengikat, itulah pengikat”.)

صحيح مسلم - (ج 2 / ص 45/ح 360) :  حَدَّ ثَنَا  سُوَ يْدُ  بْنُ  سَعِيدٍ  عَنْ  مَالِكِ  بْنِ  أَ نَسٍ  ح  و حَدَّ ثَنَا  أَ بُو  الطَّاهِرِ  وَ  اللَّفْظُ  لَهُ  أَخْبَرَ نَا  عَبْدُ  اللَّهِ  بْنُ  وَهْبٍ  عَنْ  مَالِكِ بْنِ  أَ نَسٍ عَنْ  سُهَيْلِ  بْنِ  أَبِي  صَالِحٍ  عَنْ  أَبِيهِ  عَنْ  أَبِي  هُرَ يْرَ ةَ   أَنَّ  رَسُولَ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  قَالَ ) إِذَ ا  تَوَضَّأَ  الْعَبْدُ  الْمُسْلِمُ  أَوْ  الْمُؤْ مِنُ  فَغَسَلَ  وَجْهَهُ  خَرَجَ  مِنْ  وَجْهِهِ  كُلُّ  خَطِيئَةٍ   نَظَرَ   إِلَيْهَا  بِعَيْنَيْهِ  مَعَ  الْمَاءِ  أَوْ  مَعَ  آخِرِ  قَطْرِ  الْمَاءِ فَإِذَ ا  غَسَلَ   يَدَ يْهِ  خَرَجَ  مِنْ   يَدَ يْهِ   كُلُّ  خَطِيئَةٍ   كَانَ  بَطَشَتْهَا  يَدَ اهُ  مَعَ  الْمَاءِ  أَوْ  مَعَ   آخِرِ  قَطْرِ  الْمَاءِ  فَإِذَ ا  غَسَلَ  رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ   كُلُّ  خَطِيئَةٍ  مَشَتْهَا رِجْلاَ هُ   مَعَ  الْمَاءِ  أَوْ  مَعَ   آخِرِ  قَطْرِ  الْمَاءِ  حَتَّى   يَخْرُجَ   نَقِيًّا  مِنَ  الذُّ  نُوبِ  (
Dari Abu Hurairah t, bahwasannya Rasulullah r bersabda : (“ Apabila seorang hamba Muslim atau hamba Mukmin berwudhu, maka (ketika) ia membasuh mukanya, keluarlah setiap dosa pandangan yang dilakukan matanya dari wajahnya bersama air atau bersama tetes air yang terakhir, maka ketika ia mencuci kedua tangannya keluarlah setiap dosa yang telah dianiaya tangannya dari keduanya bersama air atau tetes air yang terakhir ; maka ketika ia mencuci kedua kakinya, keluarlah setiap dosa yang dilangkahkan kakinya, bersama air atau tetes air yang terakhir, sehingga ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa-dosa”.)

موطأ مالك - (ج 1 / ص 80/ح55) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 1 / ص 434/ح 410) :  حَدَّ ثَنِي عَنْ  مَالِك  عَنْ  زَ يْدِ  بْنِ  أَسْلَمَ  عَنْ  عَطَاءِ بْنِ  يَسَارٍ عَنْ  عَبْدِ اللَّهِ  الصُّنَابِحِيِّ  أَنَّ  رَسُولَ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  قَالَ ) إِذَا تَوَضَّأَ  الْعَبْدُ  الْمُؤْمِنُ  فَتَمَضْمَضَ خَرَجَتِ  الْخَطَا يَا  مِنْ  فِيهِ  وَ إِذَا اسْتَنْثَرَ  خَرَجَتِ الْخَطَا يَا مِنْ  أَنْفِهِ  فَإِذَا غَسَلَ  وَجْهَهُ  خَرَجَتِ الْخَطَا يَا مِنْ  وَجْهِهِ  حَتَّى تَخْرُجَ  مِنْ  تَحْتِ  أَشْفَارِ عَيْنَيْهِ  فَإِذَ ا غَسَلَ  يَدَ يْهِ  خَرَجَتِ  الْخَطَا يَا مِنْ   يَدَ يْهِ  حَتَّى تَخْرُجَ  مِنْ  تَحْتِ أَظْفَارِ  يَدَ يْهِ  فَإِذَا مَسَحَ   بِرَ أْسِهِ  خَرَجَتِ  الْخَطَا يَا مِنْ  رَ أْسِهِ  حَتَّى  تَخْرُجَ   مِنْ  أُذُ نَيْهِ  فَإِذَ ا  غَسَلَ  رِجْلَيْهِ  خَرَجَتِ  الْخَطَا يَا  مِنْ  رِجْلَيْهِ حَتَّى  تَخْرُجَ  مِنْ  تَحْتِ  أَظْفَارِ  رِجْلَيْهِ  قَالَ   ثُمَّ   كَانَ  مَشْيُهُ   إِلَى  الْمَسْجِدِ وَ  صَلاَ  تُهُ   نَافِلَةً   لَهُ (
Dari Abdullah Ash-Shunabajiy t, bahwa Rasulullah r bersabda : (“Bila seorang hamba berwudhu, lalu berkumur-kumur, keluarlah dosa-dosa dari mulutnya; jika ia membersihkan hidung, dosa-dosa akan keluar pula dari hidungnya; begitu juga tatkala ia membasuh muka, dosa-dosa akan keluar dari mukanya sampai-sampai dari bawah pinggir kelopak matanya. Jika ia membasuh kedua tangan, dosa-dosanya akan turut keluar sampai-sampai dari bawah kukunya, demikian pula halnya bila menyapu kepala, dosa-dosanya akan keluar dari kepalanya bahkan dari kedua telinganya. Begitupun tatkala ia membasuh kedua kakinya, keluarlah pula dosa-dosa dari dalamnya, sampai bawah kuku jari-jari kakinya. Kemudian tinggallah perjalannya ke masjid dan shalatnya menjadi pahala yang bersih baginya!”.)

صحيح مسلم - (ج 2 / ص 53/ح 367) و موطأ مالك - (ج 1 / ص 78/ح 53) و سنن ابن ماجه - (ج 12 / ص 363/ح 4296) و مسند أحمد - (ج 16 / ص 193/ح 7652) و السنن الكبرى للبيهقي - (ج 1 / ص 82) ومستخرج أبي عوانة - (ج 1 / ص 304/ح 272) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 13 / ص 265/ح 6370) و صحيح ابن حبان - (ج 5 / ص 88/ح 1052) و صحيح ابن خزيمة - (ج 1 / ص 14/ح 6) :   حَدَّ ثَنَا   يَحْيَى   بْنُ   أَ  يُّوبَ   وَ  سُرَ يْجُ  بْنُ  يُونُسَ  وَ قُتَيْبَةُ  بْنُ  سَعِيدٍ  وَ عَلِيُّ  بْنُ حُجْرٍ  جَمِيعًا  عَنْ  إِسْمَعِيلَ  بْنِ  جَعْفَرٍ  قَالَ  ابْنُ  أَ  يُّوبَ  حَدَّ ثَنَا  إِسْمَعِيلُ  أَخْبَرَ نِي  الْعَلاَ ءُ  عَنْ   أَبِيهِ  عَنْ  أَبِي  هُرَ يْرَ ةَ  أَنَّ رَسُولَ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ  أَ تَى  الْمَقْبُرَةَ  فَقَالَ )  السَّلاَ  مُ  عَلَيْكُمْ  دَارَ  قَوْمٍ   مُؤْمِنِينَ  وَ إِ نَّا  إِنْ شَاءَ  اللَّهُ  بِكُمْ   لاَ حِقُونَ   وَدِدْتُ   أَ نَّا  قَدْ  رَ أَ يْنَا   إِخْوَ ا نَنَا  قَالُوا أَ وَ لَسْنَا  إِخْوَ ا نَكَ   يَا رَسُولَ  اللَّهِ  قَالَ  أَ نْتُمْ  أَصْحَابِي  وَ  إِخْوَ ا نُنَا  الَّذِينَ  لَمْ   يَأْ تُوا  بَعْدُ  فَقَالُوا  كَيْفَ  تَعْرِفُ  مَنْ  لَمْ   يَأْتِ  بَعْدُ  مِنْ  أُمَّتِكَ   يَا رَسُولَ  اللَّهِ  فَقَالَ   أَرَ أَ يْتَ   لَوْ  أَنَّ  رَجُلاً   لَهُ  خَيْلٌ  غُرٌّ  مُحَجَّلَةٌ   بَيْنَ  ظَهْرَيْ  خَيْلٍ  دُهْمٍ  بُهْمٍ   أَ  لاَ   يَعْرِفُ  خَيْلَهُ   قَالُوا  بَلَى   يَا رَسُولَ  اللَّهِ   قَالَ  فَإِ نَّهُمْ   يَأْ تُونَ  غُرًّا  مُحَجَّلِينَ  مِنْ الْوُضُو ءِ  وَ أَ نَا  فَرَطُهُمْ  عَلَى  الْحَوْضِ  أَ لاَ   لَيُذَ ادَنَّ  رِجَالٌ  عَنْ  حَوْضِي  كَمَا   يُذَ ادُ  الْبَعِيرُ  الضَّالُّ  أُ نَادِيهِمْ   أَ لاَ  هَلُمَّ  فَـيُقَالُ  إِ نَّهُمْ   قَدْ   بَدَّلُوا  بَعْدَ كَ  فَأَقُولُ  سُحْقًا  سُحْقًا(
Dari Abu Hurairah t, Bahwasannya Rasulullah r sampai di pekuburan kemudian beliau mengucapkan : (“(Semoga keselamatan tercurah atas kamu sekalian penghuni tempat kaum beriman dari kami, Insya Allah dalam waktu dekat akan menyusul kamu); Aku ingin sekali kalau sekiranya kita telah (dapat) mengetahui ikhwan kita!. Mereka (para sahabat) bertanya : “Bukankah kami ikhwan baginda wahai Rasulullah?”. Beliau r bersabda : ”Kamu sekalian adalah sahabat-sahabatku dan ikhwan kita adalah mereka yang datang kemudian. Para sahabat bertanya : “Bagaimana baginda mengenal seseorang yang belum pernah ada itu dari umat baginda wahai Rasulullah?. Beliau r bersabda : “Tahukah kamu, seandainya seseorang mempunyai kuda yang belang putih kening dan kakinya, diantara dua punggungnya yang hitam kelam, bukankah ia akan mengenali kudanya?”. Para Sahabat menjawab : “Ya (tentu) wahai Rasulullah”. Beliau r bersabda : “Maka sesungguhnya mereka akan datang kepadaku dalam keadaan belang putih kening dan kakinya karena wudhu, dan aku telah mendahului mereka di sebuah danau. Ingatlah sungguh benar-benar banyak orang akan terhalau dari danauku sebagaimana terhalaunya seekor unta yang tersesat, aku menyeru mereka, mengapakah kalian tidak kemari, maka dikatakan : Sesungguhnya mereka telah mengganti (merubah wudhu) sepeninggalmu, maka aku katakan..binasa (celaka)...binasa (celaka).)
مسند أحمد – (ج 45 / ص 145/ح 21150) و  مصنف ابن أبي شيبة – (ج 1 / ص 16/ح 5)  :  حَدَّ ثَنَا وَ كِيعٌ  حَدَّ ثَنَا اْلأَعْمَشُ  عَنْ  شِمْرٍ  عَنْ  شَهْرِ  بْنِ حَوْشَبٍ  عَنْ  أَبِي  أُمَامَةَ  قَالَ  قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ ) إِذَ ا  تَوَضَّأَ الرَّجُلُ  الْمُسْلِمُ  خَرَجَتْ  ذُ نُوبُهُ  مِنْ سَمْعِهِ  وَ  بَصَرِ هِ  وَ يَدَ يْهِ  وَ رِجْلَيْهِ  فَإِنْ  قَعَدَ  قَعَدَ  مَغْفُورًا لَهُ (
Dari Abu Umamah t, dia berkata, telah bersabda Rasulullah r : (“Apabila seorang muslim berwudhu, keluarlah dosa-dosanya dari pendengaran dan penglihatannya dan dari tangan serta kedua kakinya maka jika ia duduk, ia duduk dalam keadaan terampuni”.) [3]

صحيح مسلم - (ج 2 / ص 3/ح 328) و مسند أحمد - (ج 46 / ص 378/ح 21828) و السنن الكبرى للبيهقي - (ج 1 / ص 42) و سنن الدارمي - (ج 2 / ص 236/ح 678) و مستخرج أبي عوانة - (ج 2 / ص 20/ح 457)  :   حَدَّ ثَنَا  إِسْحَقُ  بْنُ  مَنْصُورٍ حَدَّ ثَنَا  حَبَّانُ  بْنُ  هِلاَ لٍ  حَدَّ ثَنَا  أَبَانُ  حَدَّ ثَنَا  يَحْيَى  أَنَّ  زَ يْدًا  حَدَّ ثَهُ  أَنَّ   أَ بَا  سَلاَّ مٍ  حَدَّ ثَهُ  عَنْ  أَبِي  مَالِكٍ  اْلأَ شْعَرِيِّ  قَالَ   قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  )  الطُّهُورُ  شَطْرُ اْلإِيمَانِ  وَ الْحَمْدُ  لِلَّهِ  تَمْلأَ ُ الْمِيزَ انَ  وَ سُبْحَانَ  اللَّهِ  وَ  الْحَمْدُ  لِلَّهِ   تَمْلَآَنِ  أَوْ   تَمْلَأُ  مَا  بَيْنَ  السَّمَاوَ اتِ  وَ  الْأَرْضِ  وَ  الصَّلَاةُ نُورٌ  وَ  الصَّدَقَةُ   بُرْهَانٌ  وَ  الصَّبْرُ  ضِيَاءٌ  وَ  الْقُرْآ  نُ   حُجَّةٌ   لَكَ   أَوْ  عَلَيْكَ   كُلُّ  النَّاسِ   يَغْدُو  فَبَايِعٌ   نَفْسَهُ  فَمُعْتِقُهَا  أَوْ  مُو بِقُهَا (
Dari Abu Malik Al Asy’ariy t menyatakan, Rasulullah r bersabda : (“Kebersihan(kesucian) adalah sebagian dari iman, Alhamdulillah memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah memenuhi ruangan antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti (keterangan), dan shabar itu bersinar, Al Qur’an merupakan hujjah bagi kamu atau hujjah terhadap kamu, setiap orang pergi berpagi-pagi menjajakan dirinya, maka ia akan terbebaskan ataukah akan dibinasakannya”.)


صحيح مسلم -  (ج 2 / ص 46/ح 361) و مسند أحمد -  (ج 1 / ص 451/ح 446) و مصنف ابن أبي شيبة -  (ج 1 / ص 17/ح 15) و مستخرج أبي عوانة -  (ج 2 / ص 35/ح   472) :   حَدَّ ثَنَا  مُحَمَّدُ   بْنُ  مَعْمَرِ  بْنِ  رِبْعِيٍّ  الْقَيْسِيُّ  حَدَّ ثَنَا  أَ بُو  هِشَامٍ  الْمَخْزُو مِيُّ  عَنْ  عَبْدِ  الْوَ احِدِ  وَ هُوَ  ابْنُ  زِيَادٍ حَدَّ ثَنَا عُثْمَانُ  بْنُ  حَكِيمٍ  حَدَّ ثَنَا  مُحَمَّدُ  بْنُ   الْمُنْكَدِرِ  عَنْ  حُمْرَ انَ   عَنْ  عُثْمَانَ   بْنِ  عَفَّانَ   قَالَ   قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى   اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ )  مَنْ  تَوَضَّأَ  فَأَحْسَنَ  الْوُضُوءَ  خَرَجَتْ  خَطَا يَاهُ  مِنْ  جَسَدِهِ  حَتَّى  تَخْرُجَ   مِنْ   تَحْتِ  أَظْفَارِ هِ (
Dari Utsman bin Affan t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : (“Barang siapa yang berwudhu, kemudian ia memperbagus wudhunya, keluarlah dosa-dosanya dari jasadnya, hingga keluar dari bawah kuku-kukunya”.)

سنن أبي داود - (ج 2 / ص 173/ح 477)  :   حَدَّ ثَنَا  عَبْدُ  اللَّهِ  بْنُ  مَسْلَمَةَ  حَدَّ ثَنَا  عَبْدُ  الْعَزِيزِ  يَعْنِي  ابْنَ  مُحَمَّدٍ عَنْ  مُحَمَّدٍ  يَعْنِي  ابْنَ طَحْلَاءَ  عَنْ  مُحْصِنِ  بْنِ  عَلِيٍّ  عَنْ  عَوْفِ  بْنِ  الْحَارِثِ  عَنْ  أَبِي  هُرَ يْرَ ةَ  قَالَ   قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ )مَنْ  تَوَضَّأَ  فَأَحْسَنَ  وُضُوءَ هُ   ثُمَّ  رَ احَ  فَوَجَدَ  النَّاسَ  قَدْ  صَلَّوْا  أَعْطَاهُ  اللَّهُ  جَلَّ  وَ عَزَّ  مِثْلَ  أَجْرِ  مَنْ  صَلاَّ هَا  وَ حَضَرَهَا لاَ   يَنْقُصُ  ذَ لِكَ  مِنْ  أَجْرِهِمْ  شَيْئًا(
Dari Abu Hurairah t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : (“Barangsiapa yang berwudhu, dan ia memperbagus wudhunya kemudian pergi (ke masjid), ternyata ia mendapatkan orang-orang yang telah selesai shalat, Allah memberikan ganjaran kepadanya seperti ganjaran orang yang hadir menunaikan shalat tersebut tanpa pahalanya itu berkurang, dari pahala mereka sedikitpun”. ) [4]

سنن أبي داود - (ج 3 / ص 80/ح 770)  :   حَدَّ ثَنَا  أَحْمَدُ  بْنُ  مُحَمَّدِ بْنِ  حَنْبَلٍ  حَدَّ ثَنَا عَبْدُ  الْمَلِكِ  بْنُ  عَمْرٍو  حَدَّ ثَنَا  هِشَامٌ  يَعْنِي  ابْنَ سَعْدٍ عَنْ زَ يْدِ بْنِ  أَسْلَمَ  عَنْ عَطَاءِ  بْنِ يَسَارٍ عَنْ زَ يْدِ  بْنِ  خَالِدٍ  الْجُهَنِيِّ  أَنَّ  النَّبِيَّ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  قَالَ ) مَنْ تَوَضَّأَ  فَأَحْسَنَ  وُ  ضُوءَ هُ   ثُمَّ  صَلَّى  رَكْعَتَيْنِ  لاَ   يَسْهُو  فِيهِمَا  غُفِرَ لَهُ  مَا  تَقَدَّ مَ   مِنْ  ذَ نْبِهِ(
Dari Zaid bin Khalid Al Juhni t bahwasannya Nabi r bersabda : (“Barang siapa yang berwudhu lalu ia memperbagus wudhunya, kemudian ia shalat dua rakaat tanpa lalai di dalam keduanya, Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.)[5]

صحيح مسلم - (ج 2 / ص 19/ح 341) و سنن النسائي - (ج 3 / ص 376/ح 847) :    حَدَّ ثَنِي  أَ بُو  الطَّاهِرِ  وَ  يُونُسُ  بْنُ  عَبْدِ  الْأَعْلَى  قَالَا  أَخْبَرَ نَا عَبْدُ اللَّهِ  بْنُ  وَهْبٍ  عَنْ  عَمْرِو  بْنِ  الْحَارِثِ  أَنَّ  الْحُكَيْمَ  بْنَ  عَبْدِ اللَّهِ  الْقُرَشِيَّ  حَدَّ ثَهُ  أَنَّ  نَافِعَ   بْنَ  جُبَيْرٍ  وَ  عَبْدَ  اللَّهِ  بْنَ أَبِي  سَلَمَةَ  حَدَّ ثَاهُ  أَنَّ  مُعَاذَ  بْنَ  عَبْدِ  الرَّحْمَنِ  حَدَّ ثَهُمَا  عَنْ  حُمْرَ انَ  مَوْلَى  عُثْمَانَ  بْنِ  عَفَّانَ  عَنْ  عُثْمَانَ  بْنِ  عَفَّانَ   قَالَ سَمِعْتُ  رَسُولَ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ   يَقُولُ ) مَنْ  تَوَضَّأَ  لِلصَّلاَ ةِ  فَأَسْبَغَ  الْوُضُوءَ   ثُمَّ  مَشَى  إِلَى  الصَّلاَ ةِ  الْمَكْتُوبَةِ  فَصَلاَّ  هَا  مَعَ  النَّاسِ  أَوْ  مَعَ  الْجَمَاعَةِ  أَوْ  فِي  الْمَسْجِدِ  غَفَرَ  اللَّهُ  لَهُ  ذُ نُوبَهُ (
Dari Utsman bin Affan t, ia berkata, Saya mendengar Rasulullah r telah bersabda : (“Barang siapa yang berwudhu untuk shalat, kemudian ia memperbagus wudhunya, dan berjalan untuk menunaikan shalat wajib (lima waktu), kemudian ia menunaikan shalat tersebut bersama orang banyak atau berjamaah di masjid, Allah mengampunia dosa-dosanya”.) [6]
المعجم الأوسط للطبراني - (ج 5 / ص 39/ح 2080) :  حدثنا  أحمد  بن  علي  بن  المثنى  الموصلي  أبو  يعلى  قال  :  نا  إبراهيم  بن  الحجاج السامي  قال  :  نا بشار  بن  الحكم  قال  :  نا  ثابت ،  عن  أنس ،  عن  النبي  صلى  الله  عليه  و سلم  قال  ) إِ نَّ  اْلخَصْلَةَ الصَّالِحَةَ  تَكُوْ نُ  فيِ  الرَّجُلِ ، فَيُصْلِحُ  اللهُ عز وجل  بِهَا عَمَلَهُ   كُلُّهُ ، وَ طَهُوْرُ  الرَّجُلِ  لِصَلاَ تِهِ  يُكَفِّرُ اللهُ  بِهِ  ذُ نُو بِهِ ، وَ تَبْقَى صَلاَ تُهُ  نَافِلَةً  لَهُ (
Dan Dari Anas t, bahwa Rasulullah r bersabda : (“Dengan perangai yang baik yang terdapat pada seorang laki-laki, Allah menyempurnakan segala amalnya, dan dengan bersucinya untuk mengerjakan shalat, Allah menghapus dosa-dosanya, hingga bulatlah shalat itu menjadi pahala baginya.)

BERSAMBUNG KE BAGIAN 2 .......LEBIH ASYIK...LEBIH SERU........MENDALAMI ILMU BERSUCI....INSYA ALLAH

[1] Nashiruddin Al Albani menshahihkannya di dalam Shahih Al Jami’ no 2333.
[2] Nashiruddin Al Albani menshahihkannya di dalam Shahih Al Jami’ no 5761.
[3] Nashiruddin Al Albani menghasankannya di dalam Shahih Al Jami’ no 476.
[4] Nashiruddin Al Albani mengshahihkannya di dalam Shahih Al Jami’ no 6039.
[5] Nashiruddin Al Albani menghasankannya di dalam Shahih Al Jami’ no 6041.
[6] Nashiruddin Al Albani menghasankannya di dalam Shahih Al Jami’ no 6062.