Tarbiyah dzatiyah, adalah sejumlah sarana tarbiyah (pembinaan) yang diberikan kepada muslim atau muslimah, untuk meningkatkan dirinya sendiri dengan meningkatkan pemahaman terhadap seluruh aspek kepribadian Islam yang sempurna di seluruh sisinya, baik itu ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya dan pertahanan keamanan. Istilah lebih singkat pembinaan terhadap dirinya sendiri oleh dirinya sendiri guna meningkatkan kemampuan dirinya sendiri.
Motto penggemblengan diri dengan sabda Rasulullah r :
صحيح مسلم - (ج 7 / ص 42/ح 2380) و صحيح البخاري - (ج 22 / ص 255/ح 6744) : حَدَّ ثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّ ثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَ نَا الرَّ بِيعُ بْنُ مُسْلِمٍ الْقُرَشِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) فَإِذَ ا أَمَرْ تُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْ تُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَ إِذَ ا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ (
Dari Abu Hurairah t, ia berkata Rasulullah r bersabda : "Jika aku memerintahkan kepada kalian untuk mengerjakan sesuatu maka kerjakanlah sesuai dengan kemampuan kalian. Dan apa yang aku larang untuk kalian kerjakan, maka jauhilah ".(Shahih Muslim, Shahih Bukhari)
صحيح البخاري - (ج 11 / ص 141/ح 3104) و صحيح مسلم - (ج 12 / ص 85/ح 4383) و مسند أحمد - (ج 19 / ص 244/ح9201) و سنن الدارمي - (ج 1 / ص 252/ح 229) : حَدَّ ثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّ ثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّ ثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ قَالَ حَدَّ ثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ) قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَ كْرَمُ النَّاسِ قَالَ أَ تْــقَاهُمْ فَقَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَ لُكَ قَالَ فَيُوسُفُ نَبِيُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِيِّ اللَّهِ ابْنِ نَبِيِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَ ا نَسْأَ لُكَ قَالَ فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَ لُونِ خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَا مِ إِذَ ا فَقُهُوا(
Diriwayatkan dari Abu Hurairah t, ia berkata : ditanyakan kepada Rasulullah r : wahai Rasulullah r siapakah orang yang paling mulia itu ? Beliau r bersabda : Orang yang paling bertaqwa diantara mereka. Mereka berkata : Bukan hal itu yang kami tanyakan kepada engkau. Beliau r bersabda : Nabi Yusuf u adalah seorang Nabi Allah, anak seorang Nabi Allah, Cucu seorang Nabi Allah, kakeknya adalah Khalilullah yaitu kekasih Allah. Mereka berkata : Bukan perkara itu yang kami tanyakan kepada engkau. Beliau r bersabda : Apakah tentang nenek moyang orang-orang Arab yang kamu tanyakan kepadaku? Yang paling baik diantara mereka pada masa jahiliah adalah yang paling baik diantara mereka pada masa Islam, yaitu jika mereka memahami (faham/mengerti hukum syari'at). (Shahih Muslim, Shahih Bukhari)
صحيح البخاري - (ج 1 / ص 141/ ح77 ) : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ) مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ لْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ قَالَ إِسْحَاقُ وَكَانَ مِنْهَا طَائِفَةٌ قَيَّلَتْ الْمَاءَ قَاعٌ يَعْلُوهُ الْمَاءُ وَالصَّفْصَفُ الْمُسْتَوِي مِنْ الْأَرْضِ (
Dari Abu Musa dari Nabi r, beliau bersabda: "Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan membawanya adalah seperti hujan yang lebat yang turun mengenai tanah. Diantara tanah itu ada jenis yang dapat menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Dan di antaranya ada tanah yang keras lalu menahan air (tergenang) sehingga dapat diminum oleh manusia, memberi minum hewan ternak dan untuk menyiram tanaman. Dan yang lain ada permukaan tanah yang berbentuk lembah yang tidak dapat menahan air dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman. perumpamaan itu adalah seperti orang yang faham agama Allah dan dapat memanfa'atkan apa yang aku diutus dengannya, dia mempelajarinya dan mengajarkannya, dan juga perumpamaan orang yang tidak dapat mengangkat derajat dan tidak menerima hidayah Allah dengan apa yang aku diutus dengannya". Berkata Abu Abdullah; Ishaq berkata: "Dan diantara jenis tanah itu ada yang berbentuk lembah yang dapat menampung air hingga penuh dan diantaranya ada padang sahara yang datar".(Shahih Muslim, Shahih Bukhari)
صحيح البخاري - (ج 1 / ص 126/ح 69) :حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ قَالَ حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ خَطِيبًا يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُولُ ) مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ (
Dari Ibnu Syihab berkata, Humaid bin Abdurrahman berkata; aku mendengar Mu'awiyyah memberi khutbah untuk kami, dia berkata; Aku mendengar Nabi r bersabda: "Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama".(Shahih Muslim, Shahih Bukhari)
Ada beberapa point yang patut diperhatikan :
1. Menjaga diri sendiri mesti diutamakan daripada menjaga orang lain. Jika bisa maka boleh juga bersamaan.
Tarbiyah seorang muslim terhadap dirinya tidak lain adalah sebagai suatu upaya melindungi dirinya dari siksa Allah I karena kemurkaanNya akibat tidak paham dan tidak mengerti mengapa seseorang harus hidup dan berjuang dalam hidup ini, dengan prioritas menegakkan kalimat tauhid sebagai warisan para Nabi dan Rasul. Sehingga menjaga diri dan mendidik jiwa sendiri menuju kepahaman lebih diutamakan, setelah itu baru mengajak dan menjaga rekan-rekannya atau orang lain.
قَدْ جَاءَكُمْ بَصَائِرُ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِ وَ مَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَا وَمَا أَ نَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ [الأنعام/104]
Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfa`atnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara (mu). (QS Al An’aam : 104)
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ [يونس/108]
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur'an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu".(QS Yuunus : 108)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَ أَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلاَ ئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ لاَ يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ [التحريم/6]
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS At-Tahrim : 6)
2. Jika kita tidak mentarbiyah diri kita sendiri, siapa yang paling bertanggung jawab selain diri kita sendiri.
Pentingnya tarbiyah dzatiyah ini karena ada kewajiban kita mendidik diri sendiri secara kontinyu dari saat mulai baligh sampai kematian menjelang. Siapa yang akan mentarbiyah kita disaat kita berusia 30, 40, 60, 70 atau 80 tahunan, disaat kita dijadikan tokoh masyarakat, mubaligh yang dihormati atau menjadi sesepuh dalam lingkungannya, sementara semua orang segan kepada kita, dan enggan memberikan nasehatnya. Maka kewaspadaan untuk selalu mendidik diri, menempa jiwa dan bermuhasabah terhadap segala kelemahan diri yang ada adalah menjadi tanggung jawab kita sendiri, sehingga kita tidak kehilangan momen-momen yang berharga dalam hidup ini untuk menempa diri kita menjadi manusia yang berkwalitas.
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ [العنكبوت/6]
Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS Al ‘Ankanuut : 6)
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ [لقمان/22]
Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS Luqman : 22)
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى إِنَّمَا تُنْذِرُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَمَنْ تَزَكَّى فَإِنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ [فاطر/18]
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali (mu). (QS Faathir : 18)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ [فصلت/46]
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya). (QS Fushilat : 46)
3. Perhitungan Hisab kelak bersifat Individual.
Hisaban pada hari kiamat oleh Allah I kepada hamba-hambaNya bersifat individual, bukan bersifat kolektif. Artinya setiap orang kelak dimintai pertanggung jawaban tentang dirinya dan sepak terjangnya, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Walaupun banyak orang mengklaim bahwa penyebab kesesatan dan penyimpangan itu akibat orang lain yang mempengaruhinya, mereka tetap diminta tanggung jawabnya karena kehidupan itu diamanatkan kepada perseorangan, lihat firman-firman dibawah ini :
وَكُلُّهُمْ آَتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا [مريم/95]
Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (QS Maryam : 95)
وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا (13) اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا (14) [الإسراء/13، 14]
Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka (13) "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." (14) (QS Al Israa : 13-14)
بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ [القيامة/14]
Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, (QS Al Qiyamah : 14)
يَوْمَ تَأْتِي كُلُّ نَفْسٍ تُجَادِلُ عَنْ نَفْسِهَا وَتُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ [النحل/111]
(Ingatlah) suatu hari (ketika) tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi tiap-tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan). (QS An-Nahl : 111)
صحيح البخاري - (ج 22 / ص 451/ 6889) و صحيح مسلم - (ج 5 / ص 195/ ح 1688) : حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنِي الْأَعْمَشُ عَنْ خَيْثَمَةَ عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ )مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ وَلَا حِجَابٌ يَحْجُبُهُ(
Dari 'Adi bin Hatim berkata, 'Rasulullah r bersabda: "Tidaklah salah seorang diantara kalian kecuali ia akan diajak bicara oleh Rabbnya, antara dia dan Allah tidak ada seorang penerjemah, dan tidak pula hijab yang menghalanginya." (Shahih Muslim, Shahih Bukhari)
4. Tarbiyah dzatiyah biasanya lebih mampu menghasilkan perubahan.
Tarbiyah dzatiyah, biasanya menghasilkan perubahan yang nyata jika dia sadar dan bertaubat, karena seluruh aibnya, kemaksiatannya dan segala kelalaian serta kemalasannya hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Sehingga seluruh perintang yang ada dalam jiwanya bisa dia tembus dengan tekad yang kuat dan menghasilkan perubahan yang nyata dalam jiwanya sesuai dengan syahadat yang dia ikrarkan.
Dalam Syahadataian ada Konsep dasar reformasi (perubahan) secara menyeluruh ( أَ سَـاسُ اْلإ ِنْـقِـلاَ بِ )
Seseorang yang sudah mengucapkan syahadat, maka ada bukti nyata dalam kehidupan sehari-harinya yaitu berubah dalam tindak-tanduknya, makin hari makin baik, makin hari makin berilmu, makin hari makin bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, masyarakat dan lingkungannya, bagi negaranya bahkan bagi dunia ini menuju Rahmatan lil ‘Alamin.
Lihatlah perubahan Rasulullah r dan para sahabatnya setelah kedatangan Islam dan bersyahadat (pelajari riwayat nabi Muhammad r; shahabat khulafaurasyidin dan shahabat awalul mukminin) bagaimana mereka berobah drastis dari segi peradabannya baik dari sisi dimensi individu, sosial, kultural, politik dan ekonomi sehingga hanya dalam jangka waktu 23 tahun sudah menguasai seluruh dunia dari segi pola fikir dan pengetahuan, dan menguasai setengah dunia dalam rangka mengembangkan akidah dan keyakinan Al Islam, sungguh bukan usaha yang mudah, tetapi keajaiban ini diletakkan oleh seluruh sejarawan sebagai kenyataan yang tidak dihindari dan menempatkan umat Islam pada kejayaannya waktu itu. Penghormatan paling tinggi diberikan kepada Rasulullah r sebagi Manusia luar biasa dan pemimpin sepanjang zaman yang nomor wahid. Itulah bukti nyata syahadat kita.
Orang yang bersyahadat adalah seorang agen perubahan menuju segala kebaikan dan pengunci pintu-pintu keburukan, lihat sabda Rasulullah r:
سنن ابن ماجه - (ج 1 / ص 275/ح 233) : حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ الْحَسَنِ الْمَرْوَزِيُّ أَنْبَأَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ r ) إِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ , فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ , (
Dari Anas bin Malik t ia berkata; Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup pintu-pintu kejahatan. Maka beruntunglah bagi orang yang Allah jadikan sebagai kunci-kunci pembuka kebaikan melalui tangan-Nya "(Sunan Ibnu Majah)
Jika kita tidak berubah berarti ada yang salah dalam syahadat kita, karena sesungguhnya dengan bersyahadat kita harus jadi lebih peka dan sensitif terhadap kebaikan dan kemaksiatan, jika ada kebaikan maka kita semangat mengerjakannya, jika ada kemunkaran atau kemaksiatan kita bergairah membasminya jika tidak mampu membasminya maka kita menghindarinya. Lihat firman Allah I berikut ini :
أَوَ مَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَ جَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّـلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا كَذَ لِكَ زُ يِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَا نُوا يَعْمَلُونَ
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (QS Al An’aam : 122)
إِنَّ اللَّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS Ar-Raad : 11)
5. Tarbiyah dzatiyah sarana tsabat (tegar) dan istiqamah.
Setelah bimbingan dari Allah I, tarbiyah dzatiyah adalah sarana pertama yang membuat orang muslim mampu tsabat (tegar) di atas jalan iman dan petunjuk sehingga akhir kehidupannya. Tarbiyah dzatiyah juga adalah garis pertahanan terdepan dalam melawan beragam fitnah dan bujuk rayu yang menyerang orang muslim pada zaman dewasa ini, dan membujuknya dengan deras untuk menyimpang, gugur dari jalan dakwah, loyo, malas, merasa takut akan masa depan, dan putus asa dengan realitas sekarang. Pada aspek ini, perumpamaan tarbiyah dzatiyah ialah seperti pohon, yang akar-akarnya menancap kuat di bumi, maka pohon tersebut tetap kokoh, kendati terkena angin dan badai.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ , تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ [إبراهيم/24-25]
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit ; pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS Ibrahim : 24-25)
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ [إبراهيم/26]
Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (QS Ibrahim : 26)
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ [البقرة/256]
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah : 256)
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْفَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آَيَاتِهِلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ [آل عمران/103]
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imraa : 103)
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَهُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِفَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ [الحج/78]
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (QS Al Hajj : 78)
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ [لقمان/22]
Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS Luqman : 22)
6. Sarana dakwah yang paling kuat.
Esensinya, setiap orang muslim dan muslimah adalah dai ke jalan Allah I. Ia memperbaiki kondisi yang ada, mengajar, memberi taujih (arahan), dan mentarbiyah.
Supaya ia diterima manusia segala lapisan, maka ia bekali dengan menggali segala kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya dengan ilmu-ilmu umum dan sayriat, sehingga dia mempunyai pengetahuan untuk dapat merubah situasi dan kondisi dan berusaha menjadi qudwah (panutan) yang baik dan teladan yang istimewa.
Qudwah yang tinggi dan pengaruh yang kuat tersebut tidak dapat dibentuk oleh sekian khutbah dan ceramah saja, namun dibentuk oleh tarbiyah dzatiyah yang benar dan lurus.
Al Hasan Al Bashri berkata : “SIBUKKAN SETIAP WAKTU BAGI DIRIMU DENGAN SEGALA KEBAIKAN DAN KEMASLAHATAN, NISCAYA TIDAK ADA WAKTU BAGIMU UNTUK BERBUAT KEMAKSIATAN DAN KERUSAKAN”
7. Cara yang benar dalam memperbaiki relitas yang ada.
Adakah yang tidak prihatin dengan realitas kehidupan zaman sekarang, yang sudah di dominasi oleh berbagai kemunkaran di setiap lini kehidupan?.
Kita melihat seluruh segi sudah banyak keluar dari aturan Allah I, baik bermasyarakat, bernegara, siaran pers baik cetak maupun elektronik, acara-acara TV dan Radio yang meracuni aqidah, pergaulan sehari-hari baik di masyarakat maupun keluarga.
Kita lihat bagaimana musuh-musuh Islam menguasai bidang politik, sosial, ekonomi, budaya sampai pertahanan dan keamananpun mereka jajah dan kuasai. Lalu bagaimana cara memperbaiki relitas yang ada sekarang ini?. Apa langkah efektif untuk mengadakan perbaikan?.
Dengan Ringkas langkah tersebut adalah dimulai dengan tarbiyah dzatiyah, yang dilakukan setiap orang dengan dirinya, terencana, dilaksanakan dengan maksimal, syumul (universal), dan seimbang. Sebab jika setiap individu baik, baik pula keluarga, dengan izin Allah U. Lalu dengan sendirinya masyarakat menjadi baik. Dan penularan kegiatan ini tidak mustahil menghasilkan sebuah kekuatan masyarakat yang Madani. Lihat firman Allah I :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ [الصف/4]
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS Ash-Shaaf : 4)
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا [النساء/84]
Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mu'min (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya). (QS An-Nusaa’ : 84)
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ [الأنفال/60]
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS Al Anfal : 60)
8. Keistimewaan tarbiyah dzatiyah ini sangat mudah dan setiap jiwa memiliki modalnya.