Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Sabtu, 27 Agustus 2011

Etika Dialog : Pelarangan Berkata Keji, Kotor dan Memaki



Berkata keji, berkata kotor dan memaki, adalah perbuatan yang tercela dan dilarang oleh Rasulullah r. Jika hal tersebut masih sering kita lakukan, ketahuilah!.... ternyata jiwa kita merupakan sumber kekejian dan kejahatan, oleh karenanya...... perbaikilah dan tinggalkanlah sifat-sifat tersebut.

إحياء علوم الدين -  أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 320)  :  قال رسُولَ  الله  صلى  الله  عليه  و سلم   )  إَِ يَّا كُمْ  وَ اْلفَحْشَ  فَإِنَّ اللهَ  تعالى  لاَ   يُحِبُّ  اْلفَحْشَ وَ لاَ  التَّفَاحُشَ (

Rasulullah r bersabda : ("Jauhilah perkataan keji, sesungguhnya Allah I tidak menyukai perkataan keji dan membuat-buat perkataan keji". [1])


Rasulullah r juga melarang untuk mencaci maki orang-orang yang musyrik yang terbunuh dalam perang Badar :

إحياء علوم الدين -  أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 320)  :    قال  رسُولَ   الله   صلى   الله   عليه   و  سلم   )  لاَ   تَسُبُّوْا  هَؤُ  لاَ ءِ  فَإِ نَّهُ   لاَ   يَخْلُصُ   إِلَيْهِمْ   شَيْ ءٌ    ِمّمَا  تـَقُوْ لُوْ نَ   وَ  تُؤْ ذُ وْ نَ   اْلأَحْيَاءَ   أَلاَ   إِنَّ   اْلبَذَ اءَ  لُـؤْ مٌ  (

Rasulullah r bersabda : ("Janganlah kamu mencaci maki mereka, karena tidak sampai kepada mereka sesuatu dari apa yang kamu katakan (maksudnya orang yang terbunuh di perang Badar), dan kamu sakiti orang-orang yang hidup (maksudnya keturunan mereka), ingatlah sesungguhnya lidah yang kotor ini tercela". [2])

سنن الترمذي - (ج 7 / ص 246/ 1900) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 1 / ص 31/ح 28) و المعجم الأوسط للطبراني - (ج 4 / ص 342/ح 1882)  و  مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 10 / ص 343/ح 4957) و صحيح ابن حبان - (ج 1 / ص 377/ح 192)   :  حَدَّ ثَنَا  مُحَمَّدُ  بْنُ  يَحْيَى  اْلأَزْدِيُّ  الْبَصْرِيُّ  حَدَّ ثَنَا  مُحَمَّدُ  بْنُ  سَابِقٍ  عَنْ   إِسْرَ ائِيلَ  عَنْ اْلأَعْمَشِ  عَنْ   إِبْرَ اهِيمَ  عَنْ  عَلْقَمَةَ  عَنْ  عَبْدِ اللَّهِ  قَالَ  قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  )  لَيْسَ  الْمُؤْ مِنُ   بِالطَّعَّانِ  وَ  لاَ  اللَّعَّانِ  وَ  لاَ  الْفَاحِشِ  وَ  لاَ  الْبَذِيءِ (

Dari Abdullah bin Mas'ud t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : ("Orang mu'min itu bukanlah orang yang suka mencela, bukan pula orang yang suka melaknat, dan bukan pula orang yang suka berkata keji, dan buka pula orang yang suka berkata kotor")

إحياء علوم الدين -  أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 320) :  قال  رسُولَ   الله   صلى  الله  عليه  و سلم    )  اَ لْجَنَّةَ   حَرَ امٌ   عَلَى  كُلِّ   فَاحِشٍ  أَنْ  يُدْخِلَهَا (

Rasulullah r bersabda : ("Sorga itu haram atas setiap orang yang berkata keji untuk memasukinya". [3])

إحياء علوم الدين -  أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 320)  :  قال  رسُولَ   الله   صلى  الله  عليه  و سلم   ) أَرْ بَعَةٌ    يُؤْذُونَ   أَهْلَ  النَّارِ   فِي  النَّارِ  عَلىَ  مَا بِهِمْ  مِنَ  اْلأَ ذَ ى  يَسْعَوْنَ  بَيْنَ  اْلحَمِيْمِ  وَ اْلجَحِيْمِ  يَدْ عُوْنَ  بِالْوَيْلِ  وَ الثُّـبُوْرِ: رَ جُلٌ  يَسِيْلُ  فُوْهُ  قَيْحاً  وَ دَماً  فَيُقَالُ لَهُ  مَا بَالُ  اْلأَ بْعدِ  قَدْ  آذَ اناً  عَلَى مَا بَنَا مِنَ  اْلأَ ذَ ى؟  فَيَقُولُ   إِ نَّ  اْلأَ بْعَدَ  كَانَ   يَنْظُرُ  إَِ لَى كُلِّ  كَلِمَةٍ   قَدِيْمَةٍ  خَبِيْثَةٍ  فَيَسْتَلِذُّهَا كَمَا يَسْتَلِذُّ الرَّفَثَ (

Rasulullah r bersabda : ("Empat orang yang menyakiti penghuni neraka di dalam neraka atas perbuatan mereka yang menyakitkan. Mereka berjalan di antara neraka Hamim dan Jahim dengan diserukan kehancuran dan kebinasaan, yaitu orang yang mulutnya mengalirkan nanah dan darah. Lalu ditanyakan kepadanya, Bagaimana keadaan orang yang paling jauh kedudukannya dan besar kejahatannya, di mana dia sering menyakiti kami?. Lalu dijawab, "Sesungguhnya orang yang paling jauh kedudukannya, dia paling dalam di neraka, yaitu orang sudah terbiasa dengan kata-kata yang keji dan kotor, kemudian dia merasa nikmat (terbiasa) dengan kata-kata itu". [4])


إحياء علوم الدين -  أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 320)  :  قال  رسُولَ   الله   صلى  الله  عليه  و سلم    لعائشة  يا عائشة )  لَوْ  كَانَ  اْلفَحْشُ رَجُلاً   لَكَانَ  رَجُلَ  سُوْ ءٍ (

Rasulullah r bersabda kepada Aisyah t : ("Wahai Aisyah, jika perkataan keji itu laki-laki, pastilah itu laki-laki yang jahat".[5])

إحياء علوم الدين -  أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 320)  :  قال  رسُولَ   الله   صلى  الله  عليه  و سلم   ) اَ لْبِذَاءُ  وَ اْلبَيَانُ  شُعْبَتَانِ  مِنْ  شُعْبِ  النِّفَاقِ (

Rasulullah r bersabda : ("Perkataan kotor dan penjelasannya itu dua cabang dan merupakan cabang-cabang kemunafikan".[6])


Yang dimaksud Al-bayan (penjelasan) pada hadits tersebut adalah menerangkan sesuatu yang sebenarnya, tetapi tidak boleh dijelaskan, karena jika dijelaskan secara detail, akan menimbulkan aib bagi seseorang yang dijelaskannya. Bahkan menjelaskan sesuatu perkara disertai dengan kata-kata kotor, seakan-akan menjelaskan perkara tersebut kepada khalayak ramai, dimana orang yang dijelaskan aibnya, akan merasa malu dan jatuh harga dirinya. Dalam kasus seperti ini maka sebaiknya ia merahasiakan dan mengesampingkannya, dengan cara menghindari penjelasan mengenai aib seseorang secara rinci maupun tidak.

إحياء علوم الدين -  أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 320)  :  قال  رسُولَ   الله   صلى  الله  عليه  و سلم    )  إِنَّ  اللهَ  لاَ  يُحِبُّ  اْلفَاحِشَ اْلمُتَفَحِّشَ  الصَّيَا حَ   فِي اْلأَسْوَ اقِ (

Rasulullah r bersabda: ("Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berkata keji, yang membuat-buat perkataan keji serta yang berteriak-teriak di pasar".[7])

إحياء علوم الدين -  أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 320)  :  و قال  جابر  بن  سمرة  : )  كنت  جالساً  عند  النبي  صلى  الله  عليه  و سلم  و أبي أمامي  فقال  صلى  الله  عليه  و سلم   إن  الفحش  و التفاحُش  لَيْسَا من  الإسلا م   في  شيء  و  إن  أحسن  الناس  إسلاماً   أحاسنهم  أخلاقاً (

Jabir bin Samurah t berkata : (bahwa ia duduk di dekat Rasulullah r dan ayahnya berada dihadapannya. Lalu Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya kata-kata keji dan membuat-buat perkataan keji itu sedikitpun tidak termasuk di dalam Islam. Dan sesungguhnya orang yang paling baik Islamnya adalah orang yang paling baik akhlaknya".[8])

Adapun yang dimaksud dengan kata-kata keji adalah adalah pembicaraan yang dipandang buruk secara hukum maupun etika, dan kata-kata yang disampaikan itu begitu jelas dan terang, serta mudah dipahami maksud keburukannya. Kebanyakan hal ini berkaitan erat dengan zina, seks bebas dan sebagainya.

Biasanya orang yang memakai kata-kata keji secara terang-terangan adalah mereka yang ahli berbuat maksiat. Sedangkan orang yang ahli berbuat kebaikan, kalaupun harus mengatakannya, mereka menyebutnya dengan kata-kata yang agak halus (kinayah) atau disamarkan atau memilih istilah yang mendekati dengan yang dimaksudkan.

Ibnu Abbas t berpendapat, "Sesungguhnya Allah U menyebut persetubuhan dengan kinayah 'menyentuh'. Dengan begitu kata-kata 'menyentuh', menggauli dan memegang, bukanlah teremasuk kata-kata keji kalau digunakan kinayah dari persetubuhan.

Sementara itu ada pula kata-kata keji yang dinilai sangat buruk jika digunakan untuk mencaci dan memaki serta menjelek-jelekan. Meskipun demikian, kata-kata keji itu berbeda-beda tingkatannya. Perbedaan itu disebabkan oleh adat kebiasaan suatu daerah.

Adapun yang mendorong seseorang berkata keji, adalah keinginan untuk menyakiti orang lain, atau kebiasaan bergaul dengan orang-orang fasiq, orang ahli berbuat keji, dan bergaul dengan orang yang mempunyai watak suka mencaci maki.

إحياء علوم الدين -  أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 321)  :   و  قال  )أعر ابي   لرسول   الله   صلى   الله   عليه   و  سلم :  أو صني   فقال   " عليك  بتقوى   الله   و   إِ نِ   امْرُ ؤٌ  عَيَّرَ كَ  بشيء   يَعْلَمَهُ   فيك   فلا   تُعَيِّرْ هُ   بشيء   فيه  يكنْ   و  بَالُهُ  عليه  و  أَجْرُ هُ   لك  و  لا   تَسُبَّنَّ   شيئاً "(

Diriwayatkan (bahwa suatu ketika seorang Badui berkata kepada Rasulullah r, "Wahai Rasulullah r, berwasiatlah kepadaku!". Maka Rasulullah r bersabda : "Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah I. Kalau seseorang mencelamu, karena sesuatu yang ia ketahui pada dirimu, janganlah kamu balas mencelanya dengan sesuatu yang kamu ketahui tentangnya. Dengan demikian, maka bahayanya akan menimpanya, sedangkan pahalanya bagimu. Dan janganlah kamu mencaci maki sedikitpun".[9])

إحياء علوم الدين -  أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 321)  :  و قال  عياض  بن  حمار :) يا رسول  الله  إن  الرجل  من  قومي  يسبني  و هو  دوني هل  علي  من  بأس  أن  أنتصر  منه؟  فقال    المُسْتَبَانِ  مَا قَالاَ  فَعَلَى  اْلبَارِئِ  مِنْهُمَا حَتـَّى  يَعْتَدِيَ  اْلمَظْلُومٌ (

Iyadh bin Himar t berkata : ("Saya bertanya kepada Rasulullah r, bahwa seorang laki-laki dari kaumku mencaci makiku, sedangkan ia usianya dibawahku, apakah saya berdosa kalau saya membalas dan memenangkan perkara tersebut darinya?". Maka Rasulullah r menjawab : "Dua orang yang mencaci maki adalah apa yang dikatakan oleh keduanya, maka dosanya atas orang yang memulai dari keduanya sehingga yang teraniaya balas menganiaya pula")

إحياء علوم الدين -  أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 321) :  قال  رسُولَ   الله   صلى  الله  عليه  و سلم    ) مَلْعُوْنَ  مَنْ  سَبَّ   وَ الِدِيْهِ (  و  في  وراية  ) مِنْ أَكْبَرِ  اْلكَبَائِرَ  أَنْ   يَسُبَّ  الرَّجُلُ وَ الِدِيْهِ (   قالوا  يا رسول  الله  كيف  يسب  الرجل  و الديه؟  قال ) يَسُبُّ  أَبَا  الرَّجُلِ  فيَسُبُّ  الآخَرُ  أَبَاُه ( .

Rasulullah r bersabda : ("Dikutuklah orang yang mencaci maki kedua orang tuanya"), dalam riwayat lain disebutkan ("Termasuk dosa yang paling besar adalah seseorang mencaci maki kedua orang tuanya".) Para sahabat bertanya : ("Wahai Rasulullah! Bagaimana bisa seseorang mencaci maki kedua orang tuanya?". Beliau r menjawab : "Ia mencaci maki ayah orang lain, lalu orang itu mencaci maki ayahnya".[10])

رياض الصالحين - (ج 2 / ص 267)  :  و عن  أنسٍ - رضي الله عنه  -  قال  : قالَ  رسولُ  اللهِ  -  صلى  الله  عليه  و سلم  -  ) مَا  كَانَ الفُحْشُ   فِي  شَيْ ءٍ  إلاَّ  شَا نَهُ ،  وَ مَا   كَانَ  الحَيَاءُ  فِي  شَيْ ءٍ  إلاَّ  زَ ا نَهُ ( . رواه الترمذي ، وقال :  حديث حسن  .

Dari Anas t, dia berkata bahwa Rasulullah r bersabda : ("Tidaklah kekejian terdapat pada sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk dan tidaklah rasa malu (berbuat kemaksiatan) terdapat pada sesuatu, melainkan ia akan membuatnya indah".)

رياض الصالحين - (ج 2 / ص 266)  :  عن  ابن  عمر رضي  الله  عنهما ، قال :  قالَ  رسولُ  اللهِ - صلى  الله  عليه  و سلم - ) إذَ ا  قَالَ الرَّجُلُ  لأَخِيهِ  :  يَا   كَافِرُ ،  فَقَدْ   بَاءَ  بِهَا  أَحَدُ هُمَا ، فَإنْ   كانَ   كَمَا  قَالَ  وَ  إلاَّ  رَجَعَتْ  عَلَيْهِ ( متفق عليه .

Dari Ibnu Umar t, dia berkata bahwa Rasulullah r bersabda : ("Apabila seseorang berkata kepada saudaranya : 'Hai Kafir!,' maka salah seorang diantara keduanya kembali kepada kalimat tersebut. Jika saudaranya memang demikian (maka dia seperti yang dikatakannya), tetapi kalau tidak, maka kalimat itu kembali kepada dirinya sendiri".)

رياض الصالحين - (ج 2 / ص 266)  :   و عن  أبي  ذرٍّ -  رضي  الله  عنه -  :  أ نَّه  سَمِعَ  رسُولَ  اللهِ  -  صلى  الله  عليه  و سلم - ، يقولُ  ) مَنْ  دَعَا  رَجُلاً  با لكُفْرِ ، أو  قالَ :  عَدُوَّ  اللهِ ، وَ  لَيْسَ   كَذلكَ   إلاَّ  حَارَ  عَلَيْهِ ( . متفق عليه .

Dari Abu Dzar t, bahwasannya dia mendengar Rasulullah r bersabda : ("Barang siapa yang memanggil seseorang dengan kekufuran atau berkata : "Hai Musuh Allah!", padahal dia tidaklah demikian, niscaya ucapannya itu akan kembali kepada dirinya sendiri".)


[1]  H.R An-Nasa'i  dan Al Hakim dari hadits Abdullah bin Amr dan Ibnu Hibban dari hadits Abu Hurairah
[2]  H.R Ibnu Abid Dunya dari hadits Muhammad bin Ah al Baqir
[3]  H.R Ibnu Abid Dunya dari hadits Abu Nu'aim dari hadits Abaillah
[4]  H.R Ibnu Abid Dunya dari hadits Syafi' bin Mati'
[5]  H.R Ibnu Abid Dunya dari Ibnu Luhaiah dari Abi Nadzir dari Aisyah
[6]  H.R Turmudzi dari hadits Abi Umamah
[7]  H.R Ibnu Abid Dunya dari hadits Jabir dengan sanad yang lemah
[8]  H.R Ibnu Abid Dunya dan HR. Ahmad dengan sanad yang shahih
[9]  H.R Ahmad dan Ath-Thabrani dengan isnad yang baik dari hadits Abi Jar Al Haijammi.
[10]  Mutafaq alaihi