Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Senin, 15 Agustus 2011

Pengetahuan dan Hukum Islam Tentang Riba (Bagian 6)



Jenis Riba

فقه السنة - الشيخ سيد سابق - (ج 3 / ص 135, 136)  :   أقسامه  :   والربا قسمان  : (1) ربا  النسيئة   (2) وربا الفضل.

Riba itu ada dua macam : (1) Riba Nasi'ah  dan  (2) Riba Fadhal


فقه السنة - الشيخ سيد سابق - (ج 3 / ص 135, 136)  : ربا النسيئة   :   وربا النسيئة  هو الزيادة المشروطة التي يأخذها الدائن من المدين نظير التأجيل. وهذا النوع محرم بالكتاب والسنة وإجماع الائمة.

(1)    Riba Nasi'ah

Yaitu pertambahan bersyarat yang diperoleh orang yang menghutangkan dari orang yang berhutang lantaran penangguhan. Jenis ini diharamkan, dengan berlandaskan kepada Al Qur'an, As-Sunnah dan Ijma para Imam.

Menurut Ahmad Musthafa Al Maraghiy[1] dalam Tafsirnya, beliau menerangkan tentang definisi Riba Nas'iah sebagai berikut :

Riba Nasi'ah adalah memberikan sejumlah utang yang akan dibayar dalam jangka waktu tertentu, misalnya sebulan, setahun, tetapi disyaratkan membayar tambahan (bunga, interest atau apapun istilahnya), sebagai ganti dari waktu pemakaian uang itu (dalam istilah perbankan disebut kredit). Sistem inilah yang kini dipakai oleh bank-bank, dan jenis inilah yang diharamkan menurut nash Al Qur'an.

Cara-cara seperti ini juga sudah dikenal pada masa jahiliyah ketika Al Qur'an diturunkan. Ibnu Jarir mengatakan :"Dimasa jahiliyah, seseorang memberikan utang kepada orang lain, yang harus dilunasi pada waktu yang sudah disepakati. Apabila masa pembayarannya sudah tiba, dan pihak yang mempunyai uang menagih, tetapi orang yang berutang mengatakan, "Tangguhkanlah pembayaran utangku, dan aku menambah uangmu (menanam bunga, istilah sekarang re-schedulling)". Lalu keduanya bersepakat lagi sesuai tempo yang baru. Demikianlah yang disebut sebagai riba nasi'ah (adh'afan mudha'afah). Kemudian Allah melarang perbuatan seperti itu lagi, ketika sudah memasuki Islam.

Melakukan mu'amalah seperti ini, berarti melakukan perbuatan dosa besar. Bahkan sesuai hadits didepan dinyatakan :

مسند أحمد - (ج 8 / ص 74/ح3539) و صحيح مسلم - (ج 8 / ص 288/ح 2995) و سنن أبي داود - (ج 9 / ص 164/ح 2895) و سنن الترمذي - (ج 4 / ص 466/ح 1127) و سنن ابن ماجه - (ج 7 / ص 51/ح 2268) و مصنف ابن أبي شيبة - (ج 5 / ص 234) و مصنف عبد الرزاق - (ج 8 / ص 314/ح 15343)  :  حَدَّ ثَنَا مُحَمَّدٌ  حَدَّ ثَنَا  شُعْبَةُ  عَنْ  سِمَاكِ   بْنِ  حَرْبٍ  قَالَ  سَمِعْتُ  عَبْدَ  الرَّحْمَنِ  بْنَ  عَبْدِ اللَّهِ  يُحَدِّثُ  عَنْ  عَبْدِ  اللَّهِ  بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ  إِنَّ  رَسُـولَ   اللَّهِ  صَلَّى   اللَّهُ  عَـلَيْهِ   وَ  سَلَّمَ   قَالَ  )  لَـعَنَ   اللَّهُ   آكِلَ   الرّ ِبَا وَ  مُو كِلَهُ  وَ  شَاهِدَ هُ   وَ  كَاتِبَهُ  (
Dari Abdillah Ibnu Mas'ud t,ia berkata. sesungguhnya Rasulullah r bersabda : "Allah I melaknat pemakan riba, yang mewakili transaksi riba, saksi-saksinya, dan penulisnya"

فقه السنة - الشيخ سيد سابق - (ج 3 / ص 135, 136)  :   ربا الفضل  :  وربا الفضل وهو بيع النقود بالنقود أو الطعام بالطعام مع الزيادة وهو محرم بالسنة والاجماع لانه ذريعة إلى ربا النسيئة.وأطلق عليه اسم الربا تجوزا.كما يطلق اسم المسبب على السبب.روى أبو سعيد الخدري أن النبي، صلى الله عليه وسلم، قال: " لا تبيعوا الدرهم بالدرهمين، فإني أخاف عليكم الرماء " أي: الربا.فنهى عن ربا الفضل لما يخشاه عليهم من ربا النسيئة.وقد نص الحديث على تحريم الربا في ستة أعيان: الذهب والفضة والقمح والشعير والتمر والملح.فعن أبي سعيد قال: قال رسول الله، صلى الله عليه وسلم،: " الذهب بالذهب والفضة بالفضة والبر بالبر والملح بالملح مثلا بمثل يدا بيد، فمن زاد أو استزاد فقد أربى، الاخذ والمعطي سواء ".رواه أحمد والبخاري.


Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa 'Aisyah, isteri Nabi r pernah bertutur :

) قالت  لها  أم  محبة   أم  ولد  لزيد بن  أرقم - :  يا  أم  المؤ منين،  أتعرفين  زيد  بن  أرقم؟  قالت :  نعم.  قالت :  فإني  بعته  عبدًا  إلى  العطاء  بثما نمائة ،  فاحتاج   إلى  ثمنه،  فاشتر يته  قبل  محل  الأجل  بستمائة.  فقالت :  بئس  ما  شريت!  و  بئس  ما اشتريت!  أبلغي زيدً ا  أنه  قد أبطل  جهاده   مع  رسول  الله  صلى  الله  عليه  و سلم  إن   لم   يتب   قالت :  فقلت :  أرأيت   إن   تركت   المائتين  و أخذت  الستمائة؟  قالت  : نعم،  { فَمَنْ  جَاءَ هُ   مَوْعِظَةٌ  مِنْ  رَ بِّهِ  فَا نْتَهَى  فَلَهُ  مَا  سَلَفَ }(
"Ia pernah ditanya oleh Ummu Bahnah, yaitu Ummu Walad[2] Zaid bin Arqam, 'Wahai Ummul Mukminin, apakah engkau kenal Zaid bin Arqam?.'Ya, aku mengenalnya' jawab 'Aisyah. Ummu Bahnah mengatakan : 'Sesungguhnya aku telah menjual kepadanya seorang budak dengan cara bertempo seharga 800 dirham. Lalu dia memerlukan uang, maka aku membeli kembali (budak itu dengan tunai) sebelum sampai waktu pembayaran (sebelum jatuh tempo) dengan harga 600 dirham (tunai)'. 'Aisyah berkata :'Alangkah buruknya pembelianmu, alangkah buruknya pembelianmu itu. Sampaikanlah kepada Zaid bahwa ia benar-benar telah menghapuskan pahala jihadnya bersama Rasulullah, jika tidak segera bertaubat'. Ummu Bahnah melanjutkan pertanyaan : 'Bagaimana menurutmu, jika aku meninggalkan 200 dirham dan mengambil yang 600 dirham (sebagai pembayaran hutang)?. Aisyah menjawab :'Ya, boleh'. (فَمَنْ   جَاءَ هُ   مَوْعِظَةٌ   مِنْ   رَ بِّهِ   فَا نْتَهَى   فَلَهُ   مَا  سَلَفَ ) "Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah".

  
(2)    Riba Fadhal

Yaitu jenis jual beli uang dengan uang, atau barang pangan dengan barang pangan dengan memakai tambahan. Jenis riba ini diharamkan karena penyebab/pembawa kepada riba nasi'ah.
روى  أبو  سعيد  الخدري  أن  النبي ،  صلى  الله  عليه  و سلم،  قال )  لاَ  تَـبِـيْعُوا الدِّرْهَمْ  باِلدِّرْهَمَيْنِ،  فَإِ نِّي  أَخَافُ عَلَيْكُمْ   الرَّمَاءَ  أَيِّ :  اَ لرِّ بَا (
Abu Sa'id Al Khudri t, meriwayatkan, bahwa nabi r bersabda : "Janganlah kamu menjual satu dirham dengan dua dirham, sesungguhnya aku khawatir/takut kamu terjatuh ke dalam perbuatan riba".

مسند أحمد - (ج 12 / ص 156/ح 5619) :  حَدَّ ثَنَا  حُسَيْنُ  بْنُ  مُحَمَّدٍ  حَدَّ ثَنَا  خَلَفٌ  يَعْنِي  ابْنَ  خَلِيفَةَ  عَنْ  أَبِي  جَنَابٍ  عَنْ  أَبِيهِ عَنِ  ابْنِ  عُمَرَ  قَالَ  قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  ) لاَ   تَبِيعُوا  الدِّينَارَ  بِالدِّينَارَ يْنِ  وَ  لاَ  الدِّرْهَمَ   بِالدِّرْهَمَيْنِ  وَ لاَ  الصَّاعَ   بِا لصَّاعَيْنِ   فَإِ نِّي   أَخَافُ  عَلَيْكُمْ  الرَّمَاءَ  وَ  الرَّمَاءُ  هُوَ  الرِّ بَا(

Dari Ibnu Umar t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : "Janganlah kamu menjual satu dinar dengan dua dinar, satu dirham dengan dua dirham, satu sha' dengan dua sha', karena sesungguhnya perbuatan tersebut termasuk riba"


Dengan demikian pelarangan riba fadhal ini dengan tegas beliau larang karena beliau takut umatnya menjurus kepada riba nasi'ah. Riba yang bunganya ringan menjurus kepada riba yang bunganya berlipat ganda. Inilah sebabnya sekecil apapun tambahan itu tetaplah riba.

Untuk bahan acuan hadits menyebutkan enam jenis barang dalam kaitannya dengan riba : yaitu (1) Emas, (2) Perak, (3) Gandum, (4) Jewawut atau semacam tepung-tepungan, (5) Kurma dan (6) Garam [3].

مسند أحمد - (ج 24 / ص 37/ح 11492) :  حَدَّ ثَنَا  وَ كِيعٌ  حَدَّ ثَنَا  إِسْمَاعِيلُ  بْنُ  مُسْلِمٍ  الْعَبْدِيُّ  حَدَّ ثَنَا   أَ بُو  الْمُتَوَ كِّلِ  النَّاجِيُّ  عَنْ أَبِي  سَعِيدٍ  الْخُدْرِيِّ  قَالَ  قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ )  الذَّهَبُ  بِالذَّهَبِ  وَ  الْفِضَّةُ  بِالْفِضَّةِ  وَ  الْبُرّ ُ بِالْبُرِّ  وَ  الشَّعِيرُ  بِا لشَّعِيرِ  وَ  التَّمْرُ  بِا لتَّمْرِ  وَ  الْمِلْحُ   بِا لْمِلْحِ  مِثْلاً  بِمِثْلٍ   يَدً ا   بِيَدٍ  فَمَنْ  زَ ادَ  أَوْ  اِسْتَزَ ادَ  فَقَدْ   أَرْ بَى  اْلآخِذُ  وَ  الْمُعْطِي  فِيهِ  سَوَ اءٌ (
Dari Abu Sa'id Al Khudfri t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : "Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum dan garam dengan garam sama-sama dari tangan ke tangan. Siapa yang menambahkan atau minta ditambahkan sungguh ia telah berbuat riba. Pengambil dan pemberi sama-sama (dosanya dan dilaknatnya)".

نيل الأوطار - بَابُ  مَا  يَجْرِي  فِيهِ  الرِّبَا -  (ج 8 / ص 298) و موطأ مالك - (ج 4 / ص 328/ح 1145) و صحيح البخاري - (ج 7 / ص 399/ح 2031) و صحيح مسلم - (ج 8 / ص 252/ح 2964) و سنن النسائي - (ج 14 / ص 129/ح 4494) و مسند أحمد - (ج 23 / ص 115/ح 11070) و السنن الكبرى للنسائي - (ج 4 / ص 30/ح 6162) و تهذيب الآثار للطبري - (ج 3 / ص 70/ح 674)  :   عَنْ  أَبِي  سَعِيدٍ  قَالَ  :  قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  ) لاَ  تَبِيعُوا الذَّهَبَ  بِالذَّهَبِ  إلاَّ  مِثْلاً  بِمِثْلٍ ،  وَ  لاَ  تُشِفُّوا  بَعْضَهَا  عَلَى  بَعْضٍ ،  وَ لاَ  تَبِيعُوا  الْوَرِقَ  بِالْوَرِقِ  إلاَّ  مِثْلاً  بِمِثْلٍ ،  وَ  لاَ   تُشِفُّوا  بَعْضَهَا  عَلَى  بَعْضٍ ،  وَ لاَ  تَبِيعُوا مِنْهُمَا غَائِبًا بِنَاجِزٍ ( .
Dari Abu Sa'id Al Khudfri t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : " Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama, janganlah kamu tambah sebagiannya atau sebagian yang lainnya, janganlah kamu menjual perak dengan perak kecuali sama, janganlah kamu tambah sebagiannya atas sebagian yang lain, dan janganlah kamu menjual emas dan perak yang barangnya belum ada dengan yang sudah ada di tempat".

صحيح مسلم - (ج 8 / ص 260/ح 2971) و مسند أحمد - (ج 24 / ص 37/ح 11492) و مصنف ابن أبي شيبة - (ج 5 / ص 299)  :  حَدَّ ثَنَا  أَ بُو  بَكْرِ  بْنُ  أَبِي شَيْبَةَ  حَدَّ ثَنَا وَ كِيعٌ  حَدَّ ثَنَا  إِسْمَعِيلُ  بْنُ  مُسْلِمٍ  الْعَبْدِيُّ  حَدَّ ثَنَا  أَ بُو  الْمُتَوَ كِّلِ  النَّاجِيُّ  عَنْ   أَبِي  سَعِيدٍ  الْخُدْرِيِّ  قَالَ قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  ) الذَّ هَبُ  بِالذَّهَبِ  وَ  الْفِضَّةُ  بِالْفِضَّةِ  وَ  الْبُرُّ   بِالْبُرِّ  وَ  الشَّعِيرُ  بِالشَّعِيرِ  وَ  التَّمْرُ بِالتَّمْرِ وَ  الْمِلْحُ   بِالْمِلْحِ  مِثْلاً  بِمِثْلٍ   يَدً ا  بِيَدٍ  فَمَنْ  زَ ادَ   أَوْ  اِسْتَزَ ادَ  فَقَدْ  أَرْ بَى  اْلآخِذُ  وَ  الْمُعْطِي  فِيهِ  سَوَ اءٌ (
Dari Abu Sa'id Al Khudri t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : "(Boleh menjual) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam dengan garam, bayaran harus dari tangan ke tangan (cash). Barang siapa memberi tambahan atau meminta tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan dengan riba. Penerima dan pemberi sama-sama bersalah".

نيل الأوطار - (ج 8 / ص 298)  :  وَفِي لَفْظٍ : ) لاَ  تَبِيعُوا  الذَّهَبَ  بِا لذَّهَبِ ،  وَ  لاَ  الْوَرِقَ  بِالْوَرِقِ   إلاَّ  وَ زْ نًا  بِوَزْنٍ  مِثْلاً  بِمِثْلٍ سَوَ اءً  بِسَوَاءٍ ( رَوَاهُ أَحْمَدُ وَمُسْلِمٌ  .
Dan tambahan pada lafadz HR. Ahmad dan HR. Muslim :"Janganlah kamu menjual emas dengan emas, perak dengan perak, kecuali setimbang, sebanding, tunai dengan tunai, sama dengan sama".


صحيح مسلم - (ج 8 / ص 261/ح 2972) و سنن النسائي - (ج 14 / ص 113/ح 4483) و السنن الكبرى للنسائي - (ج 4 / ص 25/ح 6151) و مستخرج أبي عوانة - (ج 11 / ص 89/ح 4395)  :  حَدَّ ثَنَا  أَ بُو  كُرَ يْبٍ  مُحَمَّدُ  بْنُ  الْعَلاَ ءِ  وَ  وَ اصِلُ  بْنُ  عَبْدِ اْلأَ عْلَى  قَالاَ  حَدَّ ثَنَا  ابْنُ   فُضَيْلٍ  عَنْ   أَبِيهِ عَنْ  أَبِي  زُرْعَةَ  عَنْ  أَبِي  هُرَ يْرَ ةَ  قَالَ  قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى اللَّهُ  عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ  )  التَّمْرُ   بِالتَّمْرِ وَ  الْحِنْطَةُ  بِالْحِنْطَةِ  وَ  الشَّعِيرُ  بِالشَّعِيرِ  وَ  الْمِلْحُ   بِالْمِلْحِ   مِثْلاً  بِمِثْلٍ   يَدً ا  بِيَدٍ  فَمَنْ  زَ ادَ   أَوْ  اسْتَزَ ادَ  فَقَدْ   أَرْ بَى  إِلاَّ   مَا  اخْتَلَفَتْ   أَ لْوَ ا نُهُ  (
Dari Abu Hurairah t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : "(Boleh menjual) tamar dengan tamar, hinthah dengan hinthah, syair dengan syair, garam dengan garam, sama sebanding, tunai dengan tunai ; Barangsiapa menambah atau minta tambah maka telah berbuat riba kecuali yang berlainan warnanya".


صحيح مسلم - (ج 8 / ص 267/ح 2977)  :  حَدَّ ثَنَا  أَ بُو  الرَّبِيعِ  الْعَتَكِيُّ  حَدَّ ثَنَا  عَبَّادُ  بْنُ  الْعَوَّ امِ  أَخْبَرَ نَا  يَحْيَى  بْنُ  أَبِي  إِسْحَقَ حَدَّ ثَنَا  عَبْدُ  الرَّحْمَنِ  بْنُ   أَبِي  بَكْرَ ةَ  عَنْ  أَبِيهِ  قَالَ )  نَهَى  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  عَنِ  الْفِضَّةِ  بِالْفِضَّةِ وَالذَّهَبِ  بِالذَّهَبِ  إِلاَّ  سَوَ اءً  بِسَوَ اءٍ  وَ أَمَرَ نَا  أَنْ  نَشْتَرِيَ  الْفِضَّةَ  بِالذَّهَبِ  كَيْفَ  شِئْنَا وَ  نَشْتَرِيَ  الذَّهَبَ   بِالْفِضَّةِ كَيْفَ  شِئْنَا (
Dari Abu Bakrah t, dari bapaknya, ia berkata : Rasulullah r melarang (menjual) perak dengan perak, emas dengan emas, kecuali sama, dan nabi menyuruh kami membeli perak dengan emas sesuka kami, dan membeli emas dengan perak sesuka kami (pula).

Illat (Alasan-alasan) Pengharaman Riba [4]  : (1) Emas, (2) Perak, (3) Gandum, (4) Jewawut atau semacam tepung-tepungan, (5) Kurma dan (6) Garam [5].

Enam jenis barang ini, secara khusus disebut oleh hadits karena tergolong kebutuhan pokok yang dibutuhkan manusia, tidak bisa tidak. Emas dan perak , merupakan bahan pokok untuk disiplin standard muamalah dan pertukaran, keduanya sebagai standar harga dalam menentukan harga barang.

Adapun yang lainnya; itu semuanya merupakan bahan pangan terpokok yang menjadi tiang kehidupan (penunjang kehidupan). Jika terjadi riba pada jenis barang-barang ini, menimbulkan kepatalan dan kericuhan dalam muamalah manusia. Karena itulah syariat mencegahnya sebagai rahmat kepada manusia dan untuk melindungi kemaslahatan mereka.

Nampak dengan jelas kepada kita, bahwa alasan (illat) pengharaman emas dan perak karena melihat kedudukannya sebagai harga. Sedangkan untuk jenis-jenis lainnya karena sebagai barang pangan. Jika terdapat alasan (illat) yang sama pada uang yang lain, selain emas dan perak maka kedudukannya sama. Ia tidak boleh dijual kecuali dengan satu lawan satu, dari tangan ke tangan. Semua jenis barang yang kedudukannya sama dengan enam jenis barang ini dikiaskan (disetarakan) kepadanya dan hukumnya sama.

Jika pertukaran sesuai/setara (dengan barang-barang tersebut diatas) dalam jenis dan illat, maka diharamkan tafadhul (melebihkan) dan diharamkan pula menasi'ahkan (menunda pembayaran).

Apabila berlangsung jual beli emas dengan emas atau gandum dengan gandum, ada dua syarat, yang harus dipenuhi agar jual beli hukumnya sah, yaitu :

1.  Persamaan dalam kwantitas tanpa memperhatikan baik dan jelek, berdalil kepada hadits tersebut di atas dan yang diriwayatkan dibawah ini.

صحيح مسلم - (ج 8 / ص 278/ح 2986) :  حَدَّ ثَنَا  سَلَمَةُ  بْنُ  شَبِيبٍ  حَدَّ ثَنَا  الْحَسَنُ  بْنُ  أَعْيَنَ  حَدَّ ثَنَا  مَعْقِلٌ  عَنْ   أَبِي  قَزَعَةَ الْبَاهِلِيِّ  عَنْ  أَبِي  نَضْرَ ةَ  عَنْ  أَبِي  سَعِيدٍ  قَالَ  )  أُتِيَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  بِتَمْرٍ  فَقَالَ  مَا هَذَ ا  التَّمْرُ  مِنْ تَمْرِنَا؟ فَقَالَ  الرَّجُلُ   يَا رَسُولَ  اللَّهِ   بِعْنَا تَمْرَ نَا  صَاعَيْنِ   بِصَاعٍ  مِنْ  هَذَ ا  فَقَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  هَذَ ا  الرِّ بَا  فَرُدُّوهُ   ثُمَّ   بِيعُوا تَمْرَ نَا  وَ اشْتَرُوا  لَنَا مِنْ  هَذَ ا(
Dari Abu Sa'id Al Khudri t, ia berkata, bahwa seseorang telah datang kepada Rasulullah r, dengan membawa sedikit kurma. Rasulullah r mengatakan kepadanya : "ini bukan jenis kurma dari kurma kita ya?". Orang tersebut berkata : "Wahai Rasulullah r, kami jual kurma kami sebanyak dua sha' dengan satu sha". Rasulullah r bersabda : "Yang demikian itu riba. Kembalikanlah, kemudian juallah kurma kita dan setelah itu belilah untuk kita dari jenis ini".

صحيح البخاري - (ج 8 / ص 104/ح 2145)  :  حَدَّ ثَنَا  إِسْحَاقُ  حَدَّ ثَنَا  يَحْيَى  بْنُ  صَالِحٍ  حَدَّ ثَنَا  مُعَاوِيَةُ  هُوَ  ابْنُ  سَلّاَمٍ  عَنْ   يَحْيَى قَالَ  سَمِعْتُ  عُقْبَةَ  بْنَ  عَبْدِ  الْغَافِرِ   أَ نَّهُ  سَمِعَ  أَ بَا  سَعِيدٍ  الْخُدْرِيَّ  رَضِيَ   اللَّهُ  عَنْهُ  قَالَ  ) جَاءَ  بِلاَ لٌ  إِلَى  النَّبِيِّ  صَلَّى اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ   بِتَمْرٍ  بَرْنِيٍّ  فَقَالَ  لَهُ  النَّبِيُّ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ  مِنْ   أَ يْنَ   هَذَ ا   قَالَ  بِلاَ لٌ   كَانَ   عِنْدَ نَا   تَمْرٌ  رَدِيٌّ فَبِعْتُ  مِنْهُ  صَاعَيْنِ   بِصَاعٍ   لِنُطْعِمَ   النَّبِيَّ  صَلَّى   اللَّهُ   عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ   فَقَالَ   النَّبِيُّ   صَلَّى   اللَّهُ   عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ   عِنْدَ   ذَلِكَ أَوَّ هْ  أَوَّ هْ   عَيْنُ  الرِّ بَا  عَيْنُ  الرِّ  بَا   لاَ   تَفْعَلْ  وَ  لَكِنْ   إِذَ ا  أَرَدْتَ   أَنْ   تَشْتَرِيَ   فَبِعِ  التَّمْرَ   بِبَيْعٍ   آخَرَ   ثُمَّ  اشْتَرِهِ (
Dari Abu Sa'id Al Khudri t, ia berkata, bahwa pada suatu ketika Bilal t membawa barni (sejenis kurma berkwalitas baik) ke hadapan Rasulullah r, dan beliau bertanya "Dari mana engkau mendapatkannya?". Bilal t menjawab, "Saya mempunyai sejumlah kurma dari jenis yang rendah mutunya dan menukarkannya dua sha' untuk satu sha' kurma jenis barni untuk diberikan kepada Rasulullah r ". Setelah itu Rasulullah r berkata :"Hatihati, hati-hati!. Ini sesungguhnya riba, ini sesungguhnya riba. Jangan berbuat begini, tetapi jika kamu membeli (kurma yang mutunya lebih tinggi), juallah kurma yang mutunya rendah untuk mendapatkan uang dan kemudian gunakanlah uang tersebut untuk membeli kurma yang bermutu tinggi".

نيل الأوطار - (ج 8 / ص 311) :  ) عَنْ  فَضَالَةَ  بْنِ  عُبَيْدٍ  قَالَ : {  اشْتَرَ يْتُ  قِلاَدَةً   يَوْمَ  خَيْبَرَ   بِاثْنَيْ  عَشَرَ  دِينَارً ا   فِيهَا  ذَهَبٌ وَخَرَزٌ ، فَفَصَّلْـتُهَا  فَوَجَدْتُ  فِيهَا  أَ  كْثَرَ  مِنْ اثْنَيْ  عَشَرَ  دِينَارً ا ،  فَذَكَرْتُ   ذَلِكَ   لِلنَّبِيِّ  صَلَّى  اللَّهُ   عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ  فَقَالَ  : لاَ  يُبَاعُ  حَتَّى  يُفَصَّلَ } .رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَالنَّسَائِيُّ وَأَبُو دَاوُد وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ ، وَ  فِي  لَفْظٍ { أَنَّ  النَّبِيَّ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ   أُتِيَ بِقِلاَدَ ةٍ   فِيهَا  ذَهَبٌ  وَ خَرَزٌ  ابْتَاعَهَا  رَجُلٌ   بِتِسْعَةِ  دَ نَانِيرَ  أَوْ   سَبْعَةِ   دَ نَانِيرَ ،  فَقَالَ  النَّبِيُّ  صَلَّى  اللَّهُ   عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ   لاَ حَتَّى   تُمَيِّزَ   بَيْنَهُ  وَ  بَيْنَهُ ،  فَقَالَ  :   إنَّمَا  أَرَدْتُ   الْحِجَارَ ةَ ،  فَقَالَ  النَّبِيُّ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ   لاَ   حَتَّى  تُمَيِّزَ   بَيْنَهُمَا ، قَالَ  فَرَدَّ هُ  حَتَّى  مَيَّزَ  بَيْنَهُمَا.} رَوَاهُ أَبُو دَاوُد (
Dari Fudhalah bin Ubaid, ia berkata : Aku pernah membeli sebuah kalung dua belas dinar pada hari khaibar, dalam perhiasan tersebut ada emas dan permata, kemudian aku pisahkan, lalu kudapatkan padanya lebih dari dua belas dinar, kemudian yang demikian itu kusampaikan kepada Nabi r, lalu ia bersabda : "Kalung itu tidak boleh dijual sehingga dipisahkan"(HR Muslim, Abu daud, Turmudzi dan beliau menshahihkannya) Dan dalam satu lafadz dikatakan : Pernah dibawa kepada Nabi r sebuah kalung yang terdiri dari emas dan permata, yang dibeli oleh seseorang laki-laki dengan harga sembilan dinar atau tujuh dinar. Lalu Nabi r bersabda : "Tidak boleh, sehingga engkau memisahkan antara emas dengan permatanya". Kemudian laki-laki itu berkata : Aku hanya bermaksud permatanya". Lalu Nabi r bersabda : "Tetapi tidak boleh sehingga engkau pisahkan antara keduanya". Fudhalah berkata : Kemudian laki-laki itu mengembalikannya sehingga ia memisahkan antara emas dengan permatanya.

2.  Tidak boleh menangguhkan salah satu barang, bahkan pertukaran harus dilaksanakan secepat mungkin, berdalil kepada sabda Rasulullah r

اِ ذَ ا   كَا نَ    يَدً ا  بِيَدٍ 
" Jika dari tangan ke tangan "

نيل الأوطار - بَابُ  مَا  يَجْرِي  فِيهِ  الرِّبَا -  (ج 8 / ص 298) و موطأ مالك - (ج 4 / ص 328/ح 1145) و صحيح البخاري - (ج 7 / ص 399/ح 2031) و صحيح مسلم - (ج 8 / ص 252/ح 2964) و سنن النسائي - (ج 14 / ص 129/ح 4494) و مسند أحمد - (ج 23 / ص 115/ح 11070) و السنن الكبرى للنسائي - (ج 4 / ص 30/ح 6162) و تهذيب الآثار للطبري - (ج 3 / ص 70/ح 674)  :   عَنْ  أَبِي  سَعِيدٍ  قَالَ  :  قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  ) لاَ  تَبِيعُوا الذَّهَبَ  بِالذَّهَبِ  إلاَّ  مِثْلاً  بِمِثْلٍ ،  وَ  لاَ  تُشِفُّوا  بَعْضَهَا  عَلَى  بَعْضٍ ،  وَ لاَ  تَبِيعُوا  الْوَرِقَ  بِالْوَرِقِ  إلاَّ  مِثْلاً  بِمِثْلٍ ،  وَ  لاَ   تُشِفُّوا  بَعْضَهَا  عَلَى  بَعْضٍ ،  وَ لاَ  تَبِيعُوا مِنْهُمَا غَائِبًا بِنَاجِزٍ ( .
Dari Abu Sa'id Al Khudfri t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : " Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama, janganlah kamu tambah sebagiannya atau sebagian yang lainnya, janganlah kamu menjual perak dengan perak kecuali sama, janganlah kamu tambah sebagiannya atas sebagian yang lain, dan janganlah kamu menjual emas dan perak yang barangnya belum ada dengan yang sudah ada di tempat".

Jika barang yang dipertukarkan berbeda jenis dan serupa dalam illat, tafadhul (melebihkan) dihalalkan dan nasi'ah (penangguhan) diharamkan.

Apabila emas dibeli dengan perak atau biji gandum dengan gandum, dalam keadaan seperti ini disyaratkan satu syarat, yaitu : kesegaran. Tidak disyaratkan sama seimbang dalam kwantitas, tetapi dibolehkan tafadhul (melebihkan).

Abu Dawud meriwayatkan bahwa Nabi r bersabda [6] :

)وَ  لاَ  بَأْسَ   بِبَيْعِ  الْبُرِّ   بِالشَّعِيرِ  وَ الشَّعِيرُ  أَ  كْثَرُ هُمَا  يَدً ا بِيَدٍ(  
"Tidak mengapa menjual gandum dengan jewawut  dan jewawut takarannya yang lebih banyak daripada gandum, tangan ke tangan (langsung)"

Dan hadits riwayat Ahmad dan Muslim dari Ubadah bin Shamit [7] :

) فَإِذَ ا اخْتَلَفَتْ  هَذِهِ   اْلأَصْنَافُ   فَبِيعُوا   كَيْفَ   شِئْتُمْ   إِذَ ا كَانَ   يَدً ا بِيَدٍ(
"Apabila jenis-jenis berbeda, maka juallah seperti yang kamu sukai jika dari tangan ke tangan (cash atau langsung)"

Jika barang yang ditukarkan berbeda jenis dan illat, maka tidak disyaratkan apa-apa, tafadhul dan nasi'ah dihalalkan.

Jika barang pangan dijual dengan perak, tafadhul dan nasi'ah (melebihkan dan menangguhkan) dihalalkan, tetapi akad harus jelas di awal.

Demikian juga jika menjual/mempertukarkan satu helai baju dengan dua helai baju atau sebuah bejana dengan dua buah bejana. Singkatnya, bahwa semua yang selain emas dan perak (sebagai standar harga dan alat tukar), makanan dan minuman, tidak diharamkan riba (melebihkan), maka boleh satu dengan lainnya dipertukarkan secara tafadhul dan nasi'ah (melebihkan dan menangguhkan), serta boleh berpisah sebelum serah terima [8]. Dengan demikian menjual seekor domba dengan dua ekor domba dibolehkan secar inden maupun kontan, dengan berdalil kepada hadits dibawah ini :

نيل الأوطار - (ج 8 / ص 329) :  ) عَنْ  جَابِرٍ {  أَنَّ  النَّبِيَّ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ   اشْتَرَى  عَبْدً ا   بِعَبْدَ يْنِ }( رَوَاهُ الْخَمْسَةُ وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ وَلِمُسْلِمٍ مَعْنَاهُ
Dari Jabir t, bahwa sesungguhnya Nabi r telah menukar satu hamba sahaya dengan dua hamba sahaya.

 نيل الأوطار - (ج 8 / ص 329)  :  وَ عَنْ  أَ نَسٍ  أَنَّ  النَّبِيَّ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  ) اشْتَرَى  صَفِيَّةَ  بِسَبْعَةِ  أَرْؤُسٍ  مِنْ  دِحْيَةَ الْكَلْبِيِّ  ( رَوَاهُ أَحْمَدُ وَمُسْلِمٌ وَابْنُ مَاجَهْ
Dari Anas t, bahwa Nabi r pernah membeli Shafiyah dari Dihyah al Kalbi dengan tujuh ekor kambing.

نيل الأوطار - (ج 8 / ص 330) :  وَ عَنْ  عَبْدِ  اللَّهِ  بْنِ  عَمْرٍو  قَالَ  : ) أَمَرَ نِي  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ  أَنْ  أَ بْعَثَ جَيْشًا  عَلَى  إ بِلٍ  كَا نَتْ  عِنْدِي  قَالَ  :  فَحَمَلْتُ  النَّاسَ  عَلَيْهَا  حَتَّى   نَفَدَتِ  اْلإِ بِلُ  وَ بَقِيَتْ  بَقِيَّةٌ  مِنَ  النَّاسِ ،  قَالَ  : فَقُلْتُ   يَا رَسُولَ   اللَّهِ  اْلإِبِلُ  قَدْ  نَفِدَتْ  وَ  قَدْ   بَقِيَتْ   بَقِيَّةٌ  مِنَ  النَّاسِ  لاَ   ظَهْرَ  لَهُمْ ، فَقَالَ   لِي : اِبْـتَعْ  عَلَيْنَا إ بِلاً   بِقَلَائِصَ مِنْ  إبِلِ  الصَّدَقَةِ  إلَى  مَحَلِّهَا  حَتَّى   تُنَفِّذَ  هَذَ ا الْبَعْثَ ، قَالَ  :  وَ  كُنْتُ  أَ بْتَاعُ   الْبَعِيرَ   بِقَلُوصَيْنِ  وَ  ثَلَاثِ  قَلَائِصَ   مِنْ   إبِلِ الصَّدَقَةِ  إلَى  مَحَلِّهَا  حَتَّى   نَفَّذْتُ  ذَلِكَ   الْبَعْثَ ،  فَلَمَّا جَاءَتْ   إبِلُ  الصَّدَ قَةِ   أَدَّ اهَا  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَسَلَّمَ ( رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُد وَالدَّارَقُطْنِيّ بِمَعْنَاه
Dari Abdullah bin Amr t, ia berkata : "Aku pernah disuruh Rasulullah r, agar aku mengirim pasukan dengan berkendaraan onta milikku". Abdullah t melanjutkan berkata :"Kemudian orang-orang disuruh menungganginya, sehingga onta itu terpakai semuanya dan beberapa orang tertinggal". Lalu aku (Abdullah t) bertanya :"Ya Rasulullah onta telah terpakai semuanya padahal masih ada orang yang tertinggal tanpa kendaraan!". Kemudian Rasulullah r bersabda kepadaku : "Tukarkanlah seekor onta dengan beberapa ekor unta muda dari sedekah, lalu aku  antarkan ke tempatnya, sehingga selesai tugas ini". Abdullah t melanjutkan kisahnya : "Lalu aku mermbeli (menukar) onta dengan dua ekor unta muda diambil dan tiga ekor unta muda dikirim sampai tempat tujuan, sehingga tugas ini selesai. Kemudian setelah unta muda sedekah diserahkan, maka Rasulullah r menyerahkan unta muda untuk ditunggangi".

نيل الأوطار - (ج 8 / ص 330) :  وَ عَنْ  عَلِيِّ  بْنِ  أَبِي  طَالِبٍ  رَضِيَ  اللَّهُ  عَنْهُ  ) أَ نَّهُ   بَاعَ   جَمَلاً   يُدْعَى  عُصَيْفِيرً ا   بِعِشْرِينَ  بَعِيرًا إلَى  أَجَلٍ ( رَوَاهُ مَالِكٌ فِي الْمُوَطَّأِ وَالشَّافِعِيُّ فِي مُسْنَدِهِ
Dari Ali bin Abi Thalib t, bahwa ia pernah menukar seekor unta yang dipanggil Usaifir dengan dua puluh ekor unta secara bertempo.

فقه السنة - (ج 3 / ص 140,141) : بيع  الحيوان  بلحم :  قال  جمهور  الائمة :  لا  يجوز  بيع  حيوان   يؤكل  بلحم  من  جنسه ،  فلا   يجوز  بيع  بقرة  مذبوحة   ببقرة  حيه   يقصد  منها  الاكل،  لما رواه   سعيد  بن  المسيب  أن  رسول  الله، صلى  الله  عليه  و سلم،  نهى  عن  بيع الحيوان  با للحم.رواه  مالك  في  المطإ  عن  سعيد مرسلا  و له  شواهد.قال  الشوكاني :  و  لا  يخفى  أن  الحديث  ينتهض  للاحتجاج بمجموع   طرقه،  وروى   البيهقي  عن  أهل  المدينة  أن  النبي، صلى  الله  عليه  و سلم،  نهى  أن  يباح  حي   بميت،  ثم  قال،  أي  البيهقي : و هذا  مرسل  يؤكد  مرسل  ابن  المسيب.

Menjual hewan dengan daging [9]
Jumhur ulama berpendapat : Binatang yang dapat dimakan tidak boleh diperjual belikan dengan dagingnya. Maka tidak boleh menjual sapi yang sudah dipotong dengan sapi yang masih hidup yang dimaksudkan untuk dimakan, dengan dalil hadits berikut :
نيل الأوطار - (ج 8 / ص 328) :  وَ عَنْ  سَعِيدِ  بْنِ  الْمُسَيِّبِ  أَنَّ  النَّبِيَّ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  ) نَهَى عَنْ  بَيْعِ  اللَّحْمِ   بِالْحَيَوَ  انِ ( رَوَاهُ مَالِكٌ فِي الْمُوَطَّأِ
Dari Sa'id bin Musayyab t, bahwa sesungguhnya Nabi r melarang tukar menukar daging dengan binatang

فقه السنة - (ج 3 / ص 141) :  بيع  الرطب  با ليابس :  و لا  يجوز  بيع  الرطب  بما  كان  يابسا  إلا  لاهل  العرايا، و هم  الفقراء  الذين  لا  نخل لهم،  فلهم  أن  يشتروه   من  أهل   النخل   رطبا   يأكلونه   في   شجره   بخرصه   ثمرا. روى  مالك  و  أبو داود  عن  سعد  بن  أبي  وقاص أن  النبي،  صلى  الله  عليه  و  سلم،  سئل  عن   بيع   الرطب  بالتمر،  فقال  :  أينقص   الرطب   إذا  يبس؟  قالوا  : نعم.  فنهى  عن ذلك. روى البخاري  و مسلم  عن  ابن  عمر،  قال  :  نهى  رسول  الله  صلى  الله  عليه  و  سلم  عن   المزابنة. أي   يبيع   الرجل  ثمر حائطه  (بستانه)  إن  كان   نخلا   بتمر   كيلا.و  إن  كان  كرما  أن   يبيعه   بزبيب  كيلا. و  إن   كان   زرعا  أن   يبيع   بكيل  طعام.نهى عن  ذلك  كله. وروى   البخاري  عن  زيد بن  ثابت  :  أن النبي، صلى  الله  عليه  و  سلم،  رخص  في   بيع   العرايا  أن   تباع   بخرصها كيلا.

Jual beli buah basah dengan yang kering [10].
Jual beli buah basah dengan yang kering tidak diperbolehkan kecuali untuk penduduk 'araya yaitu mereka yang miskin yang tidak memiliki pohon kurma. Mereka ini harus membeli kurma basah dari penduduk yang memiliki kurma basah untuk dimakan di pohon kurma tersebut yang masih di tangkainya ditukar dengan kurma kering.

نيل الأوطار - (ج 8 / ص 317)  :  عَنْ   سَعْدِ  بْنِ  أَبِي  وَ  قَّا صٍ  قَالَ : ) سَمِعْتُ  النَّبِيَّ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ   يُسْأَلُ  عَنْ اشْتِرَاءِ   التَّمْرِ  بِالرُّطَبِ  فَقَالَ   لِمَنْ  حَوْلَهُ  :  أَيَنْقُصُ  الرُّطَبُ  إذَ ا   يَبِسَ ؟  قَالُوا :  نَعَمْ   فَنَهَى  عَنْ   ذَلِكَ ( رَوَاهُ الْخَمْسَةُ وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيّ
Dari Sa'ad bin Abi Waqash t, ia berkata : Aku pernah mendengar Nabi r bertanya tentang pembelian tamar kering dengan tamar basah, yaitu ia bertanya kepada orang disekitarnya, "Apakah kurma basah itu menyusut apabila telah kering?", mereka menjawab : "betul". Kemudian beliau r melarang jual beli  yang demikian itu.

نيل الأوطار - (ج 8 / ص 317) :  عَنْ  ابْنِ  عُمَرَ  قَالَ  ) نَهَى رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  عَنْ  الْمُزَ ابَنَةِ  أَنْ  يَبِيعَ  الرَّجُلُ  ثَمَرَ حَائِطِهِ  إنْ   كَانَ   نَخْلاً  بِتَمْرٍ كَيْلاً ، وَ  إِنْ   كَانَ   كَرْ مًا  أَنْ   يَبِيعَهُ   بِزَبِيبٍ  كَيْلاً   وَ  إِنْ   كَانَ   زَرْعًا   أَنْ   يَبِيعَهُ  بِكَيْلِ  طَعَامٍ ، نَهَى  عَنْ  ذَلِكَ  كُلِّهِ ( مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ ,  وَ  لِمُسْلِمٍ  فِي رِوَ ا يَةٍ : ) وَ  عَنْ   كُلِّ   ثَمَرٍ  بِخَرْ صِهِ (
Dari Ibnu Umar t, ia berkata, Rasulullah r melarang muzabanah, yaitu seseorang menjual buah-buahan dari kebunnya, misalnya pohon kurma dijual dengan tamar secara takaran, pohon anggur dijual dengan kismis secara takaran, dan tanaman dijual dengan makanan secara takaran. Nabi r melarang yang demikian itu semuanya. Muttafaq alaihi, Dan Muslim menambahkan : Dan melarang menjual setiap buah-buahan (yang masih dipohon) dengan takaran.

فقه السنة - (ج 3 / ص 142)   :  بيع العينة  :   بيع   العينة   نهى  عنه   الرسول  صلى  الله  عليه  و سلم  لا نه  ربا  و  إن   كان  في   صورة   بيع  و  شراء.ذلك  أن   الانسان  المحتاج  إلى  النقود  يشتري  سلعة  بثمن  معين  إلى  أجل،  ثم  يبيعها  ممن  اشتراها  منه   بثمن  حال  أقل  فيكون الفرق  هو  فائدة   المبلغ  الذي  أخذه  عاجلا.و  هذا  البيع  حرام  و يقع  باطلا
Jual beli 'Ayyinah [11]
Jual beli ini dilarang oleh Rasulullah r karena termasuk riba, sekalipun berbentuk jual beli. Karena orang yang membutuhkan membeli suatu barang dengan harga tertentu dengan waktu pembayaran tertentu. Kemudian barang itu ia jual kembali kepada orang yang tadi menjual dengan pembayaran langsung yang lebih kecil. Dengan demikian perbedaanya hanyalah keuntungan berupa uang yang dapat ia peroleh dengan cepat.


نيل الأوطار - (ج 8 / ص 336) :  عَنْ  ابْنِ  عُمَرَ  أَنَّ  النَّبِيَّ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  قَالَ  )  إذَ ا ضَنَّ  النَّاسُ   بِالدِّينَارِ  وَ  الدِّرْهَمِ ، وَ  تَبَايَعُوا  بِالْعِينَةِ ، وَ ا  تَّبَعُوا  أَذْ نَابَ  الْبَقَرِ ، وَ  تَرَكُوا  الْجِهَادَ   فِي  سَبِيلِ  اللَّهِ   أَ نْزَ لَ   اللَّهُ   بِهِمْ  بَلاَ ءً ،  فَلاَ    يَرْ فَعُهُ  حَتَّى   يُرَ اجِعُوا  دِ ينَهُمْ ( رَوَاهُ أَحْمَدُ,  وَ أَ بُو دَاوُد  وَلَفْظُهُ : ) إذَ ا  تَبَا يَعْتُمْ  بِالْعِينَةِ ،  وَ أَخَذْ تُمْ  أَذْ نَابَ  الْبَقَرِ ، وَ  رَضِيتُمْ   بِالزَّرْعِ ، وَ تَرَكْتُمُ  الْجِهَادَ  سَلَّطَ  اللَّهُ  عَلَيْكُمْ  ذُ لاًّ  لاَ   يَنْزِعُهُ  حَتَّى   تَرْجِعُوا  إلَى  دِينِكُمْ ( الْحَدِيثُ  أَخْرَجَهُ  أَ يْضًا  الطَّبَرَ انِيُّ  وَ ابْنُ  الْقَطَّانِ  وَ صَحَّحَه
Dari Ibnu Umar t, bahwa sesungguhnya Nabi r bersabda : "Apabila manusia kikir dengan dinar dan dirham, berjual beli dengan cara 'ayinah[12], mengikuti ekor-ekor sapi (ikut-ikutan tatanan/sistem mereka), dan meninggalkan jihad fi sabilillah, maka Allah I akan menurunkan bala' (berbagai bencana) kepada mereka, kemudian tidak ada yang dapat menghilangkannya sampai mereka kembali kepada agama mereka" (HR Ahmad) dan Abu Dawud menambahkan lafadz :"Apabila kamu berjual beli secara 'ayinah dan memegangi ekor-ekor sapi (ikut-ikutan tatanan/sistem mereka) dan puas dengan tanaman (pertanian atau perkebunan)  serta meninggalkan jihad, maka Allah I akan menguasakan atas kamu orang-orang yang hina, sehingga kamu kembali kepada agamamu".

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa 'Aisyah t, isteri Nabi r pernah bertutur :

) قالت  لها  أم  محبة   أم  ولد  لزيد بن  أرقم - :  يا  أم  المؤ منين،  أتعرفين  زيد  بن  أرقم؟  قالت :  نعم.  قالت :  فإني  بعته  عبدًا  إلى  العطاء  بثما نمائة ،  فاحتاج   إلى  ثمنه،  فاشتر يته  قبل  محل  الأجل  بستمائة.  فقالت :  بئس  ما  شريت!  و  بئس  ما اشتريت!  أبلغي زيدً ا  أنه  قد أبطل  جهاده   مع  رسول  الله  صلى  الله  عليه  و سلم  إن   لم   يتب   قالت :  فقلت :  أرأيت   إن   تركت   المائتين  و أخذت  الستمائة؟  قالت  : نعم،  { فَمَنْ  جَاءَ هُ   مَوْعِظَةٌ  مِنْ  رَ بِّهِ  فَا نْتَهَى  فَلَهُ  مَا  سَلَفَ }(
"Ia pernah ditanya oleh Ummu Bahnah, yaitu Ummu Walad[13] Zaid bin Arqam, 'Wahai Ummul Mukminin, apakah engkau kenal Zaid bin Arqam?.'Ya, aku mengenalnya' jawab 'Aisyah t. Ummu Bahnah mengatakan : 'Sesungguhnya aku telah menjual kepadanya seorang budak dengan cara bertempo seharga 800 dirham. Lalu dia memerlukan uang, maka aku membeli kembali (budak itu dengan tunai) sebelum sampai waktu pembayaran (sebelum jatuh tempo) dengan harga 600 dirham (tunai)'. 'Aisyah t berkata :'Alangkah buruknya penjualanmu, alangkah buruknya pembelianmu itu. Sampaikanlah kepada Zaid bahwa ia benar-benar telah menghapuskan pahala jihadnya bersama Rasulullah r, jika tidak segera bertaubat'. Ummu Bahnah melanjutkan pertanyaan : 'Bagaimana menurutmu, jika aku meninggalkan 200 dirham dan mengambil yang 600 dirham (sebagai pembayaran hutang)?. Aisyah t  menjawab :'Ya, boleh'. (فَمَنْ   جَاءَ هُ   مَوْعِظَةٌ   مِنْ   رَ بِّهِ   فَا نْتَهَى   فَلَهُ   مَا  سَلَفَ ) "Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah".


[1]  Ahmad Mushthafa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al Maraghi, hal 98 jilid 3, cetakan pertama, CV  Toha Putra Semarang, 1986
[2]  Ummu wallad adalah wanita yang melahirkan anak majikannya
[3]  Barang ribawi tersebut disetarakan untuk emas dan perak sebagai alat tukar ; dan untuk gandum, kurma sebagai bahan pangan pokok dasar, jewawut atau tepung sebagai bahan hasil produksi olahan dari bahan dasar , garam sebagai perwakilan untuk semua bumbu-bumbuan ; jadi kesimpulan riba bisa bergerak di semua bidang kegiatan perekonomian. Hal ini diibaratkan seperti Allah I memfirmankan pengharaman daging babi, maka yang haram dimakan bukan dagingnya saja tetapi seluruh komponen yang ada di dalam babi, seperti tulangnya, kulitnya, lemaknya dll.
[4]  Fiqih Sunnah (Terjemahan Indonesia), Syekh Sayyid Sabiq, Jilid 12, Bab Riba, halaman 123, Pustaka & Al ma'arif, cetakan ke 2, Bandung,1988
[5] Barang ribawi tersebut disetarakan untuk emas dan perak sebagai standar harga dan alat tukar ;  untuk gandum, kurma sebagai bahan pangan pokok dasar, jewawut atau tepung sebagai bahan hasil produksi olahan dari bahan dasar , garam sebagai perwakilan untuk semua bumbu-bumbuan ; jadi kesimpulan riba bisa bergerak di semua bidang kegiatan perekonomian. Hal ini diibaratkan seperti Allah I memfirmankan pengharaman daging babi, maka yang haram dimakan bukan dagingnya saja tetapi seluruh komponen yang ada di dalam babi, seperti tulangnya, kulitnya, lemaknya dll.
[6]  سنن أبي داود - (ج 9 / ص 184/ح 2907)
[7]  صحيح مسلم - (ج 8 / ص 259/ح 2970) و مسند أحمد - (ج 46 / ص 214/ح 21668)
[8]  Fiqih Sunnah (Terjemahan Indonesia), Syekh Sayyid Sabiq, Jilid 12, Bab Riba, halaman 126, Pustaka & Al ma'arif, cetakan ke 2, Bandung,1988
[9] Fiqih Sunnah (Terjemahan Indonesia), Syekh Sayyid Sabiq, Jilid 12, Bab Riba, halaman 126, Pustaka & Al ma'arif, cetakan ke 2, Bandung,1988
[10]  Fiqih Sunnah (Terjemahan Indonesia), Syekh Sayyid Sabiq, Jilid 12, Bab Riba, halaman 127, Pustaka & Al ma'arif, cetakan ke 2, Bandung,1988
[11]  Fiqih Sunnah (Terjemahan Indonesia), Syekh Sayyid Sabiq, Jilid 12, Bab Riba, halaman 127, Pustaka & Al ma'arif,    cetakan ke 2, Bandung,1988
[12]  Terkadang sebutan jual-beli 'ayinah juga diterjemahkan dengan jual beli 'inah, kedua pengertian istilah itu sama
[13]  Ummu wallad adalah wanita yang melahirkan anak majikannya