Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Selasa, 15 Februari 2011

H I B A H



A. Definisi

فقه السنة - (ج 3 / ص 534) : تعريفها : جاء في القرآن الكريم قول الله عز و جل : " قال : رب هب لي من لدنك ذرية طيبة إنك سميع الدعاء ". و هي مأخوذ ة من هبوب الريح أي مرورها. و تطلق الهبة و يراد بها التبرع و التفضل على الغير سواء أ كان بمال أم بغيره.

Definisinya : di dalam Al Qur'an terdapat firman Allah I yang berbunyi :

قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُ نْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِ نَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء [آل عمران/38]

Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do`a". (QS Ali Imraan (3) : 38)

Kata itu diambil dari kata-kata " هبوب الريح " artinya " مرورها" (perjalanan angin), kemudian dipakailah kata hibah dengan maksud memberikan kepada orang lain, baik berupa harta ataupun bukan.

و الهبة في الشرع : عقد موضوعه تمليك الانسان ماله لغيره في الحياة بلا عوض، فإذا أباح الانسان ماله لغيره لينتفع به و لم يملكه إياه كان إعارة. و كذلك إذا أهدى ما ليس بمال كخمرأ و ميتة فإنه لا يكون مهد يا و لا يكون هذا العطاء هدية، و إذا لم يكن التمليك في الحياة بل كان مضافا إلى ما بعد الوفاة كان ذلك وصية. و إذا كانت بعوض كانت بيعا و يجري فيها حكم البيع، أي أنها تملك بمجرد تمام العقد و لا تنفذ فيها تصرفات الواهب إلا بإجازة الموهوب له. و يثبت فيها الخيار و الشفعة. و يشترط أن يكون العوض معلوما فإذا لم يكن العوض معلوما بطلت الهبة. و الهبة المطلقة لا تقتضي عوضا سواء أكانت لمثله أو دونه أو أعلى منه.هذا هو معنى الهبة بالمعنى الاخص.

Di dalam syara', hibah berarti akad yang pokok persoalannya adalah pemberian harta milik seseorang kepada orang lain di waktu dia hidup, tanpa adanya imbalan. Apabila seseorang memberikan hartanya kepada orang lain untuk dimanfaatkan tetapi tidak diberikan kepadanya hak pemilikan, maka hal itu disebut إعارة (pinjaman).

Demikian pula apabila seseorang memberikan apa yang bukan hartanya, seperti khamar atau bangkai, hal seperti ini tidak layak untuk dijadikan sebagai hadiah; dan pemberian ini bukanlah hadiah. Apabila hak kepemilikan itu belum terselenggara di waktu pemberinya hidup, akan tetapi diberikan sesudah dia mati, maka itu adalah wasiat.

Apabila pemberian itu disertai dengan imbalan, maka itu adalah penjualan, dan berlaku syarat jual beli. Yakni bahwa hibah itu di miliki semata-mata hanya setelah terjadinya akad, sesudah itu tidak dilaksanakan tasharruf penghibah kecuali atas ijin dari orang yang diberi hibah. Didalam hibah bisa terjadi khiyar dan syuf'ah. Dan disaratkan agar imbalan itu diketahui bila tidak, maka hibah itu batal.

Hibah Mutlak tidak menghendaki imbalan, baik yang semisal, atau yang lebih rendah, atau yang lebih tinggi darinya. Inilah hibah yang maknanya khusus.

فقه السنة - (ج 3 / ص 535) : أما معناها با لمعنى الاعم فيشمل ما يأتي : (1 )- الابر ا ء : و هو هبة الدين ممن هو عليه. (2 )- الصد قة : و هي هبة ما يراد به ثواب الآخرة. ( 3 )- الهدية : و هي ما يلزم الموهوب له أن يعوضه.

Adapun hibah dengan makna yang bumum, meliputi hal-hal dibawah ini :

1. Ibraa : yaitu menghibahkan hutang kepada orang yang berhutang.

2. Sedekah yaitu yang menghibahkan sesuatu dengan pahala di akhirat

3. Hadiah : yaitu yang menuntut orang yang diberi hibah untuk memberi imbalan



B. Dalil-dalilnya

Allah I telah mensyariatkan hibah, karena hibah itu menjinakkan hati dan meneguhkan kecintaan diantara manusia.

فقه السنة - (ج 3 / ص 535) - أخرجه البخاري في الادب المفرد : و عن أبي هر يرة ، رضي الله عنه ، يقول الرسول صلى الله عليه و سلم : " تـَهَادُوا تحَـَابـُـوا "

Dari Abu Hurairah t, bahwa Rasulullah r bersabda : "Saling memberi hadiahlah, maka kamu akan saling mencintai".

مسند أحمد - (ج 36 / ص 364/ح 17257) : حَدَّ ثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ حَدَّ ثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَ يُّوبَ وَ حَيْوَ ةُ حَدَّ ثَنِي أَ بُو اْلأَسْوَدِ عَنْ بُكَيْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ عَدِيٍّ الْجُهَنِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُولُ } مَنْ بَلَغَهُ مَعْرُوفٌ عَنْ أَخِيهِ مِنْ غَيْرِ مَسْأَ لَةٍ وَ لاَ إِشْرَ افِ نَفْسٍ فَلْيَقْبَلْهُ وَ لاَ يَرُدَّ هُ فَإِ نَّمَا هُوَ رِزْقٌ سَاقَهُ اللَّهُ عَزَّ وَ جَلَّ إِلَيْهِ {

Dari Khalid bin Adi t, bahwa Nabi r bersabda : "Barang siapa mendapatkan kebaikan dari saudaranya yang tidak mengharap-harap dan meminta-minta, maka hendaklah dia menerimanya dan tidak menolaknya, karena ia adalah rezeki yang diberikan Allah U kepadanya".

فقه السنة - (ج 3 / ص 536) : و قد حض الرسول صلى الله عليه و سلم على قبول الهدية و لو كانت شيئا حقيرا، و من ثم رأى العلماء كراهية ردها حيث لا يوجد مانع شرعي.

Rasulullah telah menganjurkan untuk menerima hadiah sekalipun hadiah itu sesuatu yang kurang berharga. Oleh karenanya para ulama berpendapat makruh hukumnya menolak hadiah apabila tidak ada halangan yang bersifat syara'.

مسند أحمد - (ج 19 / ص 164/ح 9121) و سنن الترمذي - (ج 5 / ص 178/ح 1258) : حَدَّ ثَنَا أَ بُو مُعَاوِيَةَ وَ وَ كِيعٌ قَالاَ حَدَّ ثَنَا اْلأَ عْمَشُ عَنْ أَبِي حَازِ مٍ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُو لُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ } لَوْ أُهْدِيَتْ لِي ذِرَ اعٌ لَقَبِلْتُ وَ لَوْ دُعِيتُ إِلَى كُرَ اعٍ َلأَجَبْتُ {

Dari Abu Hurairah t, dia berkata, Rasulullah r bersabda : "Seandainya aku diberi hadiah sepotong kaki binatang, tentu aku akan menerimanya. Dan seandainya aku di undang untuk makan sepotong kaki, tentu aku akan mengabulkan undangan tersebut".

حَدِيثُ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ يَقُولُ } يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَـحْقِرَ نَّ جَارَ ةٌ لِـجَارَ تِـهَا وَ لَـو ْ فِرْسِنَ شَاةٍ {

Diriwayatkan dari Abu Hurairah t katanya : Rasulullah r pernah bersabda : Wahai wanita-wanita Islam! Janganlah seorang tetangga merasa terhina untuk memberi sesuatu kepada tetangganya, walaupun berupa kaki kambing. (HR Bukhori, Muslim,Turmudzi, Ahmad Ibnu Hambal)

سنن الترمذي - (ج 8 / ص 10/ح 2057) : حَدَّ ثَنَا أَزْهَرُ بْنُ مَرْوَ انَ الْبَصْرِيُّ حَدَّ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَوَ اءٍ حَدَّ ثَنَا أَ بُو مَعْشَرٍ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَال َ } تَهَادَوْا فَإِنَّ الْهَدِيَّةَ تُذْهِبُ وَ حَرَ الصَّدْرِ وَ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَ ةٌ لِجَارَ تِهَا وَ لَوْ شِقَّ فِرْسِنِ شَاةٍ {

Dari Abu Hurairah, bersabda Nabi : "Saling memberi hadiahlah kamu, karena hadiah itu menghilangkan kebencian hati, dan janganlah seorang tetangga perempuan meremehkan hadiah dari tetangganya sekalipun hadiah itu sepotong kaki kambing".

فقه السنة - (ج 3 / ص 536) : عن عائشة قالت : قلت } يَا رَ سُو لَ اللهِ اِنَّ لِي جَارَ يْنِ فَاِ لَي أَ يّـِهِمَا أُهْدِي قَالَ اِلَي أَ قْرَ بِـهِمَا مِنْكِ بَا بًا {

“Ya Rasulullah, saya mempunyai 2 orang tetangga, lantas mana yang harus aku beri terlebih dahulu” Rasulullah menjawab, “Berikanlah kepada tetangga yang paling dekat (pintunya) dengan rumahmu”.(H.R Bukhori)

فقه السنة - (ج 3 / ص 537) : و قد قبل رسو ل الله صلى اللهعليه و سلم هدية الكفار.فقبل هدية كسري. و هدية قيصر. و هدية المقو قس. كما أهدى هو الكفار الهدايا و الهبات.

Bahkan rasulullah menerima hadiah dari orang-orang kafir, Beliau menerima hadiah dari Kisra, hadiah dari Kaisar, dan hadiah dari Mukaukis. Demikian pula beliau memberikan hadiah dan hibah kepada orang-orang kafir.

فقه السنة - (ج 3 / ص 537) : أما ما رواه أحمد و أبو داود و الترمذي أن عياضا أهدى إلى النبي صلى الله عليه و سلم هدية فقال له النبي صلى الله عليه وسلم : أسلمت؟ قال : لا. قال : " اني نهيت عن زبد المشركين ". فقد قال فيه الخطابي : " يشبه أن يكون هذا الحديث منسوخا لانه صلى الله عليه وسلم قد قبل هدية غير و احد من المشركين ". قال الشوكاني : " وقد أورد البخاري في صحيحه حديثا استنبط منه جواز قبول هدية الوثني، ذكره في باب قبول الهدية من المشركين من كتاب الهبة والهدية. قال الحافظ في الفتح: " وفيه فساد من حمل رد الهدية على الوثني دون الكتابي وذلك لان الواهب المذكور في ذلك الحديث وثني "

Adapun mengenai apa yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, dan At-Turmudzi, bahwa 'Iyadh memberikan hadiah kepada Nabi, lalu Nabi berkata kepadanya : "Apakah engkau Islam?". Dia menjawab : "Tidak". Maka kata Beliau : "Sesungguhnya aku dilarang menerima pemberian dari orang-orang musyrik". Disanggah Al Khaththabi : "Tampaknya hadits tersebut di mansukh (dihapus), sebab Nabi menerima bukan hanya satu hadiah dari orang-orang musyrik.

Asy-Syaukani berkata : Al Bukhari telah memuat di dalam kitab shahihnya suatu hadits yang dapat disimpulkan diperbolehkannya menerima hadiah dari penyembah berhala. Dia menyebutkan hadits itu di dalam bab "Diterimanya hadiah dari orang-orang musyrik" dari kitab "Al Hibah wal Hadiyah".

Al Hafizh di dalam Fathul Bari berkata : Di dalam bab ini, batallah pendapat orang yang mengatakan bahwa hadiah dari penyembah berhala itu ditolak, sedangkan dari ahli kitab tidak; hanya karena orang yang memberikan hadiah di dalam hadits itu orang yang penyembah berhala.

1 komentar: