Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Kamis, 03 Februari 2011

Berbakti Kepada Orang Tua Yang Sudah Meninggal



حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَهْدِيٍّ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ الْمَعْنَى قَالُوا حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ أَسِيدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ عُبَيْدٍ مَوْلَى بَنِي سَاعِدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيعَةَ السَّاعِدِيِّ قَالَ ) بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا (

(HR. ABUDAUD - 4476) : Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mahdi dan Utsman bin Abu Syaibah dan Muhammad Ibnul 'Ala` secara makna, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari 'Abdurrahman bin Sulaiman dari Asid bin Ali bin Ubaid -mantan budak (yang telah dimerdekakan oleh) bani Sa'idah- dari Bapaknya dari Abu Usaid Malik bin Rabi'ah As Sa'idi ia berkata, "Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba ada seorang laki-laki dari bani Salamah datang kepada beliau. Laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah masih ada ruang untuk aku berbuat baik kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal?" beliau menjawab: "Ya!. (1)Mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya, (2)melaksanakan wasiatnya, (3) menyambung jalinan silaturahmi keluarga mereka dan (4) memuliakan teman mereka."(Hadits yang serupa diriwayatkan oleh HR. Ahmad No hadits 15479 dan HR Ibnu Majah No hadits 3654).

1. Mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya (الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا)

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَ يُّوبَ وَ قُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَ ابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلاَءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ )إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَ ثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ(

(HR. MUSLIM - 3084) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah -yaitu Ibnu Sa'id- dan Ibnu Hujr mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il -yaitu Ibnu Ja'far- dari Al 'Ala' dari Ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya."

وَ إِ ذَا سَأَ لَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَإِ نِّيْ قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُواْ لِيْ وَ لْيُؤْ مِنُواْ بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi ( segala perintah-Ku( dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. ( Q.S. Al Baqarah (2) : 186 )

ٱ ُدْعُواْ رَ بَّكُمْ تَضَرُّعاً وَ خُفْيَةً إِ نَّهُ لاَ يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِيْنَ

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Q.S. Al A’raaf (7) : 55)

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْه ِوَسَلَّمَ قَالَ) مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُوْ بِدَعْوَ ةٍ لَيْسَ فِيْهَا إِثْمٌ و َلا قَطِيْعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثََلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَ تُهُ وَ إِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي اْلآخِرَةِ وَ إِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلَها قَالُوْا إِذًا نُكْـثِرُ قَالَ اللَّهُ أَ كْـثَرُ ( [1]

Dari Abi Sa’id ia menerangkan bahwa Nabi r bersabda, “Tidaklah tertolak doa seorang muslim yang berdoa kepada Allah dengan doa yang bersih dari dosa dan tidak memutuskan shilaturahmi kecuali Allah memberikan kepadanya salah satu dari tiga hal : (1)Dipercepat hasil doanya, (2) Ditangguhkan doanya untuk di akhirat atau (3) Dipelihara (dirinya) dari keburukan”. Mereka berkata : ‘Kalau begitu kita perbanyak saja doanya’. Beliau r bersabda : Allah (membalas) lebih banyak lagi”.

2. Melaksanakan wasiatnya (إِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا)

Hendaknya seseorang menunaikan wasiat kedua orang tuanya dan melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka. Apabila kita pernah mendengar orang tua kita mempunyai janji atau niat untuk melakukan suatu kebajikan, namun belum terlaksana karena maut keburu menjemputnya, kita sebagai anaknya dianjurkan untuk merealisasikan niat baiknya itu. Misalnya, mereka pernah berniat mendirikan panti asuhan, sebelum niat baik ini terwujud, Allah I. memanggilnya, sebagai wujud bakti anak terhadap orang tua adalah merealisasikan niat baiknya tersebut.

3. Menyambung jalinan silaturahmi keluarga mereka (صِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا)

Hendaknya seseorang menyambung tali silaturahim dengan semua kerabat yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibunya, seperti paman dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak-anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambungkan tali silaturahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan sabda beliau r:

صحيح ابن حبان : ) مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَصِلَ أَ بَاهُ فِي قَبْرِهِ،فَلْيَصِلْ إِخْوَانَ أَبِيْهِ بَعْدَهُ (

Dari Abdullah bin Umar t, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah r bersabda : "Barang siapa yang ingin menjalin hubungan dengan ayahnya yang berada dalam kuburnya, maka hendaklah ia menjalin hubungan baik dengan saudara-saudara ayahnya dan ibunya sepeninggalnya". (HR. Ibnu Hibban no. 433 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami' no.5960)

مسند أحمد - (ج 27 / ص 35613309) : عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَ لْيَصِلْ رَحِمَهُ (

Dari Anas bin Malik t, ia berkata, Rasulullah r bersabda : "Barang siapa yang ingin umurnya dipanjangkan dan rezekinya ditambah, maka hendaklah ia berbakti kepada kedua orangtuanya, dan hubungkanlah kekerabatannya (Silaturahiim)".

4. Memuliakan teman mereka (وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا )

Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik pada orang tua, sebagaimana yang telah disebutkan.

حَدَّثَنَا أَبُو نُوحٍ أَخْبَرَنَا لَيْثٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُسَامَةَ بْنِ الْهَادِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ أَعْرَابِيًّا مَرَّ عَلَيْهِ وَهُمْ فِي طَرِيقِ الْحَجِّ فَقَالَ لَهُ ابْنُ عُمَرَ أَلَسْتَ فُلَانَ بْنَ فُلَانٍ قَالَ بَلَى قَالَ فَانْطَلَقَ إِلَى حِمَارٍ كَانَ يَسْتَرِيحُ عَلَيْهِ إِذَا مَلَّ رَاحِلَتَهُ وَعِمَامَةٍ كَانَ يَشُدُّ بِهَا رَأْسَهُ فَدَفَعَهَا إِلَى الْأَعْرَابِيِّ فَلَمَّا انْطَلَقَ قَالَ لَهُ بَعْضُنَا انْطَلَقْتَ إِلَى حِمَارِكَ الَّذِي كُنْتَ تَسْتَرِيحُ عَلَيْهِ وَعِمَامَتِكَ الَّتِي كُنْتَ تَشُدُّ بِهَا رَأْسَكَ فَأَعْطَيْتَهُمَا هَذَا الْأَعْرَابِيَّ وَإِنَّمَا كَانَ هَذَا يَرْضَى بِدِرْهَمٍ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْمَرْءِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ بَعْدَ أَنْ يُوَلِّيَ

(HR. AHMAD - 5395) : Telah menceritakan kepada kami Abu Nuh telah mengabarkan kepada kami Laits dari Yazid bin Abdillah bin Usamah bin Hadi dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar, seorang Arab badui melewatinya saat mereka dalam perjalanan haji. Ibnu Umar bertanya, "Bukankah kamu Fulan bin Fulan?" Dia berkata, "Benar." Dia (Abdullah bin Dinar) berkata: Ibnu Umar bergegas menuju Keledai yang dia gunakan untuk beristirahat jika kelelahan dalam perjalanan, dan ia ambil sorban yang digunakan sebagai penutup kepalanya. Lalu keduanya ia berikan kepada orang baduwi tersebut. Setelah orang baduwi itu pergi, sebagian kami bertanya, "Kamu bergegas dengan penuh rasa senang menuju Keledaimu yang kamu gunakan untuk beristirahat dan juga sorbanmu yang kamu gunakan untuk menutup kepalamu, kemudian kamu berikan keduanya kepada seorang Arab badui ini. Padahal si badui ini sebenarnya sudah senang meskipun hanya diberi satu dirham." Ibnu Umar berkata, "Saya mendengar Rasulullah r bersabda: 'Kebaktian (kepada orang tua) yang paling baik adalah seseorang meneruskan hubungan baik kepada orang-orang yang dicintai ayahnya (ibunya) setelah dia meninggal.'"


Ma’roji (Daftar Pustaka):

1. Shahiih Muslim (IV/1974) dan halaman setelahnya,

2. Fathul Baari (X/414) dan halaman setelahnya,

3. al-Ihsan bi Tattiibi Shahiih,

4. Ibni Hibban (I/315) dan halaman setelahnya,

5. al-Aadaab karya al-Baihaqi (hlm.5) dan halaman setelahnya,

6. al-Aadaab asy-Syar'iyyah karya Ibnu Muflih (I/433) dan halaman setelahnya,

7. Ihyaa' Uluumuddin karya al-Ghazali (II/216) dan halaman setelahnya,

8. Birrul Waalidain karya ath-Thurthusi,

9. Dikutip langsung dari Ensiklopedi Adab Islam Menurut AL-Qur'an dan As-Sunnah, Jilid I, karya Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i, cetakan pertama Agustus 2007, hlm. 171-179),

10. CD Maktabah Syamilah,

11. CD Al Bayan,

12. CD Kutubut- Tis’ah,

13. Modul-modul pengajian Birrul Walidain – Dida Cahyadiana



[1] Ibnu Katsir I : 219

Tidak ada komentar:

Posting Komentar