Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Kamis, 03 Februari 2011

Penjelasan Rukun Iman (Bagian 1)



Iman dan Unsur-Unsurnya

عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَوْ مًا بَارِزًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا اْلإ ِيمَانُ قَالَ أَنْ تُـؤْمِنَ بِاللَّهِ وَ مَلاَ ئِكَتِهِ وَ كِتَابِهِ وَ لِقَائِهِ وَ رُسُلِهِ وَ تُـؤْمِنَ بِا لْبَعْثِ اْلآخِرِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا اْلإِسْلاَ مُ قَالَ اْلإِسْلاَ مُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَ لاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيمَ الصَّلاَ ةَ الْمَكْـتُو بَةَ وَ تُـؤَدِّيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَ تَصُومَ رَمَضَانَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا اْلإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَ نَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّـكَ إِنْ لاَ تَرَاهُ فَإِ نَّهُ يَرَاكَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّا ئِـلِ وَ لَكِنْ سَأُحَدِّ ثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَ لَدَتِ اْلأ َمَةُ رَ بَّـهَا فَذَاكَ مِنْ أَشْرَ اطِهَا وَ إِذَا كَانَتِ الْعُرَ اةُ الْحُفَاةُ رُءُوسَ النَّاسِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا وَ إِذَا تَطَاوَ لَ رِعَاءُ الْبَهْمِ فِي الْبُنْيَانِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا فِي خَمْسٍ لاَ يَعْلَمُهُنّ َ إِلاَّ اللَّهُ ثُمَّ تَلاَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ( إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَ يُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَ يَعْلَمُ مَا فِي اْلأَرْحَامِ وَ مَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَ مَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ) قَالَ ثُمَّ أَدْ بَرَ الرَّجُلُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رُدُّوا عَلَيَّ الرَّجُلَ فَأَخَذُوا لِيَرُدُّوهُ فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ هَذَا جِبْرِيلُ جَاءَ لِيُعَلِّمَ النَّاسَ دِينَهُمْ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah t katanya : Pada suatu hari, ketika Rasulullah e berada bersama kaum muslimin, datang seorang lelaki kemudian bertanya kepada baginda : Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksudkan dengan Iman? Lalu baginda e bersabda : Kamu hendaklah percaya yaitu beriman kepada Allah, para Malaikat, semua Kitab yang diturunkan, hari pertemuan denganNya, para Rasul dan percaya kepada Hari Kebangkitan. Lelaki itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah! Apakah pula yang dimaksudkan dengan Islam? Baginda e bersabda : Islam ialah mengabdikan diri kepada Allah dan tidak menyekutukanNya dengan perkara lain, mendirikan sembahyang yang telah difardukan, mengeluarkan Zakat yang diwajibkan dan berpuasa pada bulan Ramadan. Kemudian lelaki tersebut bertanya lagi : Wahai Rasulullah! Apakah makna Ihsan? Rasulullah e bersabda : Engkau hendaklah beribadat kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya, sekiranya engkau tidak melihatNya, maka ketahuilah bahwa Dia senantiasa memperhatikanmu. Lelaki tersebut bertanya lagi : Wahai Rasulullah! Bilakah Hari Kiamat akan berlaku? Rasulullah e bersabda : Sebenarnya orang yang bertanya lebih mengetahui dariku. Tetapi walau bagaimanapun aku akan menceritakannya kepadamu mengenai tanda-tandanya. Apabila seseorang hamba melahirkan majikannya maka itu adalah sebahagian dari tandanya. Seterusnya apabila seorang miskin menjadi pemimpin masyarakat, itu juga sebahagian dari tandanya. Selain dari itu apabila masyarakat yang pada asalnya penggembala kambing mampu bersaing dalam menghiasi bangunan-bangunan mereka, maka itu juga tanda akan berlakunya Kiamat. Mengetahui kiamat termasuk dalam lima perkara rahasia dan hanya Allah saja Yang Maha Mengetahuinya. Kemudian Rasulullah e membaca Surah Luqman ayat 34

( إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَ يُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَ يَعْلَمُ مَا فِي اْلأَرْحَامِ وَ مَا تَدْرِي نَفْسٌ مَا ذَا تَكْسِبُ غَدً ا وَ مَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَ يِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيْمٌ خَبِيرٌ )

Yang artinya : Sesungguhnya Allah lebih mengetahui bilakah akan berlaku Hari Kiamat, di samping itu Dialah juga yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim ibu yang mengandung. Tiada seorang pun yang mengetahui apakah yang akan diusahakannya pada keesokan hari yaitu apakah baik atau jahat dan tiada seorang pun yang mengetahui di manakah dia akan menemui ajalnya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Amat Meliputi pengetahuanNya. Kemudian lelaki tersebut pergi dari situ. Rasulullah e terus bersabda kepada sahabatnya : Coba panggil orang itu kembali. Lalu para sahabat mengejar ke arah lelaki tersebut untuk memanggilnya kembali tetapi mereka dapati lelaki tersebut telah hilang. Lantas Rasulullah e bersabda : Lelaki tadi ialah Jibril u Kedatangannya adalah untuk mengajar manusia tentang agama mereka. (H.R Bukhori, Kitab Iman Hadits No 48 ; H.R Muslim, Kitab Iman Hadits No 10 ; H.R Nasaie, Kitab Iman dan Syariat-syariatnya Hadits No 4905 ; H.R. Ibnu Majah, Kitab Pendahuluan Hadits No 63, Kitab Fitnah Hadits No 63 ; H.R Ahmad Ibnu Hambal, Juz 2 hal 426)

Uraian Hadits

1. كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَوْ مًا بَارِزًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ Pada suatu hari, ketika Rasulullah e berada bersama kaum muslimin, datang seorang lelaki kemudian bertanya kepada baginda , maksudnya bahwa pada suatu hari ketika nabi berada di tengah-tengah sahabatnya di dalam masjid, maka datanglah seorang malaikat yang saat itu para sahabat tidak mengetahuinya berupa tubuh seorang lelaki. Sesudah dia mengucapkan salam diapun bertanya dengan menyebut nama nabi sendiri pada riwayat hadits yang lain dengan perkataan Hai Muhammad Rasulullah.

2. مَا اْلإ ِيمَانُ Apakah yang dimaksudkan dengan Iman? , Maksud dari pertanyaan orang itu jelas sekali menanyakan hal-hal yang dikaitkan dengan iman. Sehingga dia menjawab dengan ringkas dan menyeluruh, bukan menjelaskan arti dan hakikat iman, sehingga beliau menjawab seperti dibawah ini.

3. قَالَ أَنْ تُـؤْمِنَ بِاللَّهِ وَ مَلاَ ئِكَتِهِ وَ كِتَابِهِ وَ لِقَائِهِ وَ رُسُلِهِ وَ تُـؤْمِنَ بِا لْبَعْثِ اْلآخِرِ Lalu baginda e bersabda : Kamu hendaklah percaya yaitu beriman kepada Allah, para Malaikat, semua Kitab yang diturunkan, hari pertemuan denganNya, para Rasul dan percaya kepada Hari Kebangkitan.

Jawaban padat dan luas diberikan Rasulullah tentang Iman dimana beliau menjawab:

1. Beriman Kepada Allah, titik tolak seluruh kehidupan alam semesta serta pengaturannya.

2. Beriman Kepada Para Malaikat yang selalu tunduk pada perintah Allah dan menjalankan seluruh roda kehidupan dengan bilangan yang tak terhingga.

3. Beriman kepada seluruh kitab petunjuk Allah yang diturunkan selama masih asli dan semuanya disempurnakan dengan Al Qur’an.

4. Beriman kepada adanya hari pertemuan dengan Allah yang pasti.

5. Beriman bahwa kita harus mengikuti contoh tauladan para Rasul, begitupun kita sebagai umatnya yang terakhir mengikuti petunjuk Rasulullah SAW.

6. Beriman kepada hari kebangkitan tempat mempertanggung jawabkan seluruh amalan kita.

Sekilas pemahaman tentang hakikat iman saya terangkan sebagai berikut :

Iman atau keyakinan ( اَ ْلإِ يْمَـانُ )

Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan menyeluruh tanpa rasa keberatan, kepercayaan tanpa pilihan lain terhadap semua keputusan Allah s.w.t. Iman adalah sikap hidup yang merupakan cerminan identitas Islam. Iman sebagai dasar bagi seluruh kegiatan dan tingkah laku manusia agar mendapatkan ridha dari Allah s.w.t. Perhatikan firman-firman Allah berikut :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَ رَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَا بُوا وَ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَ أَ نْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (Al Hujuraat (49) : 15)

فَلاَ وَ رَ بِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُوا فِي أَ نْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَ يُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisaa’ (4) : 65)

وَ مَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَ لاَ مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَ رَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَ ةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَ مَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَ رَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَ لاً مُبِينًا

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Al Ahzab (33) : 36)

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَ بَيْنَكُمْ أَ لاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللَّهَ وَ لاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَ لاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْ بَا بًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَ لَّوْا فَقُو لُوا اشْهَدُوا بِأَ نَّا مُسْلِمُونَ

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Ali Imran (3) : 64)

Iman bukan hanya angan-angan, akan tetapi sesuatu yang tertanam didalam hati dan harus diamalkan dalam bentuk amal produktif. Amal yang dikerjakan harus merupakan amal shalih yang dilakukan dengan ihsan dan penyerahan yang sempurna kepada kehendak Allah s.w.t, dan dalam melakukan amal tersebut, seorang mukmin merasa yakin dilindungi oleh Allah s.w.t. Dan pemahaman kepada keimanan jangan seperti orang Yahudi dan Nasrani ; orang Yahudi dan Nasrani mereka menganggap asal iman saja kemudian jika masuk neraka akan disiksa sebentar sehingga tidak usah risau karena nantinya akan diselamatkan oleh juru selamatNya. Sehingga mereka merasa yakin akan masuk syurga karena semata-mata iman tidak perlu beramal shaleh lagi. Allah berfirman :

لَيْسَ بِأَ مَانِـيِّكُمْ وَ لاَ أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَ لاَ يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَ لِيًّا وَ لاَ نَصِيرًا (123) وَ مَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُ نْثَى وَ هُوَ مُؤْ مِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَ لاَ يُظْلَمُونَ نَقِيرًا (124) وَ مَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَ هُوَ مُحْسِنٌ وَ اتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَ اهِيمَ حَنِيفًا وَ اتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَ اهِيمَ خَلِيلاً (125)

(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.(123) Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.(124) Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.(125)

وَ قَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلاَّ أَ يَّامًا مَعْدُودَ ةً قُلْ أَ تَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَ هُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?".(Al Baqarah (2) : 80)

Syahadat yang dinyatakan seorang muslim dengan penuh kesadaran sebagai sumpah dan janji setia ini merupakan ruhnya iman, yaitu : ucapan (al-qaul), membenarkan (at-tasdiq), dan perbuatan (al-‘amal). Adapun uraiannya sebagai berikut :


a. Iman adalah ucapan/perkataan yang tercetus ( اَ لْـقَـوْ لُ )

Ucapan yang senantiasa sesuai dengan isi hatinya yang suci. Perkataan maupun kalimat yang keluar dari lidahnya yang baik serta mengandung hikmah. Syahadat diucapkan dengan penuh kebanggaan yang mengandung ketinggian iman (isti’la ul iman) yang dimulai / berangkat dari semangat isyhadu bi anna muslimin (saya adalah muslim). Ucapan lisan tanpa pembenaran dengan hati adalah sikap nifaq i’tiqadi (munafik itikad). Berbicara dengan mulutnya sesuatu yang tidak ada didalam hatinya. Lihat firman Allah tentang sikap orang-orang munafiq :

وَ مِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَ بِالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَ مَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ

Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (Al Baqarah (2) : 8)

إِذَا جَاءَ كَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَ اللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَ اللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ اتَّخَذُوا أَ يْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (Al Munafiqqun (63) :1-2)

سَيَقُولُ لَكَ الْمُخَلَّفُونَ مِنَ اْلأَعْرَابِ شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَ أَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا يَقُولُونَ بِأَ لْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Orang-orang Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfa`at bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al Fath (48) : 11)

Sungguh nyata sekali orang munafiq adalah pendusta seutama-utamanya pendusta, dan sesungguhnya alasan mereka banyak sekali apabila enggan berbuat sesuai perintah Allah dan Rasulnya. Gambaran orang munafiq apabila kesusahan hidup dan kesempitan hidup datang menghampiri atau menimpa, mereka mendekat kepada Allah dan orang-orang beriman seolah-olah seperti orang yang paling beriman, tetapi ketika pertolongan telah didatangkan mereka kembali lagi kepada sifat aslinya, karena sesungguhnya orang munafiq hanya mencari keuntungan dunia saja, sehingga mereka dikenal seperti bunglon, dan gambaran itu Allah firmankan :

فَلَمَّا أَ نْجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي اْلأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ يَا أَ يُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَ نْفُسِكُمْ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah keni`matan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.


b. Iman adalah keyakinan yang membenarkan dan tertanam kuat didalam hati (اَلتَصْدِيْقُ )

At-Tasdiq adalah membenarkan dengan hati tanpa keraguan sedikitpun ; yaitu sikap keyakinan dan penerimaan dengan tanpa rasa keberatan atau pilihan lain terhadap apa yang didatangkan Allah s.w.t, untuk semua permasalahan hidup (Ideologi, Politik, Sosial, Budaya, Ekonomi, Ilmu Pengetahuan Teknologi, Pertahanan dan Keamanan). Lihat firman Allah :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَ رَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَ أَ نْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (Al Hujuraat (49) : 15)

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَ مَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (Al Maaidah (5) : 50)




c. Iman akan selalu terlihat jelas dalam setiap perbuatan amalan sehari-harinya ( اَ لْـعَمَـلُ )

Amal orang iman adalah perbuatan yang termotivasi dari hati yang ikhlas dan pemahaman terhadap maksud-maksud aturan Allah s.w.t. Amal merupakan cerminan dari kesucian hati dan upaya untuk mencari Ridha Ilahi. Amal yang menunjukkan sikap mental dan moral Islami yang dapat dijadikan teladan.

Ketiga perkara tadi ucapan (al-qaul), membenarkan (at-tasdiq), dan perbuatan (al-‘amal) harus semuanya ada pada diri orang beriman dan tidak boleh terpisah sama sekali. Seorang muslim yang tidak membenarkan ajaran Allah s.w.t dalam hatinya bahkan membencinya, meskipun kelihatan mengamalkan sebagian ajaran Islam adalah munafiq I’tiqadi yang terlaknat. Dan muslim yang meyakini kebenaran ajaran Islam dan menyatakan syahadatnya dengan lisan tetapi tidak mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari adalah munafiq amali. Sifat-sifat ini biasanya sangat dekat dengan kita dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu waspadalah mengenali diri sendiri, teruslah didik diri kita sehingga terbebas dari sifat munafiq ini.

Imam Hasan Al Bana mengatakan : Iman bukanlah angan-angan, bukan pula sekedar hiasan, tetapi keyakinan yang hidup di dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan “.

Ciri-ciri orang munafikpun telah Rasulullah terangkan sebagai berikut :

حَدِيثُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru r.a katanya: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Ada empat perkara yang menjadi tanda bagi orang munafik. Barang siapa yang bersifat dengan salah satu daripadanya berarti dia mempunyai sifat munafik, sehingga dia meninggalkan sifat-sifat tersebut yaitu apabila berkata dia berdusta, apabila membuat persetujuan dia khianati, apabila berjanji dia menyalahi dan apabila berlaku pertikaian dia melampaui batas (HR Muslim, kitab Iman, no hadits 33, HR Bukhori , kitab Iman hadits no 88)

حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w telah bersabda: Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia berbohong, apabila berjanji dia mungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianatinya.(HR Muslim, kitab Iman, no hadits 32, HR Bukhori , kitab Iman hadits no 89)

Kalaupun shalat, orang munafiq itu kelihatan dari kelalaian melaksanakan shalatnya, karena tidak mementingkan perintah Allah. Perintah Allah kalah oleh perintah atasan kantor, rapat-rapat, perniagaan, atau kesibukan lain yang dijadikan alasan. Lihat sabda Rasulullah :

حَدِيثُ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَنَّهُ دَخَلَ عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ فِي دَارِهِ بِالْبَصْرَةِ حِينَ انْصَرَفَ مِنَ الظُّهْرِ وَدَارُهُ بِجَنْبِ الْمَسْجِدِ فَلَمَّا دَخَلْنَا عَلَيْهِ قَالَ أَصَلَّيْتُمُ الْعَصْرَ فَقُلْنَا لَهُ إِنَّمَا انْصَرَفْنَا السَّاعَةَ مِنَ الظُّهْرِ قَالَ فَصَلَّوُا الْعَصْرَ فَقُمْنَا فَصَلَّيْنَا فَلَمَّا انْصَرَفْنَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ تِلْكَ صَلَاةُ الْمُنَافِقِ يَجْلِسُ يَرْقُبُ الشَّمْسَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ بَيْنَ قَرْنَيِ الشَّيْطَانِ قَامَ فَنَقَرَهَا أَرْبَعًا لاَ يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهَا إِلاَّ قَلِيلاً

Hadis Anas bin Malik r.a : Diriwayatkan dari Abu Umamah r.a katanya : Sesungguhnya beliau datang menemui Anas bin Malik di rumahnya yang terletak di Basrah, ketika itu Anas baru saja selesai menunaikan sembahyang Zuhur. Rumahnya terletak berdekatan dengan masjid, sewaktu kami menemuinya dia terus bertanya : Adakah kamu sudah sembahyang Ashar? Kami menjawab : Sesungguhnya kami baru saja selesai dari sembahyang Zuhur. Tetapi Anas berkata : Sembahyanglah Ashar. Maka kami pun melakukan sembahyang. Setelah kami selesai menunaikan sembahyang, Anas berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda : Itulah sembahyang orang munafik. Dia duduk menunggu memperhatikan matahari sehingga sampai antara dua Tanduk Syaitan yaitu telah menguning sinarnya maka barulah dia bergegas menunaikan sembahyang empat rakaat (Ashar) dengan cepat dan tidak banyak berzikir mengigati Allah (HR Bukhori, kitab waktu shalat, no hadits 516, HR Muslim , kitab Masjid dan tempat sembahyang hadits no 987). (HR Muslim, kitab Iman, no hadits 32, HR Bukhori , kitab Iman hadits no 89)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar