Berlebih-lebihan dalam ucapan juga tercela, hal ini dapat menjerumuskan kepada sesuatu yang tidak penting bahkan akan jatuh kepada kebohongan, letakkanlah semua pembicaraan secara proporsional, dan objektif. Jauhkan dari melebih-lebihkan sesuatu perkara atau urusan.
إحياء علوم الدين - أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 314) : قال عطاء بن أبي رباح : إن من كان قبلكم كانوا يكرهون فضول الكلام و كانوا يعدون فضول الكلام ما عدا كتاب الله تعالى و سنة رسول الله صلى الله عليه و سلم، أو أمراً بمعروف أو نهياً عن منكر، أو أن تنطق بحاجتك في معيشتك التي لا بد لك منها، أتنكرون أن عليكم حافظين كراماً كاتبين عن اليمين و عن الشمال قعيد ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد، أما يستحي أحدكم إذا نشرت صحيفته التي أملاها صدر نهاره كان أكثر ما فيها ليس من أمر دينه و لا دنياه
Atha bin Abi Rabah t berkata : "sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu tidak suka berbicara berlebih-lebihan, dan mereka menghitung kata-kata yang tidak perlu selain kitab Allah, sunnah Rasul, amar ma'ruf dan nahi munkar. Atau mengatakan keperluan hidup yang harus mereka lakukan. Apakah kamu mengingkari bahwa di dekatmu ada malaikat yang mulia, yang menjaga dan mencatat amal perbuatanmu, dari sebelah kanan dan kiri?.Setiap kata yang engkau ucapkan selalu diawasi oleh malaikat itu. Apakah engkau tidak malu jika catatan amalmu, mulai dari penghujung siang dipaparkan?. Padahal sebagian isi lembaran itu adalah pembicaaraan di luar kepentingan agamanya?.
إحياء علوم الدين - أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 315) : و اعلم أن فضول الكلام لا ينحصر بل المهم محصور في كتاب الله تعالى قال الله عز و جل " لا خير في كثير من نجوا هم إلا من أمر بصدقة أو معروف أو إصلا ح الناس " و قال صلى الله عليه و سلم " طو بى لمن أمسك الفضل من لسانه و أنفق الفضل من ماله فانظر كيف قلب الناس الأمر في ذلك فأمسكوا فضل المال و أطلقوا فضل اللسان
Ketahuilah bahwa kata-kata yang berlebihan itu tidak dapat didefinisikan dengan suatu batasan. Namun batasan pokok telah tercantum di dalam Al Qur'an :
لاَ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَ اهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَ حٍ بَيْنَ النَّاسِ [النساء/114]
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. (QS An-Nisaa'a (4) : 114)
و قال صلى الله عليه و سلم ) طُوْ بىَ لِمَنْ أَمْسَكَ اْلفَضْلَ مِنْ لِسِانِهِ وَ أَنْفَقَ اْلفَضْلَ مِنْ مَالِهِ (
Rasulullah r bersabda : "Keberuntungan bagi orang yang menahan kelebihan kata-kata dari lisannya, dan menginfakkan kelebihan hartanya".[1]
Kebanyakan manusia membalikkan perkara tersebut. Mereka menahan kelebihan hartanya tetapi melebih-lebihkan lisannya terhadap kata-kata yang tidak penting.
إحياء علوم الدين - أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 315) : و عن مطرف بن عبد الله عن أبيه قال :) قد مت على رسول صلى الله عليه و سلم في رهط من بني عامر فقالوا : أنت و الدنا و أنت سيدنا و أنت أفضلنا علينا فضلاً، و أنت أطولنا علينا طولاً، و أنت الجفنة الغراء و أنت و أنت فقال " قولوا قولكم و لا يستهو ينكم الشيطان " إشارة إلى أن اللسان إذا أطنب بالثناء و لو بالصدق فيخشى أن يستهويه الشيطان إلى الزيادة المستغنى عنها. (
Muthrif bin Abdillah t menceritakan bahwa ayahnya pernah berkata : (Aku bersama Rasulullah r mendatangi sekelompok Bani Amir, lalu mereka berkata : "Engkau adalah orang tua kami, engkau pemimpin kami, engkau paling utama di antara kami, engkau paling mulia di antara kami, engkau pelita yang cemerlang, engkau…..engkau….". Lalu Rasulullah r berkomentar kepada mereka :
) قُوْ لُوْا قَوْ لَكُمْ وَ لاَ يَسْتَهْوِ يَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ (
Lisan memang dipakai untuk berbicara dan memuji. Karena pujian adalah kata-kata yang baik. Namun Rasulullah r tidak suka jika seseorang memuji dengan cara berlebih-lebihan, karena dikhawatirkan lisan dipermainkan oleh syetan. Jika lisan sudah dipermainkan oleh syetan, maka pembicaraan cenderung di tambah-tambah dengan sesuatu yang sebenarnya tidak diperlukan ; sesuatu yang sia-sia.
إحياء علوم الدين - أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 315) : و قال ابن مسعود : أنذركم فضول كلامكم ؛ حسب امرئ من الكلام ما بلغ به حاجته.
Ibnu Mas'ud t, berkata : "Aku peringatkan lisanmu yang berlebihan, hendaknya seseorang mencukupkan kata-katanya sebatas yang diperlukan".
إحياء علوم الدين - أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 315) : و قال عمرو بن دينار : تكلم رجل عند النبي صلى الله عليه و سلم فأكثر فقال له صلى الله عليه و سلم " كم دون لسانك من حجاب " ؟ فقال : شفتاي و أسناني، قال " أفما كان لك ما يرد كلامك؟ و في رو اية : أنه قال ذلك في رجل أثنى عليه فاستهتر في الكلام ثم قال : ما أوتي رجلاً شراً من فضل في لسانه
Amr bin Dinar t berkata bahwa seseorang berbicara di dekat Rasulullah r dan memuji-muji. Kemudian Rasulullah r bertanya : "Berapa dinding yang membentengi lisanmu?". Orang itu menjawab : "Kedua bibir dan gigi-gigiku, Ya Rasulullah". Rasulullah r berkata : "Apakah engkau tidak mempunyai pembendung perkataanmu". Dalam riwayat lain diterangkan Rasulullah r bersabda (terhadap orang yang memuji beliau): "Tidaklah seseorang diberi sesuatu yang lebih buruk daripada kelebihan (melebih-lebihkan perkataan) dalam lidahnya".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar