Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Sabtu, 27 Agustus 2011

Etika Dialog : Menghindari Pertengkaran


إِ نَّمَا   يُرِيدُ  الشَّيْطَانُ   أَنْ   يُو قِعَ   بَيْنَكُمُ   الْعَدَ اوَةَ   وَ  الْبَغْضَاءَ [المائدة/91]

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu (QS Al Maaidah (5) : 91)






إِ نَّمَا  الْمُؤْ مِنُونَ   إِخْوَ ةٌ   فَأَصْلِحُوا   بَيْنَ  أَخَوَ  يْكُمْ  وَ  اتَّقُوا  اللَّهَ  لَعَلَّكُمْ   تُرْحَمُون  [الحجرات/10]

Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS Al Hujuraat (49) : 10)



وَ  لاَ   تَسْتَوِي  الْحَسَنَةُ   وَ  لاَ  السَّيِّئَةُ   ادْفَعْ    بِالَّتِي   هِيَ   أَحْسَنُ   فَإِذَ ا  الَّذِي   بَيْنَكَ   وَ  بَيْنَهُ   عَدَ اوَةٌ   كَأَ  نَّهُ   وَ  لِيٌّ   حَمِيمٌ  [فصلت/34]
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. ( QS Fushilat (41) : 34)


Kita semua sepakat bahwa pertengkaran adalah perbuatan yang rendah dan sangat tercela. Biasanya, pertengkaran itu didahului oleh perdebatan dan berbantah-bantahan. Masing-masing ingin menang sendiri dan tidak mampu menahan emosinya. Masing-masing berusaha memojokkan atau menjatuhkan lawan bicaranya.

صحيح  البخاري  -  (ج 19  /  ص 22  /  ح 5613)  و   صحيح   مسلم  -  ( ج  12  /  ص 417  /  ح  4643)   و   موطأ  مالك  -  ( ج 5 /  ص 394 /  ح 1410)  و  سنن  أبي   د اود -  ( ج 13 /  ص 67 / ح 4265) و  صحيح  ابن  حبان  -  (ج 23 / ص 363/ح 5761) :  حَدَّ ثَنَا  عَبْدُ  اللَّهِ   بْنُ   يُوسُفَ   أَخْبَرَ نَا  مَالِكٌ  عَنِ   ابْنِ   شِهَابٍ  عَنْ  عَطَاءِ  بْنِ   يَزِيدَ  اللَّيْثِيِّ   عَنْ   أَبِي   أَ يُّوبَ   اْلأَ نْصَارِيِّ  )  أَنَّ  رَسُو لَ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ   قَالَ   لاَ   يَحِلُّ   لِرَجُلٍ   أَنْ   يَهْجُرَ   أَخَاهُ   فَوْقَ    ثَلاَ ثِ  لَيَالٍ   يَلْتَقِيَانِ   فَيُعْرِضُ   هَذَ ا  وَ  يُعْرِضُ   هَذَ ا  وَ  خَيْرُهُمَا  الَّذِي   يَبْدَ أُ   بِالسَّلاَ مِ  (

Dari Abu Ayyub Al Anshari t, ia berkata, sesungguhnya Rasulullah r telah bersabda : ("Tidak dihalalkan (haram) bagi seorang muslim bertengkar (memboikot, merajuk, membenci, memusuhi) sesama muslim lebih dari 3 (tiga) hari, sehingga jika bertemu di jalan yang satu memalingkan muka dari kawannya. Dan yang terbaik diantara keduanya yaitu yang mendahului memberi salam (memberi maaf atas kekhilafan saudaranya)".)


صحيح البخاري - (ج 19 / ص 9/ح 5605) و  صحيح مسلم - (ج 12 / ص 414/ح 4641) و موطأ مالك - (ج 5 / ص 395/ح 1411) و سنن أبي داود - (ج 13 / ص 66/ح 4263) و مسند أحمد - (ج 26 / ص 422/ح 12875)  :   حَدَّ ثَنَا   أَ بُو  الْيَمَانِ   أَخْبَرَ نَا  شُعَيْبٌ  عَنِ  الزُّهْرِيِّ   قَالَ   حَدَّ ثَنِي  أَ نَسُ  بْنُ  مَالِكٍ رَضِيَ   اللَّهُ  عَنْهُ   )  أَنَّ  رَسُولَ   اللَّهِ   صَلَّى  اللَّهُ   عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ   قَالَ   لاَ    تَبَاغَضُوا  وَ  لاَ   تَحَاسَدُوا  وَ  لاَ   تَدَ ابَرُوا  وَ   لاَ   تَفَا طَعُوْا  وَ  كُو نُوا عِبَادَ اللَّهِ   إِخْوَ ا نًا  وَ لاَ   يَحِلُّ   لِمُسْلِمٍ   أَنْ   يَهْجُرَ   أَخَاهُ   فَوْقَ   ثَلاَ  ثَةِ   أَيَّامٍ  (

Dari Anas bin Malik t, ia berkata, sesungguhnya Rasulullah r telah bersabda : ("Janganlah kamu saling membenci, saling mendengki , saling memusuhi, dan saling memutuskan hubungan. Jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah I yang bersaudara. Tidak halal (haram) seseorang muslim bertengkar (memboikot, merajuk, membenci, memusuhi) dengan saudaranya lebih dari tiga hari lamanya".)

رياض الصالحين - (ج 2 / ص 215)  :   و عن أَبي هريرة   قَالَ :  قَالَ  رَسُولَ   اللَّهِ   صَلَّى  اللَّهُ   عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ  : ) لاَ   يَحِلُّ   لِمُسْلِمٍ  أَنْ   يَهْجُرَ   أَخَاه ُ  فَوْقَ   ثَلاَثٍ ، فَمَنْ   هَجَرَ   فَوْقَ  ثَلاَثٍ  فَمَاتَ ، دَخَلَ  النَّارَ ( . رواه أَبُو داود بإسناد عَلَى شرط البخاري ومسلم .

Dari Abu Hurairah t, dia berkata, bahwa Rasulullah r telah bersabda : ("Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari (dikarenakan bertengkar). Barang siapa mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, lalu dia meninggal dunia, maka dia pasti masuk neraka".)

صحيح البخاري - (ج 8 / ص 336/ح 2277) و صحيح مسلم - (ج 13 / ص 150/ح 4821) و سنن النسائي - (ج 16 / ص 285/ح 5328) و مسند أحمد - (ج 49 / ص 363/ح 23207) و  الإبانة  الكبرى  لابن بطة  - (ج 2 / ص 28/ح 518) و مسند  ابن  راهويه - (ج 3 / ص 653) و  الجامع  لا بن  وهب - (ج 1 / ص 446/ح 434)  :  حَدَّ ثَنَا  أَ بُو  عَاصِمٍ   عَنِ   ابْنِ  جُرَ يْجٍ   عَنِ  ابْنِ  أَبِي  مُلَيْكَةَ   عَنْ   عَائِشَةَ  رَضِيَ  اللَّهُ  عَنْهَا  عَنِ  النَّبِيِّ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ  قَالَ  )  إِنَّ أَبْغَضَ   الرِّجَالِ   إِلَى   اللَّهِ   اْلأَ لَدُّ  الْخَصِمُ (

Dari Aisyah t, bahwa Rasulullah r bersabda : ("Sesungguhnya seseorang yang paling dibenci Allah adalah mereka yang paling sengit dalam pertengkaran".)

إحياء علوم الدين - (ج 2 / ص 318)  :  قال  أبو  هر ير ة  :  قال  رسول  الله  صلى  الله  عليه  و سلم ) مَنْ  جَادَ لَ   فيِ   خُصُومَةٍ   بِغَيْرِ عِلْمٍ   لَمْ   يَزَ لْ  فيِ  سُخْطِ اللهِ   حَتَّى  يَنْزِ عُ (

Dari Abu Hurairah t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : ("Barang siapa berdebat dalam suatu pertengkaran tanpa ilmu, pasti ia senantiasa dalam kemurkan Allah hingga ia mencabut kemurkaanNya".[1])

Artinya bahwa orang yang melakukan perdebatan tanpa ilmu dan tanpa didasari tujuan mulia (untuk mencari kebenarandan), maka ia akan mendapatkan murka Allah I. Selama tidak menghentikan perdebatan, keduanya tetap dalam kemurkaan-Nya.

مسند أحمد - (ج 13 / ص 391/ح 2353)  :  حَدَّثَنَا حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا حُيَيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو  أَنَّ  رَسُولَ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  قَالَ )   يَطَّلِعُ  اللَّهُ  عَزَّ  وَ جَلَّ   إِلَى  خَلْقِهِ   لَيْلَةَ  النِّصْفِ  مِنْ  شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ   لِعِبَادِهِ   إِلاَّ   لاِ  ثْـنَيْنِ  مُشَاحِنٍ  وَ  قَاتِلِ   نََفْسٍ  ( ,   وَ  فِى     سنن ابن ماجه - (ج 4 / ص 303/ح 1380)  : )  إِلاَّ  لِمُشْرِكٍ  أَوْ  مُشَاحِنٍ  (

Dari Abdullah Ibnu Amer t, sesungguhnya Rasulullah r telah bersabda : ("Jika pada malam Nishfu Sa'ban Allah U turun ke langit dunia dan melihat makhluknya, kemudian mengampuni seluruh hamba-hambanya kecuali tidak mengampuni orang yang bertengkar dan yang membunuh) ; dalam shahih Ibnu Majah orang yang tidak diampuni adalah  (orang yang bertengkar serta orang yang musyrik". )

رياض الصالحين - (ج 1 / ص 212) :  و  عن  أَبي  هريرة    قَالَ   )  أَنَّ  رَجُلاً   قَالَ  :  يَا رَسُولَ  الله ،  إِنَّ   لِي  قَرَ ابَةً   أَصِلُهُمْ   وَ  يَقْطَعُوْ  نِي  وَ  أُحْسِنُ   إلَيْهِمْ  وَ  يُسِيْـئُونَ   إلَيَّ ، وَ  أَحْلَمُ  عَنْهُمْ  وَ  يَجْهَلُونَ   عَلَيَّ ،  فَقَالَ :  لَئِنْ  كُنْتَ  كَمَا قُلْتَ ، فَكأنَّمَا تُسِفُّهُمُ  الْمَلَّ ، وَ لاَ    يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذلِكَ (

Dari Abu Hurairah t, dia berkata, (bahwa ada seseorang berkata : "Ya Rasulullah sesungguhnya aku memiliki beberapa orang kerabat, aku senantiasa menyambung tali silaturahim dengan mereka, tetapi justru mereka memutuskan hubungan denganku, aku juga berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka justru berbuat jahat kepadaku, dan aku ramah terhadap mereka, tetapi mereka (berpura-pura) tidak acuh terhadapku". Maka beliau bersabda : "Jika sikapmu benar-benar seperti yang engkau katakan, maka seakan-akan engkau menelankan abu yang sangat panas kepada mereka (sebagai hukuman dari Allah diakhirat). Dan Allah akan selalu memberi pertolongan kepadamu atas perbuatanmu kepada mereka selama dirimu tetap berbuat demikian".)

رياض الصالحين - (ج 1 / ص 214) :  و عن  عائشة ،  قَالَتْ :  قَالَ  رَسُول  الله - صلى الله عليه وسلم - : ) الرَّحِمُ   مُعَلَّـقَةٌ   بِالعَرْشِ تَقُولُ  :  مَنْ  وَ صَلَنِي ، وَ  صَلَهُ  اللهُ ، وَ  مَنْ  قَطَعَنِي ، قَطَعَهُ  اللهُ (  مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .

Dari 'Aisyah t, dia berkata : Rasulullah r bersabda : ("Rahim (tali persaudaraan) itu bergantung pada 'Arsy Allah, ia (rahim) berkata : 'Barang siapa menyambung hubungan denganku, maka Allah I akan menyambungnya. Dan barang siapa memutuskanku, maka Allah I pun akan memutuskannya".)

صحيح مسلم - (ج 12 / ص 406/ح 4634) و صحيح البخاري - (ج 18 / ص 388/ح 5528) و مسند أحمد - (ج 17 / ص 59/ح 8017) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 17 / ص 134/ح 7395)  :   حَدَّ ثَنَا  قُتَيْبَةُ   بْنُ   سَعِيد ِ  بْنِ   جَمِيلِ   بْنِ  طَرِيفِ   بْنِ   عَبْدِ  اللَّهِ   الثَّقَفِيُّ   وَ   مُحَمَّدُ   بْنُ   عَبَّادٍ  قَالاَ حَدَّ ثَنَا حَاتِمٌ  وَ  هُوَ  ابْنُ  إِسْمَعِيلَ   عَنْ   مُعَاوِيَةَ   وَ  هُوَ   ابْنُ   أَبِي   مُزَرِّدٍ   مَوْلَى   بَنِي   هَاشِمٍ   حَدَّ  ثَنِي  عَمِّي   أَ بُو   الْحُبَابِ سَعِيدُ  بْنُ   يَسَارٍ عَنْ   أَبِي   هُرَ يْرَةَ   قَالَ  قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ  )  إِنَّ   اللَّهَ   خَلَقَ   الْخَلْقَ   حَتَّى   إِذَ ا  فَرَغَ مِنْهُمْ   قَامَتِ  الرَّحِمُ   فَقَالَتْ   هَذَ ا مَقَامُ   الْعَائِذِ  مِنَ   الْقَطِيعَةِ   قَالَ   نَعَمْ   أَمَا   تَرْضَيْنَ   أَنْ  أَصِلَ   مَنْ   وَصَلَكِ   وَ  أَ قْطَعَ  مَنْ قَطَعَكِ   قَالَتْ   بَلَى  قَالَ   فَذَ اكِ  لَكِ   ثُمَّ   قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ   صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ   وَ  سَلَّمَ   اقْرَءُوا   إِنْ   شِئْتُمْ   { فَهَلْ  عَسَيْتُمْ   إِنْ تَوَ لَّيْتُمْ   أَنْ   تُفْسِدُوا  فِي اْلأَرْضِ   وَ  تُقَطِّعُوا   أَرْحَامَكُمْ   أُو لَئِكَ   الَّذِينَ   لَعَنَهُمُ   اللَّهُ   فَأَصَمَّـهُمْ   وَ  أَعْمَى   أَ بْصَارَهُمْ   أَ فَـلاَ يَتَدَ بَّرُونَ  الْقُرْآنَ   أَمْ   عَلَى  قُلُوبٍ   أَقْفَالُهَا }(

Dari Abu Hurairah t, dia berkata, bahwa Rasulullah r telah bersabda : ("Sesungguhnya Allah I telah menciptakan makhluk. Apabila selesai menciptakan mereka, maka tampillah sebuah tempat (rahim) dan berkata : Inilah tempat orang yang menjaga dari terputusnya hubungan kekeluargaan. Allah I berfirman: Baiklah. Apakah kamu rela kalau Aku menyambung orang yang menyambungmu, dan memutuskan orang yang memutuskanmu? Beliau (rahim) berkata : Sudah tentu. Allah I berfirman : Itulah milikmu. Kemudian Rasulullah r bersabda : Bacalah ayat :

فَهَلْ  عَسَيْتُمْ   إِنْ  تَوَ لَّيْتُمْ   أَنْ   تُفْسِدُوا  فِي اْلأَرْضِ   وَ  تُقَطِّعُوا   أَرْحَامَكُمْ  (22)  أُو لَئِكَ   الَّذِينَ   لَعَنَهُمُ   اللَّهُ   فَأَصَمَّـهُمْ   وَ  أَعْمَى   أَ بْصَارَهُمْ  (23)  أَ فَـلاَ يَتَدَ بَّرُونَ  الْقُرْآنَ   أَمْ   عَلَى  قُلُوبٍ   أَقْفَالُهَا (24) [محمد/22-24]  

Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? (22) Mereka itulah orang-orang yang dila`nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (23) Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (24))

(Hadits ini mempertegas bahwa Allah I akan memutuskan hubungan dengan manusia yang memutus Silaturahim ; tetapi Allah I akan berhubungan lagi dengan manusia tersebut apabila menyambung silaturahim, betapa beratnya hukuman Allah I karena mereka dilaknat dalam hidupnya, serta telinga mereka ditulikan artinya sulit untuk menerima nasehat dan kebenaran , dan mata mereka dibutakan artinya pandangannya tidak bisa membedakan kebenaran dan kebathilan berdasarkan pandangan Allah I lewat Al Qur'an dan As-Sunnah)
صحيح مسلم - (ج 13 / ص 86/ح 4772)  :   حَدَّ ثَنَا  زُهَيْرُ   بْنُ  حَرْبٍ  حَدَّ ثَنَا  جَرِيرٌ  عَنْ  سُهَيْلٍ  عَنْ   أَبِيهِ  عَنْ   أَبِي  هُرَ يْرَةَ  قَالَ   قَالَ رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ )  إِنَّ  اللَّهَ  إِذَ ا   أَحَبَّ  عَبْدً ا دَعَا  جِبْرِيلَ   فَقَالَ  إِ نِّي  أُحِبُّ  فُـلاَ نًا  فَأَحِبَّهُ   قَالَ  فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ  ثُمَّ   يُنَادِي  فِي  السَّمَاءِ  فَيَقُو لُ   إِنَّ  اللَّهَ   يُحِبُّ  فُلاَ نًا  فَأَحِبُّوهُ   فَيُحِبُّهُ  أَهْلُ  السَّمَاءِ  قَالَ   ثُمَّ   يُوضَعُ لَهُ   الْقَبُولُ  فِي اْلأَرْضِ  وَ  إِذَ ا  أَ بْغَضَ  عَبْدً ا دَعَا  جِبْرِيلَ  فَيَقُولُ   إِ نِّي  أُ بْغِضُ  فُلاَ نًا  فَأَ بْغِضْهُ  قَالَ  فَيُبْغِضُهُ  جِبْرِيلُ  ثُمَّ   يُنَادِي  فِي  أَهْلِ السَّمَاءِ   إِنَّ  اللَّهَ   يُبْغِضُ  فُلاَ نًا  فَأَ بْغِضُوهُ  قَالَ  فَيُبْغِضُو نَهُ   ثُمَّ   تُوضَعُ  لَهُ  الْبَغْضَاءُ  فِي  اْلأَرْضِ (

Dari Abu Hurairah t ia berkata : Rasulullah r bersabda : (Apabila Allah I mengasihi seseorang hamba niscaya dia akan memanggil Jibril u dan berfirman : Sesungguhnya Aku mengasihi orang tersebut, oleh karena itu kasihilah dia. Baginda bersabda : Lalu Jibril mengasihinya. Kemudian Jibril menyeru ahli langit dengan berkata : Allah I telah mengasihi orang tersebut, jadi kamu semua harus mengasihinya, lantas semua ahli langit mengasihinya. Baginda bersabda : Kemudian orang tersebut diterima oleh semua golongan yang berada di muka bumi. Apabila Allah I memurkai seseorang hamba, niscaya dia juga akan memanggil Jibril u dan berfirman : Sesungguhnya Aku benci orang tersebut, oleh karena itu bencilah dia. Baginda bersabda : Lalu Jibril membencinya. Kemudian Jibril menyeru ahli langit dengan berkata : Allah I telah membenci orang tersebut, jadi kamu semua harus membencinya, lantas semua ahli langit membencinya. Kemudian dia dibenci oleh semua penghuni bumi.)

رياض الصالحين - (ج 1 / ص 212) : و عن أنسٍ - رضي الله عنه - : أن  رَسُول  الله - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ  : ) مَنْ   أَحَبَّ أَنْ   يُبْسَطَ  لَهُ  فِي رِزْ قِهِ ، ويُنْسَأَ  لَهُ  فِي  أَ ثَرِ هِ ، فَـلْـيَصِلْ  رَحِمَهُ (  مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .

Dari Anas bin Malik t, bahwa Rasulullah r bersabda : ("Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah dia menyambung silaturahiim".)
رياض الصالحين - (ج 1 / ص 214) :  و  عن   عبد  الله  بن  عمرو  بن  العاص  رضي  الله  عنهما ، عن  النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم –    قَالَ : ) لَيْسَ  الوَ اصِلُ  بِا لمُكَافِىءِ ، وَ  لكِنَّ  الوَ اصِلَ  الَّذِي   إِذَ ا  قَطَعَتْ  رَحِمُهُ  وَ صَلَهَا ( رواه البخاري .
Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash t, dari Nabi r, beliau bersabda : ("Orang yang menghubungkan persaudaraan itu bukanlah orang yang memberi balasan (apabila diberi hadiah dll), tetapi orang yang menghubungkan persaudaraan adalah orang yang jika kaum kerabatnya memutuskan hubungan maka dia menyambungnya".)

إحياء علوم الدين -  أبو حامد الغزالي - (ج 2 / ص 318) :  قال ابن قتيبة: مر بي بشر بن عبد الله بن أبي بكرة فقال: ما يجلسك ههنا؟ قلت: خصومة بيني وبين ابن عم لي، فقال: إن لأبيك عندي يداً وإني أريد أن أجزيك بها، وإني والله ما رأيت شيئاً أذهب للدين ولا أنقص للمروءة ولا أضيع للذة وأشغل للقلب من الخصومة؟ قال: فقمت لأنصرف فقال لي خصمي: ما لك؟ قلت: لا أخاصمك، قال: إنك عرفت أن الحق لي، قلت: لا ولكن أكرم نفسي عن هذا قال: فإني لا أطلب منك شيئاً هو لك.

Diceritakan oleh Ibnu Qutaibah, bahwa suatu ketika Ibnu Qutaibah bertemu dengan Bisyr bin Abi Bakrah.
"Hai Ibnu Qutaibah, apa yang menyebabkan engkau duduk di sini?" tanya Bisyr.
"Karena aku bermusuhan dengan sepupuku (anak pamanku)," jawabnya.
"Sesungguhnya aku berhutang budi atas kemuliaan perbuatan ayahmu dan aku akan membalasnya kepadamu. Demi Allah, aku tidak pernah mengetahui sesuatu yang lebih cepat menghilangkan agama, lebih cepat mengurangi kehormatan, lebih menyia-nyiakan kelezatan dan lebih mengganggu hati daripada permusuhan," kata Bisyr.
Ibnu Qutaibah kemudian beranjak pergi, Lalu sepupunya (yang menjadi musuhnya itu) bertanya, "Mengapa engkau pergi?"
"Aku tidak akan memusuhimu lagi." Jawab Ibnu Qutaibah.
"Apakah engkau telah mengetahui bahwa kebenaran itu berpihak padaku?" tanya sepupu Qutaibah.
"Tidak, tetapi aku lebih menjaga kemuliaan diriku daripada menuntut kebenaran itu," jawab Qutaibah.
"Kalau begitu, aku tidak menuntut sesuatu kepadamu, karena kebenaran itu memang berpihak kepadaku," jawab sepupunya.

Mungkin kita akan bertanya-tanya............., jika seseorang berada pada pihak yang benar sedangkan lawan bicaranya adalah orang dzalim, apakah pertengkaran itu juga tercela?. Ketahuilah bahwa permusuhan atau pertengkaran yang tercela adalah pertengkaran yang dilakukan dalam perkara batal (buruk) dan pertengkaran yang dilakukan oleh orang-orang yang mengetahui permasalahan yang sebenarnya.

Contohnya seseorang yang bertindak sebagai penengah. Ia terlibat dalam pertengkaran dan berpihak pada salah satu orang tanpa mengetahui duduk perkaranya. Begitu pula pertengkaran yang dilakukan oleh orang yang menuntut haknya, namun melampaui dari hak yang semestinya, bahkan ia menampakkan permusuhan yang berlebihan dengan maksud menyakiti lawan.

Begitu pula bergurau yang dapat menyakitkan hati lawan bicaranya, itupun tercela. Termasuk orang yang bermusuhan dengan sengaja untuk memancing emosi lawan dan menghancurkan lawannya.

Adapun orang yang teraniaya, yang membela haknya dengan menggunakan cara yang benar sesuai syara', dengan menghindari permusuhan yang berlebihan dan menggunakan perdebatan seperlunya saja dengan maksud tidak menentang atau menyakiti, maka yang demikian itu tidaklah dilarang. Namun lebih baik untuk menghindari selama ada cara lain yang lebih santun.

Sesungguhnya menahan lisan dalam permusuhan memanglah sulit, karena permusuhan dapat memanaskan dada dan mengobarkan kemarahan. Jika kemarahan sudah berkobar, maka seseorang akan lupa terhadap apa yang diperdebatkan.

Barangsiapa memulai pertengkaran, maka ia harus siap menanggung resiko segala yang ditakuti. Minimal permusuhan itu mengganggu pikirannya, sehingga dalam shalat ia sibuk dengan hujjah untuk menghadapi musuhnya.

Pertengkaran merupakan awal dari setiap kejelekan. Begitu pula berbantahan dan berdebat. Oleh karena itu sebaiknya kita jangan membuka pintunya kecuali dalam keadaan terpaksa. Jika dalam keadaan terpaksa, maka sebaiknya kita mengekang lisan dan hati kita dari akibat-akibat permusuhan. Namun melakukan hal demikian itu memang tidaklah mudah.

Barangsiapa membatasi dirinya hanya sebatas yang wajib saja dalam pertengkaran, maka kita selamat dari dosa dan tidak dianggap tercela permusuhannya. Apalagi kalau kita menghindari pertengkaran terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak lepas dari pertengkaran, dan kita berusaha mencari jalan keluar yang dirasakan cukup memadai, maka itu tidaklah berdosa dan bahkan terpuji.

Demikianlah, minimal sesuatu yang hilang akibat pertengkaran, berbantah-bantahan dan perdebatan adalah perkataan yang baik dan apa saja yang sebenarnya terdapat pahala. Karena perkataan baik yang sedikit akan menampakkan persetujuan. Dan tidak ada perkataan yang lebih kasar daripada sanggahan dan penentangan yang akibatnya kadang-kadang membodohkan atau mendustakan perkataan seseorang. Karena sesungguhnya siapa saja yang berbantahan-bantahan atau bertengkar dengan orang lain, tentu ia akan membodohkan atau mendustakan lawannya. Kemudian hilanglah perkataan yang baik (terpuji).


[1]  HR. Abu Daud, Abid Dun-ya dan Asy Fahani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar