Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Senin, 15 Agustus 2011

Pengetahuan dan Hukum Islam Tentang Riba (Bagian 2)



1.      Riba : Definisi, Hukum, Jenis dan Hikmahnya

a.   Hukum Riba

فقه السنة - الشيخ سيد سابق - (ج 3 / ص  133,131,130, 134) )  حكمه : - و هو  محرم  في  جميع  الاديان  السماوية،  و محظور في اليهودية والمسيحية والاسلام. جاء في العهد القديم: (إذا أقرضت مالا لاحد من أبناء شعبي، فلا تقف منه موقف الدائن.لا تطلب منه ربحا لمالك). آية 25، فصل 22، من سفر الخروج. وجاء فيه أيضا: (إذا افتقر أخوك فاحمله...لا تطلب منه ربحا ولا منفعة).آية 35، فصل 25، من سفر اللاويين.إلا أن اليهود لا يرون مانعا من أخذ الربا من غير اليهودي، كما جاء في آية 20، من الفصل 23، من سفر التثنية.وقد رد عليهم القرآن، ففي سورة النساء (سورة النساء آية رقم 269): (وأخذهم الربا وقد نهوا عنه).وفي كتاب العهد الجديد: (إذا أقرضتم لمن تنتظرون منه المكافأة، فأي فضل يعرف لكم؟ ولكن افعلوا الخيرات، وأقرضوا غير منتظرين عائدتها. وإذن يكون ثوابكم جزيلا). آية 34 وآية 35، من الفصل 6، من إنجيل لوقا.واتفقت كلمة رجال الكنيسة على تحريم الربا تحريما قاطعا استنادا إلى هذه النصوص.قال سكوبار: (إن من يقول إن الربا ليس معصية يعد ملحدا خارجا عن الدين). وقال الاب بوني: (إن المرابين يفقدون شرفهم في الحياة الدنيا، وليسوا أهلا للتكفين بعد موتهم).وفي القرآن الكريم تحدث عن الربا في عدة مواضع مرتبة ترتيبا زمنيا، ففي العهد المكي نزل قول الله سبحانه: " وما آتيتم من ربا ليربوا في أموال الناس فلا يربوا عند الله، وما آتيتم من زكاة تريدون وجه الله فأولئك هم المضعفون (سورة الروم آية رقم 39) ".و في العهد المدني نزل تحريم الربا صراحة في قول الله سبحانه: " يا أيها الذين آمنوا لا تأكلوا الربا أضعافا مضاعفة واتقوا الله لعلكم ترحمون (سورة آل عمران آية رقم 130) ".وآخر ما ختم به التشريع قول الله سبحانه: " يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وذروا ما بقي من الربا إن كنتم مؤمنين، فإن لم تفعلوا فأذنوا بحرب من الله ورسوله، وإن تبتم فلكم رءوس أموالكم لا تظلمون ولا تظلمون (سورة البقرة آية رقم 278، وآية رقم 279) ".وفي هذه الاية رد قاطع على من يقول: إن الربا لا يحرم إلا إذا كان أضعافا مضاعفة، لان الله لم يبح إلا رد رءوس الاموال دون الزيادة عليها.وهذا آخر ما نزل في هذا الامر.وهو من كبائر الاثم، روى البخاري ومسلم عن أبي هريرة أن النبي، صلى الله عليه وسلم، قال: " اجتنبوا السبع الموبقات ".قالوا: وما هن يا رسول الله؟ قال: الشرك بالله، والسحر، وقتل النفس التي حرم الله إلا بالحق، وأكل الربا، وأكل مال اليتيم، والتولي يوم الزحف، وقذف المحصنات الغافلات المؤمنات ".وقد لعن الله كل من اشترك في عقد الربا، فلعن الدائن الذي يأخذه، والمستدين الذي يعطيه، والكاتب الذي يكتبه، والشاهدين عليه.روى البخاري ومسلم وأحمد وأبو داود، والترمذي وصححه، عن جابر بن عبد الله، أن رسول الله، صلى الله عليه وسلم، قال: (لعن الله آكل الربا، ومؤكله، وشاهديه، وكاتبه) روى الدار قطني عن عبد الله بن حنظلة أن النبي، صلى الله عليه وسلم، قال: " الدرهم ربا أشد عند الله تعالى من ست وثلاثين زنية في الخطيئة ".وقال صلى الله عليه وسلم: " الربا تسعة   وتسعون بابا، أدناها كأن يأتي الرجل بأمه "(

Riba ini telah diharamkan oleh seluruh agama samawi (agama langit), dianggap membahayakan oleh agama Yahudi, Nashrani dan Islam. Lihat Uraian dibawah ini [1].

Didalam Kitab Perjanjian Lama (Old Testament):

"Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari UmatKu, orang yang miskin diantaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai penagih utang terhadap dia ; janganlah engkau bebankan bunga uang terhadapnya" (Kitab Exodus (Keluaran) : fasal 22, ayat 25).

"Janganlah engkau membungakan kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan, atau apapun yang dapat dibungakan" (Kitab Deuteronomy (Ulangan) : fasal 23, ayat 19).

"Jika saudaramu membutuhkan sesuatu, maka tanggunglah. Jangan kau meminta darinya keuntungan dan manfaat". (Kitab Levicitus (Imamat) : fasal 25, ayat 35).

"Janganlah engkau mengambil bunga atau riba darinya, melainkan engkau harus takut Allahmu, supaya saudaramu bisa hidup diantaramu. Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kau berikan dengan meminta riba".(Kitab Levicitus (Imamat) : fasal 25, ayat 36-37).

Dari hukum-hukum tersebut orang Yahudi, tidak me-riba-kan ke sesama Yahudi, tetapi kepada orang yang bukan Yahudi, dia me-riba-kannya, untuk memperoleh keuntungan berlipat ganda, seperti yang dikatakan dalam Kitab Ulangan : ayat 20 fasal 23. Dalam kaitan ini Al Qur'an menjawab mereka seperti pada surat An-Nisa :

وَ  أَخْذِهِمُ   الرِّ بَا وَ  قَدْ  نُهُوا عَنْهُ  وَ  أَ  كْلِهِمْ   أَمْوَ الَ   النَّاسِ   بِالْبَاطِلِ  وَ  أَعْتَدْ نَا  لِلْكَافِرِينَ   مِنْهُمْ   عَذَ ا بًا   أَلِيمًا [النساء/161]
dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir (yang tidak menghiarukan hukum riba) di antara mereka itu siksa yang pedih. (QS. An-Nisaa'a (4) : 161)



Didalam Kitab Perjanjian Baru (New Testament):

"Dan, jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang karena kamu berharap akan menerima sesuatu darinya, apakah jasamu?. Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang berdosa supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu!, kasihilah musuhmu dan berbuat baiklah kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Tuhan Yang Mahatinggi sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat" (Injil Lukas : fasal 6ayat 34-35)

Ketidak tegasan ayat tersebut mengakibatkan munculnya berbagai tanggapan dan tafsiran dari para pemuka agama Kristen tentang boleh tidaknya orang Kristen mempraktekan pengambilan bunga. Berbagai pandangan di kalangan pemuka agama Kristen dapat dikelompokkan menjadi tiga periode utama yaitu, pandangan para pendeta awal Kristen (abad I-XII) yang mengharamkan bunga, pandangan para sarjana Kristen (abad XII-XVI) yang berkeinginan agar bunga diperbolehkan, dan pandangan reformis Kristen (abad XVI-1836) yang menyebabkan agama Kristen menghalalkan bunga. Bukti dan urutannya sebgai berikut [2]:

a.  Pandangan Para Pendeta Awal Kristen (Abad I-XII)

Pada masa ini, umumnya pengambilan bunga dilarang. Mereka merujuk masalah pengambilan bunga kepada Kitab Perjanjian Lama yang juga diimani oleh orang Kristen.

ý St. Basil (329-379) menganggap mereka yang memakan bunga sebagai orang yang tidak berperikemanusiaan. Baginya, mengambil bunga adalah mengambil keuntungan dari orang yang memerlukan. Demikian juga mengumpulkan emas dan kekayaan dari air mata dan kesusahan orang miskin.

ý St Gregory dari Nyssa (335-395) mengutuk praktek bunga karena menurutnya pertolongan melalui pinjaman adalah palsu. Pada awal kontrak seperti membantu, tetapi pada saat menagih dan meminta imbalan bunga bertindak sangat kejam.

ý St John Crysostom (344-407) berpendapat bahwa larangan yang terdapat dalam Perjanjian Lama ditujukan bagi orang-orang Yahudi juga berlaku bagi Penganut Perjanjian Baru.

ý St Ambrose mengecam pemakan bunga, sebagai penipu dan pembelit (rentenir).

ý St Augustine berpendapat bahwa pemberlakuan bunga pada orang miskin lebih kejam dibandingkan dengan perampok yang merampas orang kaya. Ini karena dua-duanya sama-sama merampok, satu terhadap orang kaya dan lainnya terhadap orang miskin.

ý St Anselm dari Centerbury (1033-1109) menganggap bunga sama dengan perampokan.

ý Scubar berkata : "Sesungguhnya orang yang mengatakan riba bukan maksiat, ia dihitung sebagai orang atheis yang keluar dari agama".

ý Paus Pius berkata : "Sesungguhnya para pemakan riba, mereka kehilangan harga diri / kemuliaan dalam hidup di dunia dan mereka bukan orang yang pantas dikafankan setelah mereka mati".

Larangan praktek bunga juga dikeluarkan oleh gereja dalam bentuk undang-undang (canon), yaitu sebagai berikut :

v Council of Elvira (Spanyol tahun 306) mengeluarkan Canon 20 yang melarang para pekerja gereja mempraktekkan pengambilan bunga. Barang siapa yang melanggar pangkatnya diturunkan.

v Council of Arles (tahun 314) mengeluarkan Canon 44 yang juga melarang para pekerja gereja mempraktekkan pengambilan bunga.

v First Council of Nicaea (tahun 325) mengeluarkan Canon 17 yang mengancam kan memecat para pekerja gereja yang mempraktekkan bunga.

v Larangan pemberlakuan bunga untuk umum baru dikeluarkan pada Council of Vienne (tahun 1311) yang menyatakan bahwa barang siapa menganggap bunga itu adalah sesuatu yang tidak berdosa, ia telah keluar dari Kristen (murtad).

Pandangan atau definisi mereka (pendeta awal Kristen) tentang riba adalah :

ü Bunga adalah semua bentuk yang diminta sebagai imbalan yang melebih jumlah barang yang dipinjamkan.

ü Mengambil bunga adalah suatu dosa yang dilarang, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

ü Keinginan atau niat untuk mendapat imbalan melebihi apa yang dipinjamkan adalah suatu dosa.

ü Bunga harus dikembalikan kepada pemiliknya.

ü Harga barang yang ditinggikan untuk penjualan secara kredit juga merupakan bunga yang terselubung.


b.  Pandangan Para Sarjana Kristen (Abad XII-XVI)

Pada masa ini terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang perekonomian dan perdagangan. Pada masa tersebut, uang dan kredit menjadi unsur yang penting dalam masyarakat. Pinjaman untuk memberi modal kerja kepada para pedagang mulai digulirkan pada awal abad XII. Pasar uang perlahan-lahan mulai terbentuk. Proses tersebut mendorong terwujudnya suku bunga pasar secara meluas.

Para sarjana Kristen pada masa ini tidak saja membahas permasalahan bunga dari segi moral semata yang merujuk kepada ayat-ayat Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, mereka juga mengaitkannya dengan aspek-aspek lain. Diantaranya, menyangkut jenis dan bentuk undang-undang, hak seseorang terhadap harta, ciri-ciri dan makna keadilan, bentuk-bentuk keuntungan, niat dan perbuatan manusia, serta perbedaan antara dosa individu dan kelompok.

Mereka telah dianggap melakukan terobosan baru sehubungan dengan pendefinisian bunga. Dari hasil bahasan mereka untuk tujuan memperluas dan melegitimasi hukum, bunga dibedakan menjadi interest dan usury. Menurut mereka, interest adalah bunga yang diperbolehkan, sedangkan usury adalah bunga yang berlebihan. Para tokoh sarjana Kristen yang memberikan kontribusi pendapat yang sangat besar sehubungan dengan bunga ini adalah Robert Of Courcon (1152-1218), William of Auxxerre (1160-1220), St. Raymond of Pennaforte (1180-1278), St. Bonaventure (1221-1274) dan St. Thomas Aquinas (1225-1274).

Kesimpulan hasil bahasan para sarjana Kristen periode tersebut sehubungan dengan bunga adalah sebagai berikut :

ü Niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan dengan memberikan pinjaman adalah suatu dosa yang bertentangan dengan konsep keadilan.

ü Mengambil bunga dari pinjaman diperbolehkan, namun haram atau tidaknya bergantung pada niat si pemberi utang.


c.  Pandangan Reformis Kristen (Abad XVI-1836)

Pendapat para reformis telah mengubah dan membentuk pandangan baru mengenai bunga. Para reformis itu antara lain John Calvin (1509-1564), Charles du Moulin (1500-1566), Marthin Luther (1483-1546), Melanchthon (1497-1560) dan Zwingli (1484-1531).

Beberapa pendapat Calvin sehubungan dengan bunga ini antara lain :

ü Dosa apabila bunga memberatkan.

ü Uang dapat membiak.

ü Tidak menjadikan pengambil bunga sebagai profesi.

ü Jangan mengambil bunga dari orang miskin.


Du Moulin mendesak agar pengambilan bunga yang sederhana diperbolehkan asalkan bunga tersebut digunakan untuk kepentingan produktif. Saumise, seorang pengikut Calvin, membenarkan semua pengambilan bunga meskipun ia berasal dari orang miskin. Menurutnya, menjual uang dengan uang adalah seperti perdagangan biasa. Karenanya tidak ada alasan untuk melarang orang yang akan menggunakan uangnya untuk membuat/menghasilkan uang. Menurutnya pula, agama tidak perlu repot-repot mencampuri urusan yang berhubungan dengan bunga.


[1] Fiqih Sunnah (Terjemahan Indonesia), Syekh Sayyid Sabiq, Jilid 12, Bab Riba, halaman 117-120, Pustaka & Al ma'arif, cetakan ke 2, Bandung,1988 ; dan  CD Maktabah Syamilah tentang Fiqih Sunnah (Teks Arab), Syekh Sayyid Sabiq, juz 3 hal 130-134
[2] Islamic Banking : Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Muhammad Syafi'i Antonio, Bab Riba Dalam Perspektif Agama, halaman 38, Gema Insani Press & Tazkia,cetakan ke 1, Jakarta, 2001


Tidak ada komentar:

Posting Komentar