Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Senin, 15 Agustus 2011

Pengetahuan dan Hukum Islam Tentang Riba (Bagian 5)



Larangan Riba dalam Al Qur'an dan As-sunnah  -  (lanjutan)

Adapun ayat hukum tentang riba selanjutnya dalam surat Al Baqarah :

يَا أَ يُّهَا  الَّذِينَ  آَمَنُوا  اتَّقُوا  اللَّهَ  وَ  ذَرُوا  مَا  بَقِيَ  مِنَ  الرّ ِبَا  إِنْ  كُنْتُمْ  مُؤْ مِنِينَ   (278)   فَإِنْ   لَمْ   تَفْعَلُوا  فَأْذَ نُوا   بِحَرْبٍ   مِنَ اللَّهِ  وَ  رَسُو لِهِ  وَ  إِنْ   تُبْتُمْ   فَلَكُمْ   رُءُوسُ   أَمْو َ الِكُمْ   لاَ   تَظْلِمُونَ  وَ  لاَ   تُظْلَمُونَ   (279)   وَ  إِنْ   كَانَ   ذُو عُسْرَ ةٍ   فَنَظِرَةٌ    إِلَى   مَيْسَرَ ةٍ   وَ  أَنْ   تَصَدَّ قُوا  خَيْرٌ   لَكُمْ   إِنْ   كُنْتُمْ   تَعْلَمُونَ  (280)  وَ  اتَّقُوا   يَوْ  مًا   تُرْ  جَعُونَ   فِيهِ   إِلَى  اللَّهِ   ثُمَّ تُوَ فَّى   كُلُّ   نَفْسٍ   مَا   كَسَبَتْ  وَ  هُمْ   لاَ   يُظْلَمُونَ   (281) [البقرة/278-281]
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.(278) Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (279) Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.(280) Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).(281) (QS. Al Baqarah (2) : 278-281)

Allah I berfirman seraya memerintahkan hamba-hambaNya yang beriman untuk bertakwa kepadaNya sekalian melarang mereka mengerjakan hal-hal yang dapat mendekatkan kepada kemurkaanNya dan menjauhkan dari keridhaanNya, dimana Dia berfirman dengan kalimat (  يَا أَ يُّهَا  الَّذِينَ  آَمَنُوا  اتَّقُوا  اللَّهَ  ) "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah". Maksudnya takutlah kalian kepadaNya dan berhati-hatilah, karena dia senantiasa mengawasi segala sesuatu yang kalian perbuat.

(وَ  ذَرُوا  مَا  بَقِيَ  مِنَ  الرّ ِبَا) "dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut)". Artinya tinggalkanlah harta kalian yang merupakan kelebihan dari pokok yang harus dibayar orang lain, setelah datangnya peringatan ini.

(إِنْ  كُنْتُمْ  مُؤْ مِنِينَ) "jika kamu orang-orang yang beriman". Yaitu beriman kepada syarat Allah I yang telah ditetapkan kepada kalian, berupa penghalalan jual-beli, pengharaman riba, dan lain sebagainya.

( فَإِنْ   لَمْ   تَفْعَلُوا  فَأْذَ نُوا   بِحَرْبٍ   مِنَ اللَّهِ  وَ  رَسُو لِهِ  ) "Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu". Mengenai ayat ini Ibnu Katsir pun menerangkan dengan sebuah hadits dibawah ini :

تفسير ابن كثير - (ج 1 / ص 716) :  ) و قد  ذكر  زيد  بن  أسلم،  و  ابن  جُرَ يج ،  و  مقاتل  بن  حيان،  و  السدي :  أن هذا  السياق  نزل  في  بني  عمرو بن  عمير  من   ثقيف،  و  بني  المغيرة   من  بني  مخزوم،   كان   بينهم  ربا   في   الجاهلية،  فلما  جاء  الإسلام   و  دخلوا  فيه،  طلبت   ثقيف أن  تأخذه   منهم،   فتشاوروا  و  قالت  بنو  المغيرة  :   لا   نؤدي   الربا  في   الإسلام   فكتب   في   ذلك   عتاب   بن   أسيد  نائب   مكة   إلى رسول   الله  صلى  الله  عليه  و  سلم،  فنزلت   هذه   الآية   فكتب   بها رسول   الله   صلى  الله  عليه  و  سلم   إليه  :  { يَا أَيُّهَا  الَّذِينَ آمَنُوا  اتَّقُوا  اللَّهَ   وَذَرُوا  مَا   بَقِيَ   مِنَ   الرِّبَا   إِنْ   كُنْتُمْ   مُؤْ  مِنِينَ   *   فَإِنْ   لَمْ   تَفْعَلُوا  فَأْذَ نُوا   بِحَرْبٍ  مِنَ   اللَّهِ  وَ  رَسُولِهِ } فقالوا:  نتوب إلى  الله،  و  نذر  ما  بقي  من  الربا،  فتركوه   كلهم (.
Zaid bin Aslam, Ibnu Juraij, Muqatil bin Hayan dan as-Suddi menyebutkan bahwa redaksi ayat ini diturunkan berkenaan dengan bani Amr bin Umair dari suku Tsaqif, dan Bani Mughirah dari Bani Makhzum. Diantara mereka telah terjadi praktek riba pada masa Jahiliyah. Setelah Islam datang dan mereka memeluknya, suku Tsaqif meminta untuk mengambil harta riba itu dari mereka. Kemudian merekapun bermusyawarah, dan Bani Mughirah pun berkata : "Kami tidak akan melakukan riba dalam Islam, dan menggantinya dengan usaha yang disyariatkan". Kemudian Itab bin Usaid gubernur Mekkah, menulis surat membahas mengenai hal itu dan mengirimkannya kepada Rasulullah r, maka turunlah ayat tersebut. Lalu Rasulullah r membalas surat Itab dengan surat yang berisi :

يَا أَيُّهَا  الَّذِينَ آمَنُوا  اتَّقُوا  اللَّهَ   وَذَرُوا  مَا   بَقِيَ   مِنَ   الرِّبَا   إِنْ   كُنْتُمْ   مُؤْ  مِنِينَ   *   فَإِنْ   لَمْ   تَفْعَلُوا  فَأْذَ نُوا   بِحَرْبٍ  مِنَ   اللَّهِ  وَ  رَسُولِهِ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.

Maka merekapun mengatakan :"Kami bertaubat kepada Allah dan kami tinggalkan sisa riba yang belum kami pungut". Dan merekapun semua akhirnya meninggalkan perbuatan riba.

Ayat ini merupakan peringatan cukup keras dan ancaman yang sangat tegas bagi orang yang masih tetap mempraktekan riba setelah adanya peringatan tersebut. Kalimat Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Maksudnya ialah yakinilah bahwa Allah I dan Rasulnya akan memerangi kalian di dunia maupun akhirat, melaknat semasa hidupmu dan menyiksa semasa dalam alam kuburmu serta memberikat pengadilan di yaumul hisab dengan kekekalan didalam neraka.

Sedangkan menurut Ali bin Abi Thalhah t dari Ibnu Abbas t mengenai firman Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Maksudnya barang siapa yang masih tetap melakukan praktek riba dan tidak berusaha melepaskan dirinya dengan niatan yang kuat, maka wajib atas imam kaum muslimin untuk memintanya taubat, jika mau melepaskan diri darinya, maka keselamatan baginya, dan jika menolak, maka ia harus dipenggal lehernya.

Setelah itu Allah I berfirman (وَ  إِنْ   تُبْتُمْ   فَلَكُمْ   رُءُوسُ   أَمْو َ الِكُمْ   لاَ   تَظْلِمُونَ  وَ  لاَ   تُظْلَمُونَ) "Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya". Maksudnya kalian semua tidaklah berbuat zhalim dengan mengambil pokok harta itu. (وَ  لاَ   تُظْلَمُونَ) "tidak (pula) dianiaya" , Maksudnya karena pokok harta kalian dikembalikan tanpa tambahan atau pengurangan itulah jalan yang terbaik bagi kamu dan tidak ada unsur penganiayaan atasmu.

Ibnu Mardawaih meriwayatkan, Imam Syafi'i memberitahu kami, dari Sulaiman bin Ami, dari ayahnya, ia menceritakan, aku pernah mendengar Rasulullah r bersabda :

) أَ لاَ  إِنَّ    كُلَّ   رِبَا   مِنْ  رِبَا  اْلجَاهِلِيَّةِ   مَوْضُوْعٌ ،  فَلَكُمْ   رُؤُ وسٌ   أَمْوَ ا لِكُمْ   لاَ    تَظْلِمُونَ   وَ   لاَ   تُظْلَمُونَ (
"Ketahuilah, sesungguhnya setiap riba dari riba jahiliyah (besar maupun kecil dengan segala modifikasinya) sudah dihapuskan. Maka bagi kalian pokok harta (modal) kalian, kalian tidak menganiaya da tidak pula dianiaya"

Dan firman Allah I (وَ  إِنْ   كَانَ   ذُو عُسْرَ ةٍ   فَنَظِرَةٌ    إِلَى   مَيْسَرَ ةٍ   وَ  أَنْ   تَصَدَّ قُوا  خَيْرٌ   لَكُمْ   إِنْ   كُنْتُمْ   تَعْلَمُونَ) "Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui". Allah I memerintahkan agar bersabar jika orang yang meminjam dalam kesulitan membayar hutang, yang tidak memperoleh apa yang dapat digunakan untuk membayar. Oleh karena itu, Dia berfirman : "Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan". Tidak seperti yang terjadi di kalangan orang-orang jahiliyah. Dimana salah seorang di antara mereka  mengatakan kepada peminjam, jika sudah jatuh tempo : "Dibayar atau ditambahkan bunganya".

Selanjutnya Allah I menganjurkan untuk menghapuskannya saja. Dan Dia menyediakan kebaikan dan pahala yang melimpah untuk itu. Maka Dia berfirman dengan ayat (وَ  أَنْ   تَصَدَّ قُوا  خَيْرٌ   لَكُمْ   إِنْ   كُنْتُمْ   تَعْلَمُونَ) "Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui". Artinya, hendaklah kalian meninggalkan pokok harta (modal) secara keseluruhan dan membebaskannya dari si peminjam. Dan mengenai hal tersebut telah banyak hadits yang diriwayatkan melalui beberapa jalan yang berbeda-beda dari Nabi.

مسند أحمد - (ج 46 / ص 115/ح 21574) :  حَدَّ ثَنَا  عَفَّانُ  حَدَّ ثَنَا  حَمَّادٌ   يَعْنِي  ابْنَ  سَلَمَةَ   أَخْبَرَ نَا  أَ بُو  جَعْفَرٍ  الْخَطْمِيُّ  عَنْ   مُحَمَّدِ  بْنِ  كَعْبٍ الْقُرَظِيِّ )  أَنَّ   أَ بَا  قَتَادَ ةَ   كَانَ   لَهُ  عَلَى  رَجُلٍ  دَ يْنٌ  وَ  كَانَ   يَأْتِيهِ   يَتَقَاضَاهُ   فَيَخْتَبِئُ   مِنْهُ   فَجَاءَ   ذَ اتَ   يَوْمٍ   فَخَرَجَ   صَبِيٌّ   فَسَأَ لَهُ  عَنْهُ فَقَالَ   نَعَمْ   هُوَ   فِي   الْبَيْتِ   يَأْكُلُ   خَزِ يرَ ةً   فَنَادَ اهُ   يَا   فُلاَ نُ   اخْرُجْ   فَقَدْ   أُخْبِرْتُ   أَ نَّكَ   هَاهُنَا   فَخَرَجَ   إِلَيْهِ   فَقَالَ   مَا   يُغَيِّبُكَ   عَنِّي قَالَ   إِ نِّي   مُعْسِرٌ  وَ  لَيْسَ   عِنْدِي   قَالَ   آللَّهِ   إِ نَّكَ  مُعْسِرٌ   قَالَ   نَعَمْ   فَبَكَى  أَ بُو   قَتَادَةَ   ثُمَّ   قَالَ   سَمِعْتُ   رَسُولَ   اللَّهِ   صَلَّى   اللَّهُ   عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ   يَقُولُ  مَنْ   نَفَّسَ   عَنْ   غَرِيمِهِ   أَوْ   مَحَا عَنْهُ   كَانَ   فِي   ظِلِّ   الْعَرْشِ  يَوْمَ   الْقِيَامَةِ (
Dari Muhammad Ibnu Ka'ab al Qurazhi t: Sesungguhnya Abu Qatadah t pernah mempunyai piutang (menghutangkan) kepada seseorang, lalu ia mendatanginya untuk menagihnya, namun orang itu bersembunyi darinya. Pada suatu hari ia datang kembali, kemudian keluarlah seorang anak, lalu Abu Qatadah t bertanya kepada anak tersebut mengenai keberadaan orang itu, dan si anak itu menjawab : "Ya, ia berada di rumah". Maka Abu Qatadah t pun memanggilnya seraya berucap : "Hai Fulan, keluarlah, aku tahu bahwa engkau berada di dalam". Maka orang itupun keluar menemuinya. Dan Abu Qatadah t bertanya :"Apa yang menyebabkan engkau bersembunyi dariku?". Orang itu menjawab : "Sesungguhnya aku benar-benar dalam kesulitan dan aku tidak mempunyai sesuatu apapun". "Ya Allah, apakah engkau benar-benar dalam kesulitan?",tanya Abu Qatadah t. "Ya", jawabnya. Maka Abu Qatadah t pun menangis, lalu menceritakan, aku pernah mendengar Rasulullah r bersabda : "Barangsiapa memberi kelonggaran kepada penghutang – atau menghapuskannya – maka ia berada dalam naungan Arsy pada hari kiamat kelak".

تفسير ابن كثير - (ج 1 / ص 718)  :  عن  حذيفة  بن  اليمان،  قال  الحافظ  أبو  يعلى  الموصلي  :   حدثنا  الأخنس  أحمد  بن  عمران   حدثنا  محمد بن  فضيل،  حدثنا  أبو  مالك  الأشجعي،  عن  رِبْعي  بن حراش،  عن  حذيفة  قال  :  قال  رسول  الله  صلى  الله  عليه  و سلم )  أتى الله  بعبد  من  عبيده   يوم  القيامة،  قال :   ماذا  عملت  لي  في  الدنيا؟  فقال  : ما  عملت  لك  يا رب   مثقال  ذرة   في  الدنيا  أر  جوك بها،  قالها  ثلاث  مرات،   قال  العبد  عند  آخرها  :  يا رب،  إنك   أعطيتني  فضل  مال،  و  كنت  رجلا   أبايع   الناس   وكا ن   من خلقي   الجواز،   فكنت   أيسر  على   الموسر، و  أنظر المعسر.  قال  :   فيقول   الله، عز  و جل :  أنا   أحق  من   ييسر، ادخل   الجنة (.
Dari Hudzaifah bin Yaman t, ia menceritakan bahwa Rasulullah r bersabda : "Allah mendatangkan salah seorang hambaNya pada hari kiamat. Dia bertanya : 'Apa yang kau kerjakan di dunia untukKu?'. Ia menjawab : 'Aku tidak mengerjakan sesuatu apapun untukMu ya RabbKu, meski hanya sebesar dzarah (partikel terkecil) di dunia yang denganya aku berharap kepadaMu'. Dia ucapkan hal tersebut tiga kali. Dan pada kalimat yang terakhir hamba itupun berucap : 'Ya RabbKu, sesungguhnya Engkau telah memberikan kepadaku kelebihan harta dan aku adalah seorang yang berdagang dengan orang-orang. Di antara tabiatku adalah mempermudah urusan. Maka aku berikan kemudahan kepada orang yang mampu dan memberi tangguh kepada yang kesulitan'. Setelah itu Allah berfirman : 'Aku lebih berhak memberikan kemudahan itu, masuklah ke dalam syurga'.".

Selanjutnya Allah I menasehati dan mengingatkan hamba-hambaNya akan kefanaan dunia dan musnahnya semua harta kekayaan dan segala yang ada di muka bumi. Untuk kemudian datang alam akhirat dan semua makhluk kembali kepadaNya, dan Allah I menghisab semua yang pernah mereka lakukan, serta memberikan pahala sesuai dengan perbuatan mereka, yang baik maupun yang buruk. Dan Allah I mengingatkan mereka akan siksaanNya, dengan berfirman : (وَ  اتَّقُوا   يَوْ  مًا   تُرْ  جَعُونَ   فِيهِ   إِلَى  اللَّهِ   ثُمَّ تُوَ فَّى   كُلُّ   نَفْسٍ   مَا   كَسَبَتْ  وَ  هُمْ   لاَ   يُظْلَمُونَ) "Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)".

Ada yang meriwayatkan bahwa ayat ini merupakan ayat al-Qur'an yang terakhir turun. Ibnu Lahi'ah meriwayatkan dari 'Atha bin Dinar t, dari Sa'id bin Jubair t, ia mengatakan : "Ayat Al Qur'an yang terakhir turun adalah (وَ  اتَّقُوا   يَوْ  مًا   تُرْ  جَعُونَ   فِيهِ   إِلَى  اللَّهِ   ثُمَّ تُوَ فَّى   كُلُّ   نَفْسٍ   مَا   كَسَبَتْ  وَ  هُمْ   لاَ   يُظْلَمُونَ)". Dan Rasulullah r masih sempat hidup selama sembiulan hari setelah turunnya ayat ini, kemudian beliau meninggal dunia pada hari senin tanggal 2 bulan Rabi'ul Awwal. Demikian diriwayatkan Abi Hatim.

Dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih, dari Ibnu Abbas t, katanya ayat yang terakhir turun adalah firman Allah I (وَ  اتَّقُوا   يَوْ  مًا   تُرْ  جَعُونَ   فِيهِ   إِلَى  اللَّهِ    ) Atsar ini diriwayatkan pula oleh an-nasa'I, dari Abdullah bin 'Abbas t. Demikian juga oleh adh-Dhahak, al-"aufi, dar Ibnu 'Abbas t.


Larangan Riba dalam As-Sunnah

Pelarangan riba dalam Islam tidak hanya merujuk pada Al Qur'an, melainkan juga As-Sunnah (hadits). Hal ini sebagaimana posisi umumnya hadits yang berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut aturan yang telah digariskan melalui Al-Qur'an, maka pelarangan riba dalam hadits lebih terinci.

صحيح البخاري - (ج 21 / ص 143/ح 6351) و صحيح مسلم - (ج 1 / ص 244/ح 129) و سنن أبي داود - (ج 8 / ص 68/ح 2490) و سنن النسائي - (ج 11 / ص 448/ح 3611) و السنن الكبرى للبيهقي - (ج 8 / ص 20) و تفسير ابن أبي حاتم - (ج 44 / ص 265/ح 13274) و مستخرج أبي عوانة - (ج 1 / ص 127/ح 115) و صحيح ابن حبان - (ج 23 / ص 146/ح 5652)  :  حَدَّ ثَنَا  عَبْدُ  الْعَزِ يزِ   بْنُ  عَبْدِ  اللَّهِ  حَدَّ ثَنَا  سُلَيْمَانُ  عَنْ   ثَوْرِ  بْنِ  زَ يْدٍ  عَنْ   أَبِي  الْغَيْثِ عَنْ   أَبِي  هُرَ يْرَ ةَ  عَنِ  النَّبِيِّ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ   قَالَ )  اِجْتَنِبُوا   السَّبْعَ   الْمُو بِِقَاتِ   قَالُوا   يَا رَسُولَ   اللَّهِ   وَ  مَا  هُنَّ قَالَ   الشِّرْكُ   بِاللَّهِ   وَ  السِّحْرُ  وَ  قَـتْلُ   النَّفْسِ   الَّتِي   حَرَّ مَ    اللَّهُ    إِلاَّ   بِالْحَقِّ   وَ  أَكْلُ   الرِّ  بَا   وَ  أَكْلُ   مَالِ   الْيَتِيمِ   وَ  التَّوَ لِّي  يَوْمَ   الزَّحْفِ  وَ  قَذْفُ   الْمُحْصَنَاتِ   الْمُؤْ مِنَاتِ   الْغَافِلاَ تِ (
Dari Abu Hurairah t, sesungguhnya Rasulullah r telah bersabda : "Tinggalkanlah tujuh hal yang dapat membinasakan". Orang-orang bertanya : "Apakah gerangan itu wahai Rasulullah r?". Beliau r menjawab : "(1) Syirik kepada Allah I (2) Sihir (3) Membunuh jiwa yang diharamkan Allah I kecuali dengan hak (4) Memakan Riba (5) Memakan harta anak yatim (6) Melarikan diri waktu diserang musuh dan (7) Menuduh wanita mu'min yang suci tetapi lalai".


Allah I melaknat semua pihak yang turut serta dalam akad riba; Dia melaknat orang yang berhutang, yang mengambilnya, dan orang yang menghutangkannya, penulis yang mencatatnya dan saksi-saksinya. Seperti diriwayatkan dibawah ini :

مسند أحمد - (ج 8 / ص 74/ح3539) و صحيح مسلم - (ج 8 / ص 288/ح 2995) و سنن أبي داود - (ج 9 / ص 164/ح 2895) و سنن الترمذي - (ج 4 / ص 466/ح 1127) و سنن ابن ماجه - (ج 7 / ص 51/ح 2268) و مصنف ابن أبي شيبة - (ج 5 / ص 234) و مصنف عبد الرزاق - (ج 8 / ص 314/ح 15343)  :  حَدَّ ثَنَا مُحَمَّدٌ  حَدَّ ثَنَا  شُعْبَةُ  عَنْ  سِمَاكِ   بْنِ  حَرْبٍ  قَالَ  سَمِعْتُ  عَبْدَ  الرَّحْمَنِ  بْنَ  عَبْدِ اللَّهِ  يُحَدِّثُ  عَنْ  عَبْدِ  اللَّهِ  بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ  إِنَّ  رَسُـولَ   اللَّهِ  صَلَّى   اللَّهُ  عَـلَيْهِ   وَ  سَلَّمَ   قَالَ  )  لَـعَنَ   اللَّهُ   آكِلَ   الرّ ِبَا وَ  مُو كِلَهُ  وَ  شَاهِدَ هُ   وَ  كَاتِبَهُ  (
Dari Abdillah Ibnu Mas'ud t,ia berkata. sesungguhnya Rasulullah r bersabda : "Allah I melaknat pemakan riba, yang mewakili transaksi riba, saksi-saksinya, dan penulisnya"

صحيح البخاري - (ج 7 / ص 487/ح 2084)  :  حَدَّ ثَنَا  حَجَّاجُ    بْنُ   مِنْهَالٍ  حَدَّ ثَنَا  شُعْبَةُ   قَالَ   أَخْبَرَ نِي  عَوْنُ    بْنُ   أَبِي  جُحَيْفَةَ    قَالَ  ) رَ أَ يْتُ  أَبِي  اشْتَرَى  حَجَّا مًا  فَأَمَرَ   بِمَحَاجِمِهِ   فَكُسِرَتْ   فَسَأَ لْتُهُ  عَنْ   ذَلِكَ   قَالَ   إِنَّ   رَسُولَ   اللَّهِ   صَلَّى  اللَّهُ عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ   نَهَى  عَنْ   ثَمَنِ   الدَّمِ  وَ  ثَمَنِ   الْكَلْبِ  وَ  كَسْبِ   اْلأَمَةِ   وَ  لَعَنَ   الْوَ اشِمَةَ   وَ  الْمُسْتَوْ شِمَةَ   وَ  آ  كِلَ   الرِّ بَا وَ   مُو كِلَهُ  وَ  لَعَنَ   الْمُصَوِّرَ (
Diriwayatkan oleh Aun bin Abi Juhaifa, "Ayahku membeli seorang budak yang pekerjaanya membekam (hijamah/mengeluarkan darah kotor). Ayahku kemudian memusnahkan peralatan bekam si budak tersebut. Aku bertanya kepada ayahku mengapa beliau melakukannya. Ayahku menjawab bahwa Rasulullah r melarang untuk menerima uang dari transaksi darah, anjing, dan kasab budak perempuan. Beliau juga melaknat pekerjaan penato dan yang minta ditato, menerima dan memberi riba serta beliau melaknat para pembuat gambar".

Begitu banyaknya model riba ini sehingga kita perlu waspada. Riba bisa berbentuk simpan-pinjam, jual beli, kredit cicilan barang dengan segala model inovasinya, sehingga kita tidak merasa itu adalah perbuatan riba (bahkan semakin modern, riba semakin tersamar) dan inilah yang diperingatkan Rasulullah r dalam hadits-hadits dibawah ini :

سنن الدارقطني - (ج 7 / ص 129/ح 2882) ومسند أحمد - (ج 44 / ص 439/ح 20951) و الآحاد والمثاني لابن أبي عاصم - (ج 8 / ص 30/ح 2433) و سنن الدارقطني - (ج 7 / ص 127/ح 2880) و البحر الزخار ـ مسند البزار - (ج 8 / ص 263/ح 2871)  :  حَدَّ ثَنَا  عَبْدُ  اللَّهِ  بْنُ  مُحَمَّدِ  بْنِ  عَبْدِ  الْعَزِ يزِ  حَدَّ ثَنَا  هَاشِمُ  بْنُ   الْحَارِثِ  حَدَّ ثَنَا عُبَيْدُ  اللَّهِ  بْنُ  عَمْرٍو  عَنْ   لَيْثٍ  عَنْ  عَبْدِ  اللَّهِ   بْنِ   أَبِى   مُلَيْكَةَ  عَنْ  عَبْدِ  اللَّهِ   بْنِ   حَنْظَـلَةَ  أَنَّ   النَّبِىَّ  - صلى  الله  عليه و سلم -  قَالَ  ) دِرْهَمُ   رِبًا   أَشَدُّ  عِنْدَ   اللَّهِ    تَعَالَى   مِنْ   سِتَّةٍ  وَ   ثَلاَ ثِينَ  زَ نــْيَةً    فِى   الْخَطِيئَةِ (.
Dari Abdillah bin Hanzalah t, sesungguhnya Rasulullah r telah bersabda : "Untuk satu dirham riba di sisi Allah I lebih berat dari tiga puluh enam kali berzina menurut (ukuran) kesalahan".

نيل الأوطار - (ج 8 / ص 295)  :  وَ عَنْ  عَبْدِ  اللَّهِ  بْنِ  حَنْظَلَةَ  غِسِّيلِ  الْمَلاَ ئِكَةِ  قَالَ  :  قَالَ  رَسُولُ  اللَّهِ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ ) دِرْهَمُ  رِبًا  يَأْ  كُلُهُ  الرَّجُلُ  وَ  هُوَ   يَعْلَمُ   أَشَدُّ  مِنْ  سِتٍّ  وَ ثَلاَ ثِينَ  زَ نْـيَةً ( رَوَاهُ أَحْمَدُ
Dari Abdillah bin Hanzalah t - yang mayatnya dimandikan malaikat-, ia berkata, sesungguhnya Rasulullah r telah bersabda : "Satu dirham uang riba yang dimakan seseorang padahal dia tahu, (di sisi Allah I) lebih berat (dosanya) dari tiga puluh enam pelacur".

سنن ابن ماجه - (ج 7 / ص 48/ح 2265)  :   حَدَّ ثَنَا  عَبْدُ  اللَّهِ  بْنُ  سَعِيدٍ  حَدَّ ثَنَا  عَبْدُ  اللَّهِ  بْنُ   إِدْرِيسَ  عَنْ   أَبِي  مَعْشَرٍ  عَنْ   سَعِيدٍ   الْمَقْبُرِيِّ   عَنْ   أَبِي  هُرَ يْرَةَ   قَالَ  قَالَ  رَسُولُ   اللَّهِ   صَلَّى  اللَّهُ   عَلَيْهِ  وَ  سَلَّمَ  )  الرِّ بَا   سَبْعُونَ  حُوبًا   أَيْسَرُهَا  أَنْ يَنْكِحَ   الرَّجُلُ   أُمَّهُ  (
Dari Abu Hurairah t, ia berkata,Rasulullah r bersabda : "Untuk riba ada 70 (tujuh puluh) tingkatan, yang paling rendah (derajatnya, tingkatannya seperti) seseorang menzinahi ibunya".

سنن ابن ماجه - (ج 7 / ص 49/2266) :  حَدَّ ثَنَا عَمْرُو  بْنُ  عَلِيٍّ  الصَّيْرَ فِيُّ  أَ بُو  حَفْصٍ  حَدَّ ثَنَا  ابْنُ  أَبِي  عَدِيٍّ  عَنْ  شُعْبَةَ  عَنْ  زُ بَيْدٍ  عَنْ  إِبْرَ اهِيمَ عَنْ  مَسْرُوقٍ  عَنْ  عَبْدِ اللَّهِ  عَنْ  النَّبِيِّ  صَلَّى  اللَّهُ  عَلَيْهِ  وَ سَلَّمَ  قَالَ  )  الرِّ بَا  ثَلاَ ثَةٌ  وَ سَبْعُونَ  بَابًا (
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud t, sesungguhnya Rasulullah r bersabda : "Riba itu ada 73 (tujuh puluh tiga) macam".

المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 5 / ص 364/ح2219) :   ثنا  أبو  بكر  بن  إسحاق ،  و أبو بكر  بن  بالويه  قالا  :  أنبأ  محمد بن  غالب ، ثنا  عمرو  بن  علي ،  ثنا  ابن  أبي  عدي ،  ثنا  شعبة ،  عن  زيد ،  عن   إبر اهيم ،  عن  مسروق ،  عن  عبد  الله ،  عن النبي  صلى  الله  عليه  و سلم  قال ) الربا  ثلاثة  و سبعون  بابا ،  أيسرها  مثل  أن  ينكح  الرجل  أمه , و إن  أربى  الربا عرض   الرجل  المسلم  (
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud t, ia berkata,Rasulullah r bersabda : "Untuk riba ada 73 (tujuh puluh tiga) macam, yang paling rendah (derajatnya, tingkatan dosanya seperti) seseorang menzinahi ibunya sendiri dan sejahat-jahatnya riba adalah menggangu seluruhnya kehormatan seorang muslim".

فقه السنة - الشيخ سيد سابق - (ج 3 / ص 134)  :  قال  صلى  الله  عليه  و سلم  ) الرِّ بَا  تِسْعَةٌ   وَ  تِسْعُوْنَ   بَا بًا،  أَدْنَاهَا   كَأَنْ   يَأْ تِيَ الرَّجُلُ   بِأُمِّهِ (.
Rasulullah r bersabda : "Untuk riba ada 99 (sembilan puluh sembilan) macam, yang paling rendah (derajatnya, adalah seperti) seseorang menzinahi ibunya".

Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa perbuatan yang teringan dari sebuah perbuatan riba walaupun nilainya kecil dan murah, tetap mendapatkan sangsi dosa yang lebih berat dari perzinahan yang berulang-ulang sampai 36 kali atau bahkan dibandingkan dengan 36 pelacur sekaligus, dan semakin hari model dan modifikasi riba semakin tidak terukur banyak macamnya, sehingga kita mengenal hadits dari mulai 70 tingkatan dosa, 73 macam sampai akhirnya 99 macam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar