1. ISTRI ADALAH WAKIL SEORANG SUAMI YANG MEMBUAT RUMAH TANGGA TENANG DAN TERATUR.
صحيح البخاري - (ج 9 / ص 287/ح 2546) و صحيح مسلم - (ج 9 / ص 352/ح 3408) : عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ r يَقُو لُ ) كُلُّكُمْ رَ اعٍ وَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَ اْلإِ مَامُ رَ اعٍ وَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَ الرَّجُلُ رَ اعٍ فِي أَهْلِهِ وَ مَسْئُولٌ عَنْ رَ عِيَّتِهِ وَ الْمَرْ أَ ةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَ اعِيَةٌ وَ مَسْئُو لَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا(
Dari Ibnu 'Umar t berkata ; Aku mendengar Rasulullah r bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam (kepala negara) adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. (Shahih Bukhari, Shahih Muslim)
SEMOGA PARA ISTRI YANG SHOLIHAH DILIMPAHI RAHMATNYA DUNIA DAN AKHIRAT, KARENA ISTRI YANG SHOLIHAHLAH SANG SUAMI MERASA NYAMAN DENGAN URUSAN DALAM RUMAH TANGGANYA.
2. ISTRI SEBAGAI PEMBERI CONTOH KEPADA ANAK-ANAKNYA UNTUK MEMULIAKAN AYAHNYA SEHINGGA ADA RASA HORMAT DAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUANYA DAN MENJAUHKAN DARI PERBUATAN DURHAKA.
وَقَضَى رَ بُّكَ أَ لاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِ يَّاهُ وَ بِالْوَ الِدَ يْنِ إِحْسَا نًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَ كَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَ هُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَ لاَ تَنْهَرْ هُمَا وَ قُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا , وَ اخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّ لِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَ قُلْ رَبِّ ارْ حَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرً ا [الإسراء/23، 24]
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia ; Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS Al Isra (17) : 23-24)
الرِّجَالُ قَوَّ امُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَ بِمَا أَ نْفَقُوا مِنْ أَمْوَ الِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ [النساء/34]
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (QS An Nisaa (4) : 34)
صحيح البخاري - (ج 18 / ص 367/ح 5516) و سنن أبي داود - (ج 13 / ص 352/ح 4475) و مسند أحمد - (ج 14 / ص 272/ح 6734) : عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَ الِدَ يْهِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَ كَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَ الِدَ يْهِ قَالَ يَسُبُّ الرَّجُلُ أَ بَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَ بَاهُ وَ يَسُبُّ أُ مَّهُ (
Dari Abdullah bin 'Amru t dia berkata; Rasulullah r bersabda: "Sesungguhnya termasuk dari dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya sendiri, " beliau ditanya; "Kenapa hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Seseorang mencela (melaknat) ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas mencela ayah dan ibu orang yang pertama (melaknat)." (Shahih Bukhari, Sunan Abu Daud, Musnad Ahmad)
صحيح البخاري - (ج 9 / ص 136/ح 2460) : عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَ ةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) أَ لاَ أُ نَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلاَ ثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ اْلإِشْرَ اكُ بِاللَّهِ وَ عُقُو قُ الْوَ الِدَ يْنِ وَ جَلَسَ وَ كَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَ لاَ وَ قَوْ لُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَ الَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ (
Dari 'Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapaknya t berkata; Nabi r berkata: "Apakah kalian mau aku beritahu dosa besar yang paling besar?" Beliau r menyatakannya tiga kali. Mereka menjawab: "Mau, wahai Rasulullah". Maka Beliau r bersabda: "Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua". Lalu Beliau r duduk dari sebelumnya berbaring kemudian melanjutkan sabdanya: "Ketahuilah, juga ucapan keji (curang) ". Dia berkata: "Beliau terus saja mengatakannya berulang-ulang hingga kami mengatakannya ' Duh sekiranya Beliau diam".(Shahih Bukhari)
سنن النسائي - (ج 17 / ص 151/ح 5577) : عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنَّانٌ وَ لاَ عَاقٌّ وَ لاَ مُدْ مِنُ خَمْرٍ(
Dari Abdullah bin Amru dari Nabi r, beliau bersabda: "Tidak akan masuk surga seorang yang mengungkit-ungkit pemberian, orang yang durhaka (kepada orang tua) dan pecandu khamer." (Sunan Nasa’i)
Dari hadits-hadits ini, semoga para istri MENJADI PARTNER SUAMI memperhatikan tingkah laku anaknya, dari segi ucapan dan perbuatan, semoga bisa mengarahkannya sehingga tidak durhaka dengan ucapan dan perbuatannya. Terkadang ada seorang anak yang membela ibunya dan kurang menghargai ayahnya, atau sebaliknya. Padahal didikan yang baik meletakkan penghormatan kepada keduanya walaupun ibu harus didahulukan ketika keduanya memerintah.
KESENANGAN SEORANG SUAMI ADALAH KETIKA SELURUH KOMPONEN RUMAH TANGGA MENGHORMATI DAN MENGHARGAINYA, ISTRI SELALU TAMPIL DI BAGIAN PALING DEPAN SEBAGAI PEMBERI CONTOH BAGAIMANA MENGHORMATI DAN MENGHARGAI SEORANG KEPALA KELUARGA, DAN ANAK-ANAK BANGGA PUNYA AYAH SEBAGAI SANDARAN DALAM RUMAH TANGGANYA.
3. MENGENAL SELURUH NASAB SUAMI DAN MENDUKUNG SHILATURAHIM DENGAN SELURUH SAUDARANYA.
سنن الترمذي - (ج 7 / ص 249/ح 1902) : عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ عَنِ النَّبِيِّ r قَالَ ) تَعَلَّمُوا مِنْ أَ نْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِي اْلأَهْلِ مَثْرَ اةٌ فِي الْمَالِ مَنْسَأَ ةٌ فِي اْلأَ ثَرِ(
Dari Abu Hurairah t dari Nabi r, beliau bersabda: "Belajarlah dari nasab kalian yang dapat membantu (mempererat) silaturrahmi karena silaturrahmi itu dapat membawa kecintaan dalam keluarga dan memperbanyak harta, serta dapat memperpanjang umur." (Sunan Turmidzi)
مسند أحمد - (ج 35 / ص 185/ح 16675) : عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ r قَالَ ) إِنَّ أَ نْسَابَكُمْ هَذِهِ لَيْسَتْ بِسِبَابٍ عَلَى أَحَدٍ وَ إِ نَّمَا أَ نْتُمْ وَ لَدُ آدَمَ طَفُّ الصَّاعِ لَمْ تَمْلَـئُو هُ لَيْسَ ِلأَحَدٍ فَضْلٌ إِلاَّ بِالدِّينِ أَوْ عَمَلٍ صَالِحٍ حَسْبُ الرَّجُلِ أَنْ يَكُونَ فَاحِشًا بَذِ يًّا بَخِيلاً جَبَا نًا(
Dari Uqbah bin Amir bahwasanya, Rasulullah r bersabda: "Sesungguhnya nasab-nasab kalian ini, bukanlah alat untuk merendahkan orang lain (karena diciptakan dengan status sosial, budaya, ekonomi dan kepintaran yang berbeda). Kalian hanyalah anak Adam, Isi sha' telah jatuh tertumpah dan kalian belum mengisinya (maksudnya kita sudah terlahir tetapi belum diisi dengan sesuatu yang punya nilai dihadapan Allah). Tidak ada keutamaan bagi seseorang kecuali dengan agama atau amalan shalihnya. Cukuplah kecelakaan bagi seseorang jika ia adalah seorang yang berbuat keji, berkata-kata jorok, bakhil dan pengecut (dalam mengatasi masalah keluarga dan saudaranya)." (Musnad Ahmad)
Istri yang sholihah bisa berbaur dan menyatu dengan keluarga suaminya, bahkan mempunyai peran yang kuat, sehingga membantu suaminya menjadi lebih akrab dan menyayangi seluruh kerabatnya. Kehadiran seorang istri sholihah justru menambah nilai manfaat bagi suaminya.
KEHADIRAN SEORANG ISTRI SHOLIHAH JUSTRU MENJADI PEMERSATU KELUARGANYA, BUKAN MENJADI PENGHALANG HUBUNGAN SUAMINYA DENGAN KERABAT DAN KELUARGANYA.
4. MENDORONG SUAMI UNTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUANYA KARENA SUAMI MERUPAKAN HAK IBUNYA.
المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 17 / ص 84/ ح 7353) : عن عائشة ، رضي الله عنها قالت : قلت ) يا رسول الله أَ يُّ النَّاسِ أَعْظَمُ حَقًّا عَلَى اْلمَرْ أَ ةِ ؟ قَالَ : زَوْجُهَا , قُلْتُ : فَأَ يُّ النَّاسِ أَعْظَمُ حَقًّا عَلَى الرَّجُلِ ؟ قَاَل : أُ مُّهُ (
Dari Aisyah t menceritakan, "Aku pernah bertanya (kepada Rasulullah r), "Wahai Rasulullah r siapakah yang paling besar haknya atas seorang wanita?". Beliau r menjawab, "Suaminya". Aku bertanya lagi, "Siapakah yang paling besar haknya atas seorang laki-laki?". Beliau r menjawab, "Ibunya". (Mustadrak ala shahihain Al Hakim)
صحيح مسلم - (ج 12 / ص 397/ح 4628) : عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ r )رَغِمَ أَ نْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَ نْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَ نْفُهُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ أَدْرَ كَ وَ الِدَ يْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ (
Dari Abu Hurairah dia berkata; Nabi r bersabda: "Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!" lalu beliau ditanya; "Siapakah yang celaka, ya Rasulullah?" Jawab Nabi r : "Barang Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan berusaha berbakti kepadanya dengan sebaik-baiknya)." (Shahih Muslim)
سنن الترمذي و سنن ابن ماجه و مسند أحمد : ) الْوَ الِدُ أَوْسَطُ أَ بْوَ ابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوْ اِحْفَظْهُ (
Dari Abu Darda t, ia berkata , "Aku mendengar Rasulullah r bersabda, 'Orang tua (ayah/ibu) adalah tengah-tengahnya pintu dari pintu-pintu syurga. Maka dipersilahkan sesuai kehendakmu jika engkau mau menghilangkan pintu itu (dengan durhaka kepadanya) atau jagalah pintu itu (dengan berbakti kepadanya)". (Sunan Turmidzi, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad)
سنن الترمذي : ) رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الْوَ الِدِ وَ سَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَ الِدِ(
Dari Abdullah bin Umar t, dari Nabi r, beliau bersabda : "Ridha Allah ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan orang tua".(Sunan Turmidzi)
المعجم الأوسط للطبراني - (ج 3 / ص 13/ح 1014) : عن ابن عمر قال : قال رسول الله r : ) بِرُّ وا آباءَكُمْ تَبِرُّ كُمْ أَبْنَاؤَكُمْ ، وَ عِفُّوْ ا تَعِفُّ نِسَاؤُ كُمْ (
Dari Ibnu Umar t ia berkata, bahwa Rasulullah r bersabda : "Berbaktilah kepada orang tuamu, niscaya kelak anak-anakmu akan berbakti kepadamu. Dan peliharalah kehormatan dirimu, niscaya istri-istrimu akan selalu memelihara kehormatannya".(Al Mu’jamul Ausath Ath-Thabrani)
المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 17 / ص 103/ح 7372) : يحدث عن أبي بكرة ، رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله r يقول : ) كُلُّ الذُّ نُوبِ يُؤَ خِّرُ اللهُ مَا شَاءَ مِنْهَا إِلىَ يَوْمََ اْلقِيَامَةِ إِلاَّ عُقُوقُ الوالدين فإن الله تعالى يُعَجِّلُهُ لصاحبه في الحياة قبل الممات (
Dari Abu Bakrah t :, dari Nabi r bahwa beliau bersabda : “Setiap dosa akan Allah tangguhkan (hukumannya) sesuai dengan kehendaknya, kecuali dosa karena durhaka kepada kedua orang tua. Sesungguhnya Allah akan menyegerakan hukuman perbuatan itu kepada pelakunya di dunia ini sebelum ia meninggal”. (Mustadrak ala shahihain Al Hakim)
Dari hadits diatas jelaslah, seorang istri shalihah akan mendorong suaminya melaksanakan kebaktian kepada orang tuanya secara sempurna, jika si suami merasa tertolong dan berterima kasih karena keluarganya diperhatikan, timbal balik yang terjadi adalah diapun ingin melakukan hal yang sama kepada mertuanya.
SEORANG ISTRI SHOLIHAH YANG MEMBUAT ORANG TUA SUAMINYA (MERTUANYA) RIDHO MEMBUKA PINTU RIZKI UNTUK SUAMINYA DAN KELUARGANYA SERTA DIBERIKAN KEBAHAGIAAN KARENA ALLAHPUN RIDHO, SEBALIKNYA SEORANG ISTRI YANG BERTENGKAR DENGAN ORANG TUA SUAMINYA MEMBUAT SUAMI SERBA SALAH, DAN MENUTUP KERIDHOAN ORANG TUANYA, ORANG TUA SUAMI MERASA TERHINA KARENA DILAWAN OLEH MANTU PEREMPUANNYA DAN MENGHALANGI KEMESRAAN ANTARA DIRINYA DAN ANAK LAKI-LAKINYA.
5. ISTRI MENDUKUNG DAN MENDORONG MENGOBARKAN RUH JIHAD DAN DAKWAH SUAMI.
صحيح مسلم - (ج 10 / ص 19/ح 3533) وسنن أبي داود - (ج 7 / ص 17/ح 2141) و سنن النسائي - (ج 10 / ص 139/3046) ومسند أحمد - (ج 18 / ص 52/ح 8510) : عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) مَنْ مَاتَ وَ لَمْ يَغْزُ وَ لَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ (
Dari Abu Hurairah t dia berkata, "Rasulullah r bersabda: "Barangsiapa meninggal sedang ia belum pernah ikut berperang atau belum pernah meniatkan dirinya untuk berjihad, maka ia mati dengan membawa kemunafikan." (Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Nasaie, Musnad Ahmad)
صحيح البخاري - (ج 6 / ص 462/ح 1764) و موطأ مالك - (ج 3 / ص 378/ح 892) و صحيح مسلم - (ج 5 / ص 219/ح 1705) و سنن الترمذي - (ج 12 / ص 133/ح 3607) و سنن النسائي - (ج 8 / ص 155/ح 2396) و مسند أحمد - (ج 15 / ص 354/ ح 7313): عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) مَنْ أَ نْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ نُو دِيَ مِنْ أَ بْوَ ابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَ ا خَيْرٌ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاَ ةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلاَ ةِ وَ مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ وَ مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّ يَّانِ وَ مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَ قَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَ قَةِ فَقَالَ أَ بُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِأَبِي أَ نْتَ وَ أُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَلَى مَنْ دُعِيَ مِنْ تِلْكَ اْلأَ بْوَ ابِ مِنْ ضَرُورَ ةٍ فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ اْلأَ بْوَ ابِ كُلِّهَا قَالَ نَعَمْ وَ أَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ (
Dari Abu Hurairah t bahwa Rasulullah r bersabda: "Barangsiapa yang menginfaqkan dua jenis (berpasangan) dari hartanya di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga; (lalu dikatakan kepadanya): "Wahai 'Abdullah, inilah kebaikan (dari apa yang kamu amalkan). Maka barangsiapa dari kalangan ahlu shalat dia akan dipanggil dari pintu shalat dan barangsiapa dari kalangan ahlu jihad dia akan dipanggil dari pintu jihad dan barangsiapa dari kalangan ahlu shiyam (puasa) dia akan dipanggil dari pintu ar-Rayyan dan barangsiapa dari kalangan ahlu shadaqah dia akan dipanggil dari pintu shadaqah". Lantas Abu Bakar Ash-Shidiq t berkata: "Demi bapak dan ibuku (sebagai tebusan) untukmu wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku, jika seseorang dipanggil diantara pintu-pintu yang ada, itu sebuah kepastian, namun apakah mungkin seseorang akan dipanggil dari semua pintu?". Beliau r menjawab: "Benar, dan aku berharap kamu termasuk diantara mereka".(Shahih Bukhari, Shahih Muslim)
صحيح البخاري - (ج 9 / ص 349/ح 2578) : عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ ) قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مُؤْ مِنٌ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِنَفْسِهِ وَ مَالِهِ قَالُوا ثُمَّ مَنْ قَالَ مُؤْ مِنٌ فِي شِعْبٍ مِنْ الشِّعَابِ يَتَّقِي اللَّهَ وَ يَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرّ ِهِ (
Dari Abu Sa'id Al Khudriy t berkata : "Ditanyakan kepada Rasulullah, siapakah manusia yang paling utama?" Maka Rasulullah r bersabda: "Seorang mu'min yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya". Mereka bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab: "Seorang mu'min yang tinggal diantara bukit dari suatu pegunungan dengan bertaqwa kepada Allah dan meninggalkan manusia dari keburukannya".(Shahih Bukhari)
صحيح البخاري - (ج 9 / ص 350/ح 2579) : عَنْ سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ أَنَّ أَ بَا هُرَ يْرَ ةَ ) قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُو لُ مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ وَ تَوَ كَّلَ اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِهِ بِأَنْ يَتَوَ فَّا هُ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ يَرْجِعَهُ سَالِمًا مَعَ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ (
Dari Sa'id bin Al Musayyab bahwa Abu Hurairah t berkata; Aku mendengar Rasulullah r bersabda: "Perumpamaan seorang mujahid di jalan Allah, dan hanya Allah yang paling tahu siapa yang berjihad di jalan-Nya, seperti seorang yang melaksanakan shaum (puasa) dan berdiri (shalat) terus menerus. Dan Allah berjanji kepada mujahid di jalan-Nya, dimana bila Dia mewafatkannya maka akan dimasukkannya ke surga atau bila Dia mengembalikannya dalam keadaan selamat dia akan pulang dengan membawa pahala atau ghonimah (harta rampasan perang) ".(Shahih Bukhari)
SUBHANALLAH…., ISTRI YANG SELALU MENGINGATKAN BAHWA PERNIKAHAN DALAM RANGKA DAKWAH DAN JIHAD ADALAH SEORANG ISTRI YANG PALING UTAMA, PERNIKAHAN BUKANLAH MENJADI PENGHALANG BAGI SESEORANG UNTUK AKHIRNYA JAUH DARI PERJUANGAN MENEGAKKAN KALIMAT ALLAH, JUSTRU SETELAH PUNYA PENDAMPING YANG SHOLIHAH, SANG SUAMI MENJADI PENEGAK KEBENARAN YANG PENUH SEMANGAT KARENA ADA SOKONGAN SPIRITUAL DARI ISTRI YANG SHOLIHAH.
6. MAMPU MENGELOLA HARTA UNTUK KEHIDUPAN SEHARI-HARI MESKIPUN SEDIKIT DAN MEMBERIKAN DUKUNGAN UNTUK SELALU BERSABAR ATAS KURANGNYA HARTA.
صحيح البخاري - (ج 16 / ص 21/ح 4692) و صحيح مسلم - (ج 12 / ص 345/ح 4591) و مسند أحمد - (ج 19 / ص 464/ح 9421) : عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ رَ ضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ )خَيْر ُ نِسَاءٍ رَ كِبْنَ اْلإِ بِلَ صَالِحُ نِسَاءِ قُرَ يْشٍ أَحْنَاهُ عَلَى وَ لَدٍ فِي صِغَرِ هِ وَ أَرْعَاهُ عَلَى زَوْ جٍ فِي ذَ اتِ يَدِهِ (
Dari Abu Hurairah t, dari Rasulullah r, beliau bersabda : " Wanita yang terbaik yaitu mereka yang pandai mengendari onta. Perempuan Quraisy yang baik ialah yang pandai menyayangi anak-anaknya semasa kecil dan pandai mengurus harta suaminya yang sedikit (miskin)". (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Musnad Ahmad)
سنن الترمذي - (ج 8 / ص 346/ح 2269) و مسند أحمد - (ج 45 / ص 141/ح 21146) : عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) إِنَّ أَغْبَطَ أَوْ لِيَا ئِي عِنْدِي لَمُؤْ مِنٌ خَفِيفُ الْحَاذِ ذُو حَظٍّ مِنَ الصَّلاَ ةِ أَحْسَنَ عِبَادَ ةَ رَ بِّهِ وَ أَطَاعَهُ فِي السِّرِّ وَ كَانَ غَامِضًا فِي النَّاسِ لاَ يُشَارُ إِلَيْهِ بِاْلأَصَابِعِ وَ كَانَ رِزْقُهُ كَفَافًا فَصَبَرَ عَلَى ذَ لِكَ ثُمَّ نَقَرَ بِيَدِ هِ فَقَالَ عُجِّلَتْ مَنِيَّتُهُ قَـلَّتْ بَوَ ا كِيهِ قَلَّ تُرَ ا ثُهُ(
Dari Abu Umamah dari Nabi r bersabda: "Sesungguhnya wali-wali yang terbaik menurutku adalah orang mu`min yang ringan kondisinya, punya bagian (istiqamah) dari shalat, menyembah Rabbnya dengan baik, menaati-Nya saat sepi, tidak dikenali orang dan tidak ditunjuk dengan jari, rizkinya pas-pasan lalu ia bersabar atas hal itu" setelah itu beliau mematok-matokkan tangan beliau r lalu bersabda: "Kematiannya dipercepat, sedikit wanita yang menangisi dan sedikit harta peninggalannya." (Sunan Turmudzi, Musnad Ahmad)
سنن الترمذي - (ج 8 / ص 347/ح 2270) : عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) عَرَ ضَ عَلَيَّ رَ بِّي لِيَجْعَلَ لِي بَطْحَاءَ مَكَّةَ ذَ هَبًا قُلْتُ لاَ يَا رَبِّ وَ لَكِنْ أَشْبَعُ يَوْ مًا وَ أَجُو عُ يَوْ مًا وَ قَالَ ثَلاَ ثًا أَوْ نَحْوَ هَذَ ا فَإِذَ ا جُعْتُ تَضَرَّ عْتُ إِلَيْكَ وَ ذَ كَرْ تُكَ وَ إِذَ ا شَبِعْتُ شَكَرْ تُكَ وَ حَمِدْ تُكَ(
Dari Abu Umamah dari Nabi r, beliau r bersabda: "Rabbku menawarkanku untuk merubah padang pasir Makkah menjadi emas, aku berkata: Rabb, aku hanya ingin kenyang sehari dan lapar sehari (beliau mengucapkan sebanyak tiga kali atau semisalnya) bila aku lapar, aku menundukkan diri padaMu, mengingatMu dan bila aku kenyang, aku bersyukur padaMu dan memujiMu." (Sunan Turmudzi)
Terkadang Allah memberikan kondisi ekonomi yang berbeda-beda tiap keluarga, tetapi bagi istri yang sholihah hal itu tidaklah menjadi kendala, karena kaya, miskin, cukup, ataupun kurang hanyalah sebagai ujian untuk tetap sabar dan bersyukur atas pemberiannya.
BERBAHAGIALAH SEORANG SUAMI YANG MEMPUNYAI PASANGAN BISA BERHEMAT, BISA MENGATUR ANTARA RIZKI DAN KEBUTUHANNYA, JIKA KEKURANGANNYA BANYAK, DIA MENGATURNYA UNTUK SELALU BERPUASA DI HARI-HARI TIDAK ADA UANG, BAHKAN MEMOTIVASI SELURUH KELUARGA SEMOGA TERGOLONG PARA WALI ALLAH YANG TIDAK MENGELUH ATAS KEKURANGAN PEMBERIANNYA, TETAPI SEBALIKNYA TAMBAH MEMOHON DAN MEMINTA KEPADA ALLAH DENGAN PENUH KESABARAN DAN KESYUKURAN.
Buku Rujukan :
1. Al Qur'an Karim, Departemen Agama
2. CD Al Bayan
3. CD Maktabah Syamilah
4. Drs Miftah Faridl, Keluarga Bahagia – Peraturan dan Pembinaan Keluarga, Pustaka, 1406 H-1986 M, Cetakan II, Bandung
5. HSA Alhamdani , Risalah Nikah – Hukum Perkawinan Islam, Pustaka Amani, 1989, Cetakan III, Jakarta.
6. Muhammad Nuruddin Marbu Banjar Al Makky ,Fiqih darah perempuan, , bab haidh
7. Mahmud Mahdi Al-Istanbuly, Kado Perkawinan, Pustaka Azzam, cetakan kesepuluh, Agustus 2002
8. Muhammad Thalib, Ensiklopedi Keluarga Sakinah, Pro-U Media,2008, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar