Al Qur'an

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَ ةَ وَ أْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَ انْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَا بَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلأُمُور [لقمان/17]

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Lukmaan (31) : 71

SILAHKAN DISEBARKAN

SILAHKAN DIPERBANYAK / DISEBARKAN DENGAN COPY PASTE ASAL SEBUTKAN SUMBERNYA, TERIMA KASIH

Senin, 14 Februari 2011

Risalah Nikah (Menuju Keluarga Yang Diridhai dan Dicintai Allah) (Bagian 9)



4.2.Etika Dialog (etika berbicara dan mendengarkan)


Etika dialog dalam kehidupan sangat penting dan diperlukan, banyak persahabatan, perdamaian terjadi karena sebuah dialog yang membuat komunikasi lancar dan terarah, begitu pula sebaliknya banyak bencaana dan permusuhan karena salah dalam berdialog sehingga membuka pintu pertengkaran, perpecahan sampai kepada peperangan.

Dalam persiapan nikahpun etika ini harus dibahas dengan seksama karena banyak rumah tangga berantakan, saling menyalahkan, sampai saling membuka aib masing-masing karena dialog antara suami istri mandek, hal ini akibat kebiasaan mereka sebelum menikah tidak terbiasa dengan konsep dialog yang diajarkan oleh Allah I dan RasulNya atau bahkan mereka tidak tahu konsep tersebut.

Islam mengajarkan bahasa dialog antara dirinya kepada Rabbny, dengan doa, dzikir, dan shalat atau bahasa ibadah lainnya seperti puasa dan zakat. Islam juga mengajarkan bahasa dialog antara sesamanya dengan berbagai perintah mengucapkan hal-hal yang bermanfaat sampai menutup aib saudaranya dan tidak menyebarkannya. Terdapat pula larangan-larangan dari Allah I dan RasulNya untuk dialog yang mengarah kepada kemunkaran dan kemaksiatan.



A. Etika dialog antara dirinya dengan penciptanya


Allah I mengetahui bahwa manusia perlu berdialog dengan diriNya sebagai penciptanya, sebagai curahan hati makhlukNya dikala semua masalah menumpuk dan tak terpecahkan serta setelah manusia di dunia ini tidak bisa menolongnya. Dia mungkin berkuasa tetapi kekuasaan tidak membantu menyelesaikan persoalan bathinnya, dia mungkin banyak harta tetapi harta tidak bisa membuat tekanan mentalnya menjadi longgar, dia mungkin punya istri yang cantik tetapi istrinyapun tidak bisa membuatnya tenang dan tegar menghadapi tekanan mentalnya.

Hanya berdialog dengan Tuhannya yang membuat dia nyaman dan tenang, dan itu sangat alamiah, karena Allah I tempat kembali kita mengadukan segala kesulitan hidup lahir maupun bathin yang tidak pernah tidur, ngantuk ataupun bosan dengan segala keluh kesah kita dan segala permohonan kita.

Adapun cara-cara kita berdialog dengan Allah I untuk menghilangkan gundah gulana kita, dan mempersiapkan mental kita untuk tetap tegar menghadapi segala permasalahan adalah dengan berdialog memakai cara :


1. Dialog dengan shalat


a. Shalat merupakan alat dialog manusia yang paling utama (landasan pokok hubungan manusia yang tertinggi) dan merupakan aktualisasi iman yang bersemayam didalam qalbunya. Dengan shalat dari awal sampai dengan akhir ia dapat berdialog dengan Allah I, mengingat hari akhir (مَالِكِ يَوْمِ الدِّين), mengingat rasul (اَلسَّلاَ مُ عَلَيْكَ اَ يُّهَا النَّبِيُّ), dan dengan shalat pula dapat mengingat Al Qur'an dan selalu memohon petunjuk hidup sesuai dengan aturan Al Qur'an (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيم). Shalat merupakan dialog pengakuan keimanan antara dirinya sebagai hamba yang beriman, dan meninggalkan berarti memutus dialog pengakuan tersebut.

سنن أبي داود - (ج 12 / ص 2874087) و سنن الترمذي - (ج 9 / ص 2062544) و سنن النسائي - (ج 2 / ص 248460) و سنن ابن ماجه - (ج 3 / ص 3771068) : حَدَّ ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ حَدَّ ثَنَا وَ كِيعٌ حَدَّ ثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي الزُّ بَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) بَيْنَ الْعَبْدِ وَ بَيْنَ الْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَ ةِ (

Dari Jaabir t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : "(Batas) antara hamba dan kekufuran adalah meninggalkan Shalat".(Sunan Abi Daud, Sunan Turmudzi, Sunan Nasa'I, Sunan Ibnu Majah)

مسند أحمد - (ج 29 / ص 50014451) و سنن الترمذي - (ج 9 / ص 2052543) و الإبانة الكبرى لابن بطة - (ج 2 / ص 391870) و المعجم الأوسط للطبراني - (ج 16 / ص 4747898) : حَدَّ ثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّ ثَنَا أَ بُو إِسْحَاقَ عَنِ اْلأَعْمَشِ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُولُ ) بَيْنَ الْعَبْد ِ وَ بَيْنَ الْكُفْرِ أَوْ الشِّرْكِ تَرْكُ الصَّلاَ ةِ (

Dari Jaabir t, ia berkata, aku mendengar Rasulullah r bersabda : "(Batas) antara hamba dengan kekufuran atau kemusyrikan adalah meninggalkan shalat".".(Musnad Ahmad, Sunan Turmudzi, Al Ibanatul Kubro Ibnu baththoh, Al Mu'jamul Ausath Ath-Thobroni)

سنن النسائي - (ج 2 / ص 247459) و سنن الترمذي - (ج 9 / ص 2072545) و سنن ابن ماجه - (ج 3 / ص 3781069) و مسند أحمد - (ج 46 / ص 41121859) و السنن الكبرى للبيهقي - (ج 3 / ص 366) : أَخْبَرَ نَا الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَ يْثٍ قَالَ أَ نْبَأَ نَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى عَنِ الْحُسَيْنِ بْنِ وَ اقِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَ يْدَ ةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) إِنَّ الْعَهْدَ الَّذِي بَيْنَنَا وَ بَيْنَهُمْ الصَّلاَ ةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ (

Dari Abdullah ibnu Buraidah dari bapaknya t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : "Sesungguhnya ikatan antara mereka dan kita adalah shalat, barangsiapa meninggalkannya maka ia telah kafir".(Sunan Turmudzi, Sunan Nasa'I, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad, Sunanul Kubro Al Baihaqi)

سنن الترمذي - (ج 9 / ص 2082546) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 1 / ص 1512) : حَدَّ ثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّ ثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ عَنِ الْجُرَ يْرِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ الْعُقَيْلِيِّ قَالَ ) كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لاَ يَرَوْنَ شَيْئًا مِنَ اْلأَعْمَالِ تَرْ كُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلاَ ةِ (

Dari Abdillah ibnu Syaqiiq al 'Uqayli t, ia berkata : " Para sahabat Rasulullah r tidak pernah menilai suatu amalan yang ditinggalkan sebagai kekufuran kecuali shalat".".( Sunan Turmudzi, Al Mustadrak 'Ala Shahihain)

صحيح البخاري - 2 / ص 387520) و سنن النسائي - (ج 2 / ص 265470) و مسند أحمد - (ج 46 / ص 43121879) : حَدَّ ثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَ اهِيمَ قَالَ حَدَّ ثَنَا هِشَامٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي قِلاَ بَةَ عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ قَالَ كُنَّا مَعَ بُرَ يْدَ ةَ قَالَ فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) مَنْ تَرَ كَ صَلاَ ةَ الْعَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ (

Dari Buraidah t, ia berkata, sesungguhnya nabi r telah bersabda :"Barangsiapa meninggalkan shalat Ashar, maka amalnya menjadi batal (tertolak). ".(Shahih Bukhari, Musnad Ahmad, Sunan Nasa'I)

المعجم الأوسط للطبراني - (ج 4 / ص 389/ح 1929) : عَنْ عَبْدِ اللّهِ بْنِ قرْطٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) أَوَّ لَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ اْلعَبْدِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ الصَّلاَ ةُ ، فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ لَهُ سَا ئَرِ عَمَلُهَ ، وَ إِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَا ئَرِ عَمَلُهَ (

Dari Abdillah bin Qarthin t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : "Yang pertama kali dihisab dari amal seseorang kelak pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka semua amal yang lain dianggap baik. Dan apabila shalatnya jelek, maka hancurlah seluruh amal yang lain". (Al Mu'jamul Ausath Ath-Thobroni)


b. Kemantapan aqidah dan keistiqamahan dalam beramal sesuai syariat Allah I ditentukan oleh intensitas dialog shalatnya.

إِنَّ الصَّلاَ ةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ [العنكبوت/45]

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.(QS Al Ankabuut (29) : 45)

Dialog dengan sholatpun menjadi sebuah penilaian (neraca) dari Allah I, dalam pelaksanaannya dan pengamalan dalam kehidupan sehari-harinya.

وَ إِذَ ا قَامُوا إِلَى الصَّلاَ ةِ قَامُوا كُسَالَى [النساء/142]

Dan apabila mereka (orang-orang munafik) berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. (QS An-Nisaa (4) : 142)

فَوَ يْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاَ تِهِمْ سَاهُونَ (5) [الماعون/4، 5]

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (4) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (5) (QS Al Maauun (107) : 4-5)

صحيح مسلم - (ج 3 / ص 386/ح 1045) و مستخرج أبي عوانة - (ج 3 / ص 148/ح 988) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 10 / ص 279/ح 4893) و صحيح ابن حبان - (ج 9 / ص 187/ح 2135) : حَدَّ ثَنَا أَ بُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ الْعَبْدِيُّ حَدَّ ثَنَا زَ كَرِيَّاءُ بْنُ أَبِي زَ ائِدَ ةَ حَدَّ ثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ عَنْ أَبِي اْلأَحْوَ صِ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ ) لَقَدْ رَ أَ يْتُنَا وَ مَا يَتَخَلَّفُ عَنِ الصَّلاَ ةِ إِلاَّ مُنَافِقٌ قَدْ عُلِمَ نِفَاقُهُ (

Dari Abdullah bin Mas'ud t berkata : "Sesungguhnya aku mengamati (masyarakat) kami bahwa tidak seorangpun yang meninggalkan shalat kecuali orang munafik yang telah diketahui kemunafikannya". (Shahih Muslim, Mustakhrij Abi Awanah, Musnad Abi Ya'la, Shahih Ibnu Hibban)

Ternyata dialog ini menyebabkan syarat tegaknya keislaman seseorang. Semua ajaran Islam sesudahnya adalah merupakan konsekuensi dari dialog ini, sehingga fungsi shalat itu haruslah mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar. Dan amalan terbaik bagi seorang muslim dalam berkomunikasi sehingga dekat dengan Allah I adalah dengan dialog shalat ini.

سنن ابن ماجه - (ج 1 / ص 326/ح 273) و موطأ مالك - (ج 1 / ص 86) و مسند أحمد - (ج 45 / ص 359/ح 21344)و السنن الكبرى للبيهقي - (ج 1 / ص 457) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 1 / ص 436/ح 412) و المعجم الأوسط للطبراني - (ج 15 / ص 294/ح 7218) و سنن الدارمي - (ج 2 / ص 238/ح 680) : حَدَّ ثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّ ثَنَا وَ كِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ ثَوْ بَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) اسْتَقِيمُوا وَ لَنْ تُحْصُوا وَ اعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَ ةَ وَ لاَ يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُو ءِ إِلاَّ مُؤْمِنٌ (

Dari Tsauban t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : "Tetap teguhlah kamu, jangan bergeser, dan ketahuilah amalmu yang terbaik adaalah shalat, dan tidaklah akan memelihara wudhu kecuali orang beriman".(Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad, Sunanul Kubro Al Baihaqi, Al Mustadrak 'Ala Shahihain, Al Mu'jamul Ausath Ath-Thobroni, Sunan Ad-Daaromi)

صحيح مسلم - (ج 3 / ص 29/ح 744) و سنن أبي داود - (ج 3 / ص 41/ح 741) و سنن النسائي - (ج 4 / ص 336/ح 1125) و مسند أحمد - (ج 19 / ص 126/ح 9083) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 2 / ص 480/ح 924) و مستخرج أبي عوانة - (ج 4 / ص 197/ح 1472) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 13 / ص 403/ح 6520) و صحيح ابن حبان - (ج 8 / ص 345/ح 1962) : حَدَّ ثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ وَ عَمْرُو بْنُ سَوَّ ادٍ قَالاَ حَدَّ ثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ عُمَارَ ةَ بْنِ غَزِ يَّةَ عَنْ سُمَيٍّ مَوْ لَى أَبِي بَكْرٍ أَ نَّهُ سَمِعَ أَ بَا صَالِحٍ ذَ كْوَ انَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) أَ قْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَ بِّهِ وَ هُوَ سَاجِدٌ فَأَ كْثِرُوا الدُّعَاءَ (

Dari Abu Hurairah t, sesungguhnya Rasulullah r telah bersabda : "Saat terdekat bagi seorang hambanya kepada Rabb-nya adalah pada saat ia bersujud, (maka perpanjanglah dialognya) dengan memperbanyak do'a".(Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan Nasa'I, Musnad Ahmad, Mustakhrij Abi Awanah, Musnad Abi Ya'la, Shahih Ibnu Hibban, Al Mustadrak 'Ala Shahihain)

صحيح مسلم - (ج 3 / ص 39/ح 753) و مسند أحمد - (ج 45 / ص 358/ح 21343) : حَدَّ ثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّ ثَنَا الْوَ لِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ سَمِعْتُ اْلأَوْزَ اعِيَّ قَالَ حَدَّ ثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ هِشَامٍ الْمُعَيْطِيُّ حَدَّ ثَنِي مَعْدَ انُ بْنُ أَبِي طَلْحَةَ الْيَعْمَرِيُّ قَالَ لَقِيتُ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقُلْتُ ) أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْخِلُنِي اللَّهُ بِهِ الْجَنَّةَ أَوْ قَالَ قُلْتُ بِأَحَبِّ اْلأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ فَسَكَتَ ثُمَّ سَأَ لْتُهُ فَسَكَتَ ثُمَّ سَأَ لْتُهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ سَأَ لْتُ عَنْ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ عَلَيْكَ بِكَثْرَ ةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَ ةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً قَالَ مَعْدَ انُ ثُمَّ لَقِيتُ أَ بَا الدَّرْدَ اءِ فَسَأَ لْتُهُ فَقَالَ لِي مِثْلَ مَا قَالَ لِي ثَوْبَانُ (

Ma'dan Ibnu Abi Thalhah berkata : "Aku pernah dengan sengaja menemui Tsauban, budak yang dimerdekakan oleh Rasulullah r, lalu kutanyakan : "Katakanlah kepadaku tentang perbuatan yang dapat kulakukan, yang dengannya Allah I dapat memasukkan aku ke surga ; atau ia bertanya tentang perbuatan yang paling dicintai Allah I, kemudian ia (Tsauban) diam. Lalu kutanyakan lagi, dan ia tetap diam, kutanyakan yang ketiga kalinya, akhirnya ia menjawab : Aku pernah bertanya kepada Rasulullah r tentang hal itu. Beliau menjawab : 'Hendaklah kamu memperbanyak sujud, karena tidaklah kamu bersujud sekali sujud kepada Allah I, melainkan Allah I mengangkat derajatmu dan menghapuskan kesalahanmu'. Ma'dan berkata, kemudian aku datangi Abu Darda' t dan kutanyakan kepadanya, ia menjawab seperti jawaban Tsauban kepadaku".(Shahih Muslim, Musnad Ahmad)


c. Jika dialog shalat ini merupakan simbol penghambaan setulus-tulusnya kepada Allah I, maka shalat sulit dilaksanakan oleh manusia yang kuang beriman, bahkan cenderung memberatkannya.

وَ إِ نَّهَا لَكَبِيرَ ةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ (45) الَّذِينَ يَظُـنُّونَ أَ نَّهُمْ مُلاَ قُو رَ بِّهِمْ وَ أَ نَّهُمْ إِلَيْهِ رَ اجِعُونَ (46) [البقرة/45، 46]

Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`(45) (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.(46) (QS Al Baqarah (2) : 45 - 46)

Manusia yang imannya kepada hari akhir mantap dan yakin bahwa dirinya pasti menghadap Allah I serta kembali kepadaNya maka shalat baginya adalah dialog penyejuk hati, seperti halnya Rasulullah r.

سنن النسائي - (ج 12 / ص 288/ح 3878) و مسند أحمد - (ج 24 / ص 392/ح 11846) و السنن الكبرى للبيهقي - (ج 7 / ص 78) و المعجم الأوسط للطبراني - (ج 11 / ص 439/ح 5361) و تفسير ابن أبي حاتم - (ج 12 / ص 13/ح 3296) و مستخرج أبي عوانة - (ج 8 / ص 294/ح 3261) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 8 / ص 50/ح 3436) : حَدَّ ثَنِي الشَّيْخُ اْلإِمَامُ أَ بُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ النَّسَائِيُّ قَالَ أَخْبَرَ نَا الْحُسَيْنُ بْنُ عِيسَى الْقُوْ مَسِيُّ قَالَ حَدَّ ثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ حَدَّ ثَنَا سَلاَ مٌ أَ بُو الْمُنْذِرِ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَ نَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّ نْيَا النِّسَاءُ وَ الطِّيبُ وَ جُعِلَ قُرَّ ةُ عَيْنِي فِي الصَّلاَ ةِ (

Dari Anas bin Malik t, ia berkata, telah bersabda Rasulullah r : "Diantara duniamu yang dijadikan kecintaanku adalah wewangian dan wanita, dan telah dijadikan penyejuk hatiku di dalam shalat".".(Sunan Nasa'I, Musnad Ahmad, Sunanul Kubro Al Baihaqi ,Mustakhrij Abi Awanah, Musnad Abi Ya'la, Tafsir Ibnu Hatim)


d. Dengan shalat ini semua dosa dan kesalahan dapat dihapuskan. Dialog ini merupakan pembaharuan hubungan dan janji, penyucian masa lalu dan pembukaan lembaran baru dengan Allah I.

صحيح البخاري - (ج 2 / ص 355/ح12) و صحيح مسلم - (ج 3 / ص 419) و سنن الترمذي - (ج 10 / ص 95/ح 2794) و سنن النسائي - (ج 2 / ص 245/ح 458) و مسند أحمد - (ج 18 / ص 111/ح 8569) و السنن الكبرى للنسائي - (ج 1 / ص 143/ح 323) و سنن الدارمي - (ج 10 / ص 419/ح 1228) و مستخرج أبي عوانة - (ج 2 / ص 387/ح 767) و صحيح ابن حبان - (ج 7 / ص 446/ح 1756) : حَدَّ ثَنَا إِبْرَ اهِيمُ بْنُ حَمْزَ ةَ قَالَ حَدَّ ثَنِي ابْنُ أَبِي حَازِ مٍ وَ الدَّرَ اوَرْدِيُّ عَنْ يَزِيدَ يَعْنِي ابْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَ اهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ أَ نَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُولُ ) أَرَ أَ يْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرً ا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَر َنِهِ قَالُوا لاَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَ اتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَا يَا (

Dari Abu Hurairah t, ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah r bersabda : "Bukankah kamu telah melihat, apabila didepan pintu rumah salah seorang diantara kamu mengalir sebuah sungai lalu dia mandi lima kali setiap hari, masih adakah kotoran yang tinggal di badannya?". Jawab para sahabat : "Tidak ada sedikitpun kotoran yang menempel di badannya". Lalu Rasulullah r bersabda : "Demikianlah perumpamaan shalat lima waktu. Dengan shalat lima waktu itulah Allah I mengampuni segala dosa".(Shahih Bukhari, Sunan Turmudzi, Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan Nasa'I, Musnad Ahmad, Mustakhrij Abi Awanah, , Shahih Ibnu Hibban)

صحيح مسلم - (ج 2 / ص 21/ح 342) و سنن الترمذي - (ج 1 / ص 363/ح 198) و سنن ابن ماجه - (ج 3 / ص 387/ح 1076) و مسند أحمد - (ج 20 / ص 439/ح 9895) ومستخرج أبي عوانة - (ج 3 / ص 188/ح 1025) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 13 / ص 250/ح 6355) و صحيح ابن حبان - (ج 10 / ص 307/ح 2459) و صحيح ابن خزيمة - (ج 2 / ص 72/ح 315) : حَدَّ ثَنَا يَحْيَى بْنُ أَ يُّوبَ وَ قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَ عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ كُلُّهُمْ عَنْ إِسْمَعِيلَ قَالَ ابْنُ أَ يُّوبَ حَدَّ ثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَ نِي الْعَلاَءُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْقُوبَ مَوْلَى الْحُرَ قَةِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُر َ يْرَ ةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) الصَّلاَ ةُ الْخَمْسُ وَ الْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَ ةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ (

Dari Abu Hurairah t, ia berkata, bahwa Rasulullah r bersabda : "Shalat lima waktu, dan shalat jum'at hingga jum'at berikutnya, adalah penebus dosa antara keduanya selagi tidak melakukan dosa besar".".(Shahih Muslim, Sunan Turmudzi, Musnad Ahmad, Mustakhrij Abi Awanah, Musnad Abi Ya'la, Shahih Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Huzaimah)


e. Menegakkan shalat berarti meninggalkan semua larangan dan mengerjakan semua perintah yang terkandung di dalamnya. Dialog dengan Allah I lewat sholat ini terdapat syarat, rukun, kewajiban sunah, adab, hal-hal yang makruh dan membatalkan. Jika seseorang memenuhi syarat, rukun, kewajiban, sunah dan adabnya, dan ia meninggalkan yang membatalkannya maka ia telah menegakkan shalat. Allah I menjadikan Faridhah 'kewajiban' dan nawafil 'sunnah' untuk menutupi kekurangan kewajiban (faridhah), atau meningkatkan derajat jika tidak ada kekurangan di dalam shalat wajibnya. Orang yang di dalam shalatnya tidak ada kekurangan maka sempurnalah orang itu, hanya golongan seperti ini sedikit sekali.

سنن أبي داود - (ج 3 / ص 29/ح 733) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 2 / ص 478/ح 922) : حَدَّ ثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَ اهِيمَ حَدَّ ثَنَا إِسْمَعِيلُ حَدَّ ثَنَا يُونُسُ عَنِ الْحَسَنِ عَنْ أَ نَسِ بْنِ حَكِيمٍ الضَّبِّيِّ قَالَ ....قَالَ يُونُسُ وَ أَحْسَبُهُ ذَكَرَ هُ عَنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَا سَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَ ةُ قَالَ يَقُولُ رَ بُّنَا جَلَّ وَ عَزَّ لِمَلاَ ئِكَتِهِ وَ هُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِي صَلاَ ةِ عَبْدِي أَ تَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَ إِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّ عِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ اْلأَعْمَالُ علَى ذَ اكُمْ (

Dari Yunus, ia berkata, sesungguhnya Nabi r bersabda : " Amal perbuatan manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Allah I berfirman kepada para malaikat, karena Dia yang lebih mengetahui : Perhatikan shalat hamba-Ku itu, apakah ia menyempurnakan atau menguranginya?. Jika shalatnya itu sempurna maka ditetapkan baginya sebagai shalat yang sempurna dan jika ia kurang sedikit didalam melakukannya, maka perhatikanlah, apakah hambaku itu mengerjakan shalat tathawu (shalat sunnat tambahan)?. Jika ia melakukan shalat tathawu maka sempurnakanlah shalat fardhu hamba-Ku yang kurang itu dengan shalat tathawu yang dikerjakannya. Selanjutnya seperti itulah amal fardhu yang lainnya diperlakukan".(Sunan Abi Daud, Al Mustadrak 'Ala Shahihain)

سنن أبي داود - (ج 2 / ص 450/ح 675) و مسند أحمد - (ج 38 / ص 353/ح18136) : حَدَّ ثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ بَكْرٍ يَعْنِي ابْنَ مُضَرَ عَنِ ابْنِ عَجْلاَ نَ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْحَكَمِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَنَمَةَ الْمُزَ نِيِّ عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُولُ ) إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَ مَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَ تِهِ تُسْعُهَا ثُمْنُهَا سُبْعُهَا سُدْسُهَا خُمْسُهَا رُ بْعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا (

Dari Ammar bin Yasir t, ia berkata, Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya orang yang menyelesaikan shalatnya, tetapi tidak ditulis baginya kecuali sepersepuluh shalatnya, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, seperduanya".".( Sunan Abi Daud, Musnad Ahmad)


f. Berdialog dengan shalat wajib yang sering dia lakukan adalah di masjid. Dia juga menjadikan masjid sebagai pusat Islam.

وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدً ا [الجن/18]

Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS Al Jin (72) : 18)

Menyemarakkan masjid adalah bukti tanda ikatan komunikasi bathin dirinya dan Tuhannya, dan tanda keterikatan seorang muslim terhadap Islam dan kaum muslimin.

إِ نَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَ الْيَوْمِ اْلآَخِرِ وَ أَ قَامَ الصَّلاَةَ وَ آَتَى الزَّ كَاةَ وَ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُو نُوا مِنَ الْمُهْتَدِين [التوبة/18]

Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS At-taubah (9) : 18)

صحيح مسلم - (ج 3 / ص 386/ح 1045) و مستخرج أبي عوانة - (ج 3 / ص 148/ح 988) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 10 / ص 279/ح 4893) و صحيح ابن حبان - (ج 9 / ص 187/ح 2135) : حَدَّ ثَنَا أَ بُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ الْعَبْدِيُّ حَدَّ ثَنَا زَ كَرِيَّاءُ بْنُ أَبِي زَ ائِدَ ةَ حَدَّ ثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ عَنْ أَبِي اْلأَحْوَ صِ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ ) لَقَدْ رَ أَ يْتُنَا وَ مَا يَتَخَلَّفُ عَنِ الصَّلاَ ةِ إِلاَّ مُنَافِقٌ قَدْ عُلِمَ نِفَاقُهُ أَوْ مَرِ يضٌ إِنْ كَانَ الْمَرِيضُ لَيَمْشِي بَيْنَ رَجُلَيْنِ حَتَّى يَأْتِيَ الصَّلاَ ةَ وَ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَّمَنَا سُنَنَ الْهُدَ ى وَ إِنَّ مِنْ سُنَنِ الْهُدَ ى الصَّلاَ ةَ فِي الْمَسْجِدِ الَّذِي يُؤَذَّنُ (

Dari Abdullah bin Mas'ud t berkata : "Sesungguhnya aku mengamati (masyarakat) kami bahwa tidak seorangpun yang meninggalkan shalat kecuali orang munafik yang telah diketahui kemunafikannya, atau orang sakit. Namun orang yang sakitpun akan berjalan diantara dua orang (dipapah) untuk melaksanakan shalat". Ibnu Mas'ud t berkata : "Sesungguhnya Rasulullah r mengajarkan kami sunnah-sunnah berpetunjuk (sunan al huda). Dan diantara sunah-sunah itu adalah shalat di masjid yang diserukan Adzan didalamnya".(Shahih Muslim, Mustakhrij Abi Awanah, Musnad Abi Ya'la, Shahih Ibnu Hibban)

سنن أبي داود - (ج 2 / ص 154/ح 463) : حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ عَبَّادٍ اْلأَزْدِيُّ حَدَّ ثَنَا وَ كِيعٌ عَنِ الْمَسْعُودِيِّ عَنْ عَلِيِّ بْنِ اْلأَقْمَرِ عَنْ أَبِي اْلأَحْوَصِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ ... )وَ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ وَ لَهُ مَسْجِدٌ فِي بَيْتِهِ وَ لَوْ صَلَّيْتُمْ فِي بُيُو تِكُمْ وَ تَرَ كْتُمْ مَسَاجِدَكُمْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ لَوْ تَرَ كْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَكَفَرْ(

Ibnu Ma'ud t menambahkan : "Dan tidak seorangpun dari kamu kecuali mempunyai masjid di rumahnya. Apabila kamu shalat di rumahmu dan meninggalkan masjidmu, berarti kamu telah meninggalkan sunah Nabimu. Jika kamu tinggalkan sunah Nabimu, maka kamu menjadi kafir".( Sunan Abi Daud)

Inilah dialog shalat dengan tuhannya yang saat ini sering ditinggalkan umat, maka tidak heran ketika dialog dengan tuhannya ataupun urusan kehidupan tidak berpusat di masjid kekufuran akan menimpa bathin kita sedikit demi sedikit.

صحيح مسلم - (ج 3 / ص 380/ح 1041) : حَدَّ ثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّ ثَنَا أَبِي حَدَّ ثَنَا اْلأَ عْمَشُ ح و حَدَّ ثَنَا أَ بُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَ أَ بُو كُرَ يْبٍ وَ اللَّفْظُ لَهُمَا قَالاَ حَدَّ ثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنِ اْلأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) إِنَّ أَ ثْقَلَ صَلاَ ةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلاَ ةُ الْعِشَاءِ وَ صَلاَ ةُ الْفَجْرِ وَ لَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا َلأَ تَوْ هُمَا وَ لَوْ حَبْوً ا وَ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِالصَّلاَ ةِ فَتُقَامَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيُصَلِّيَ بِالنَّاسِ ثُمَّ أ َنْطَلِقَ مَعِي بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حُزَ مٌ مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لاَ يَشْهَدُونَ الصَّلاَ ةَ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ (

Dari Abu Hurairah t, ia berkata, bahwa Rasulullah r bersabda : "Shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan Fajar (shalat shubuh). Andaikan mereka tahu apa yang ada pada keduanya, niscaya mereka menghadirinya sekalipun dengan merangkak. Dan sungguh rasanya aku hendak menyuruh (orang-orang) mengerjakan shalat kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami mereka, lalu aku berangkat bersama orang-orang dengan membawa kayu kepada orang-orang yang tidak hadir untuk melaksanakan shalat, kemudian aku bakar rumah mereka"".(Shahih Muslim)

صحيح مسلم - (ج 3 / ص 392/ح 1049) و سنن أبي داود - (ج 2 / ص 160/ح 468) و مسند أحمد - (ج 1 / ص 390/ح 385) و السنن الكبرى للبيهقي - (ج 1 / ص 464) و مصنف عبد الرزاق - (ج 1 / ص 525/ح 2008) و سنن الدارمي - (ج 3 / ص 458/ح 1271) و مستخرج أبي عوانة - (ج 3 / ص 138/ح 979) و صحيح ابن حبان - (ج 9 / ص 109/ح 2095) و صحيح ابن خزيمة - (ج 5 / ص 384/ح 1394) : عن عثمان بن عفان - رضي الله عنه - ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُول اللهِ - صلى الله عليه وسلم - ، يقول ) مَنْ صَلَّى العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ ، فَكَأ نَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ ، وَ مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ في جَمَاعَةٍ ، فَكَأ نَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ ( رواه مُسلِم . و في رواية الترمذي عن عثمان بن عفان - رضي الله عنه - ، قَالَ : قال رَسُول اللهِ - صلى الله عليه وسلم - : ) مَنْ شَهِدَ العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفَ لَيلَةٍ ، وَ مَنْ صَلَّى العِشَاءَ وَ الفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ ، كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ (

Dari Utsman bin Affan t, ia berkata, Rasulullah r pernah bersabda : "Barangsiapa mengerjakan shalat Isya berjama'ah, maka baginya seperti pahala beribadah setengah malam. Barang siapa mengerjakan shalat shubuh berjamaah, maka baginya pahala beribadah semalam suntuk". (Redaksi Lafadz HR Muslim) ; Dalam HR Turmudzi redaksinya seperti dibawah ini : Dari Utsman bin Affan t, ia berkata, Rasulullah r telah bersabda : "Barangsiapa melaksanakan shalat Isya berjamaah, maka baginya seperti pahala beribadah setengah malam. Barang siapa shalat Isya dan Shubuh berjamaah maka baginya seperti pahala beribadah semalam suntuk".".(Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Musnad Ahmad, Sunan Ad-Daroomi, Mustakhrij Abi Awanah, Musnad Abi Ya'la, Shahih Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Huzaimah)

رياض الصالحين - (ج 2 / ص 17) : و عن أبي هريرة - رضي الله عنه - ، قَالَ : قال رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - ) صَلاَ ةُ الرَّجُلِ في جَمَاعةٍ تُضَعَّفُ عَلَى صَلاَ تِهِ فِي بَيْتهِ وَ فِي سُوقِهِ خَمْساً وَ عِشْرِينَ ضِعْفَاً ، وَ ذلِكَ أَ نَّهُ إذَا تَوَضَّأ فَأحْسَنَ الوُضُوءَ ، ثُمَّ خَرَجَ إلى المَسْجِدِ ، لاَ يُخرِجُهُ إلاَّ الصَّلاَ ةُ ، لَمْ يَخْطُ خَطْوَ ةً إلاَّ رُ فِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ ، وَ حُطَّتْ عَنهُ بِهَا خَطِيئَةٌ ، فَإذَ ا صَلَّى لَمْ تَزَ لِ المَلائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَ امَ في مُصَلاَّ هُ ، مَا لَمْ يُحْدِث تقولُ : اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيهِ ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ ، وَ لاَ يَزَ الُ في صَلا ةٍ مَا ا نْتَظَرَ الصَّلاَةَ ( متفقٌ عَلَيهِ ، وهذا لفظ البخاري .

Dari Abu Hurairah t, bahwa Rasulullah r bersabda : "Shalat seseorang dengan berjamaah membuat pahalanya berlipat ganda dari pada shalat di rumah atau di pasar dengan dua puluh lima kali lipat. Hal itu, apabila dia berwudhu dengan bagus, lalu pergi ke masjid hanya bertujuan untuk shalat, maka setiap langkahnya diangkat satu derajat baginya, dan digugurkan satu dosanya. Apabila dia telah melakukan shalat, maka para Malaikat mendoakan rahmat dan istighfar baginya, selagi dia tetap di tempat shalatnya, selagi dia belum berhadats. Para malaikat mengucapkan : 'Wahai Allah! Limpahkanlah shalawat kepadanya. Wahai Allah rahmatilah dia'. Dan orang itu masih tercatat didalam shalat, selama dia menunggu shalat".".(Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan Nasa'I, Musnad Ahmad, Mustakhrij Abi Awanah, Musnad Abi Ya'la, Shahih Ibnu Hibban, Al Mustadrak 'Ala Shahihain)


g. Shalat merupakan dialog yang mewujudkan manusia terbebas dari segala bentuk kelemahan, dan meningkat menjadi makhluk terbaik yang memiliki sifat yang difirmankan dibawah ini :

إِنَّ اْلإِ نْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (19) إِذَ ا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَ إِذَ ا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (21) إِلاَّ الْمُصَلِّينَ (22) الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاَ تِهِمْ دَ ائِمُونَ (23) وَ الَّذِ ينَ فِي أَمْوَ الِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ (24) لِلسَّائِلِ وَ الْمَحْرُومِ (25) وَ الَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ (26) وَ الَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَ ابِ رَ بِّهِمْ مُشْفِقُونَ (27) إِنَّ عَذَ ابَ رَ بِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُونٍ (28) وَ الَّذِ ينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (29) إِلا عَلَى أَزْوَ اجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَ يْمَا نُهُمْ فَإِ نَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (30) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَ اءَ ذَلِكَ فَأُو لَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (31) وَ الَّذِينَ هُمْ ِلأَ مَا نَا تِهِمْ وَ عَهْدِ هِمْ رَ اعُونَ (32) وَ الَّذِ ينَ هُمْ بِشَهَادَ اتِهِمْ قَائِمُونَ (33) وَ الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاَ تِهِمْ يُحَافِظُونَ (34) أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ (35) [المعارج/19-35]

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (19) Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah (20) dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir (21) kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat (22) yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya (23) dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu (24) bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta) (25) dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan (26) dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. (27) Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). (28) Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya (29) kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. (30) Barangsiapa mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (31) Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (32) Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. (33) Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. (34) Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan. (35) (QS Al Ma'aarij (70) : 19-35)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar