Amanat merupakan suatu hal yang komprehensif yang dibebankan kepada seseorang atau dipercayakan kepadanya. Amanat ini mencakup hak-hak Allah I, seperti berbagai macam kewajiban. Juga mencakup hak-hak hamba, seperti barang-barang yang dititipkan. Oleh karena itu, seseorang berkewajiban untuk menunaikan amanat dengan sebaik-baiknya. Dia harus menunaikannya kepada pemiliknya yang sah dan tidak menyembunyikan, mengingkari, atau membelanjakannya tanpa adanya izin yang dibenarkan syariat. Allah I berfirman :
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ كُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأَمَا نَاتِ إِلَى أَهْلِهَا [ النساء : 58]
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya (QS An-Nisaa (4) : 58)
Allah U memerintahkan agar hambaNya menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. Hal itu mencakup seluruh macam amanat yang wajib bagi manusia, baik yang berupa hak-hak Allah I atas hamba-hambaNya, yang terdiri dari shalat, zakat, puasa, haji, berbagai macam nadzar, kaffarat, dan lain-lain yang telah diamanatkan kepadanya, dan tidak diperlihatkan kepada semua hamba. Dan juga berupa hak-hak hamba atas hamba lainnya, misalnya jabatan, wewenang, titipan dan lain-lain yang dipercayakan kepadanya. Allah I memerintahkan untuk menunaikan amanat itu, barang siapa tidak menunaikannya di dunia, maka dia akan diberikan hukuman kelak pada hari kiamat, sebagaimana yang telah ditegaskan dalam hadits shahih, bahwa Rasulullah r telah bersabda :
صحيح مسلم - (ج 12 / ص 460/ح 4679) و سنن الترمذي - (ج 8 / ص 446/ح 2344) و مسند أحمد - (ج 14 / ص 447/ح 6906) و مسند أحمد - (ج 16 / ص 196/ح 7655) و السنن الكبرى للبيهقي - (ج 6 / ص 93) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 13 / ص 276/ح 6381) و صحيح ابن حبان - (ج 30 / ص 255/ح 7478) : حَدَّ ثَنَا يَحْيَى بْنُ أَ يُّوبَ وَ قُتَيْبَةُ وَ ابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّ ثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عن أَبي هريرة رضي الله عنه أن رَسُول الله صلى الله عليه و سلم ، قَالَ ) لَتُؤَدُّنَّ الحُقُوقَ إِلَى أَهْلِهَا يَومَ القِيَامَةِ ، حَتَّى يُقَادَ لِلشَّاةِ الجَـلْحَاءِ مِنَ الشَّاةِ القَرْ نَاءِ (.
Dari Abu Hurairah t, sesungguhnya Rasulullah r telah bersabda : "Kalian akan benar-benar menunaikan hak-hak itu kepada pemiliknya yang berhak, sehingga kambing yang tidak bertanduk diberi hak untuk menanduk (membalas) kepada kambing yang bertanduk".
Allah I berfirman :
إِ نَّا عَرَضْنَا اْلأَمَا نَةَ عَلَى السَّمَاوَ اتِ وَ اْلأَرْضِ وَ الْجِبَالِ فَأَ بَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَ أَشْفَقْنَ مِنْهَا وَ حَمَلَـهَا اْلإِ نْسَانُ إِ نَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولاً [الأحزاب/72]
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (QS Al-Ahzab (33) : 72)
Allah I memberitahukan bahwa Dia sudah pernah menawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung untuk menjalankan amanat agama dan Dia akan menjadikan bagi mereka balasan berupa pahala dan siksaan, serta mengamanati agama ini kepada mereka. Maka semuanya mengatakan : "Tidak, kami akan tunduk mengikuti perintahMu, kami tidak menginginkan pahala dan tidak juga hukuman". Kemudian Allah I menawarkan taklif (perintah dan larangan dengan semua persyaratannya) kepada manusia. Jika mereka menunaikannya, maka mereka akan diberi pahala, dan jika mengabaikannya, maka mereka akan disiksa. Maka merekapun menerimanya dengan segala kelemahan, kebodohan, dan kezhalimannya kecuali yang diberikan taufik oleh Allah I. Hanya Allah I tempat minta pertolongan.
Hadits-hadits tentang amanah
صحيح البخاري - (ج 1 / ص 58/ح 32) و صحيح مسلم - (ج 1 / ص 191/ح 89) و سنن الترمذي - (ج 9 / ص 221/ح 2555) و مسند أحمد - (ج 17 / ص 373/ح 8331) و السنن الكبرى للبيهقي - (ج 6 / ص 85) و مصنف عبد الرزاق - (ج 11 / ص 156/ح 20191) و السنن الكبرى للنسائي - (ج 6 / ص 329/ح 11127) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 13 / ص 296/ح 6401) : حَدَّ ثَنَا سُلَيْمَانُ أَ بُو الرَّ بِيعِ قَالَ حَدَّ ثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ حَدَّ ثَنَا نَافِعُ بْنُ مَالِكِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ أَ بُو سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) آ يَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَ ثٌ إِذَ ا حَدَّثَ كَذَبَ وَ إِذَ ا وَ عَدَ أَخْلَفَ وَ إِذَ ا اؤْ تُمِنَ خَانَ ( رياض الصالحين - (ج 1 / ص 154) : و في رواية (صحيح مسلم) : ) وَ إِنْ صَامَ وَ صَلَّى وَ زَعَمَ أ نَّهُ مُسْلِمٌ ( .
Dari Abu Hurairah t, bahwa Rasulullah r telah bersabda : "Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji tidak menepati, dan jika dipaercaya ia khianat" dalam sebuah riwayat lain dalam shahih muslim dikatakan pula : "Meskipun dia berpuasa, mengerjakan shalat dan mengaku dirinya sebagai seorang muslim".
صحيح البخاري - (ج 20 / ص 150/ح 6016) و صحيح مسلم - (ج 1 / ص 347/ح 206) و سنن الترمذي - (ج 8 / ص 91/ح 2105) و مسند أحمد - (ج 47 / ص 240/ح 22171) و مستخرج أبي عوانة - (ج 1 / ص 122/ح111) : عن حذيفة بن اليمان رضي الله عنه ، قَالَ ) حدثنا رَسُول الله صلى الله عليه وسلم حدِ يثَينِ قَدْ رَ أ يْتُ أحَدَ هُمَا وَ أَ نَا أَنْتَظِرُ الآخَرَ : حَدَ ثَنَا أَنَّ اْلأَ مَا نَةَ نَزَ لَتْ فيِ جَذرِ قُلُوْبِ الرِّجَالِ ، ثُمَّ نَزَلَ اْلقُرْ آن فَعَلِمُوْا مِنَ القرآن ، وَ عَلِمُوْا مِنَ السُّنَّةِ ، ثُمَّ حَدَّ ثَنَا عَنْ رَفْعِ اْلأَ مَا نَةِ ، فَقَالَ : ) يَنَامُ الرَّجُلُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ اْلأَمَا نَةُ مِنْ قَلْبهِ ، فَيَظَلُّ أثَرُهَا مِثلَ الوَكْتِ ، ثُمَّ يَنَامُ النَّومَةَ فَتُقْبَضُ الأَ مَا نَةُ مِنْ قَلْبهِ ، فَيَظَلُّ أثَرُهَا مِثلَ أَثَرِ المَجْلِ ، كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلَى رِجْلِكَ فَنَفِطَ ، فَتَرَ اهُ مُنْتَبراً وَ لَيسَ فِيهِ شَيءٌ ( ثُمَّ أَخَذَ حَصَاةً فَدَحْرَجَهُ عَلَى رِجْلِهِ ) فَيُصْبحُ النَّاسُ يَتَبَايعُونَ ، فَلا يَكَادُ أَحدٌ يُؤَدّي اْلأَ مَا نَةَ حَتَّى يُقَالَ : إنَّ في بَني فُلان رَجُلاً أميناً ، حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ : مَا أجْلَدَ هُ ! مَا أَظْرَفَهُ ! مَا أَعْقَلَهُ ! وَ مَا في قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّة مِن خَرْدَل مِنْ إيمَان ( وَ لَقدْ أتَى عَلَيَّ زَمَانٌ وَ مَا أُ بَالِي أ يُّكُمْ بَا يَعْتُ : لَئن كَانَ مُسْلِماً لَيَرُدَّ نَّهُ عليَّ دِينهُ ، وَ إنْ كَانَ نَصْرانِيّاً أَوْ يَهُودِياً لَيَرُ دَّ نَّهُ عَلَيَّ سَاعِيهِ ، وَ أَمَّا اليَوْمَ فَمَا كُنْتُ أُبَايعُ مِنْكُمْ إلاَّ فُلا ناً وَ فُلاناً (
Dari Hudzaifah bin Al Yaman t, dia bercerita, Rasulullah r menyampaikan dua hadits kepada kami, dimana aku mengetahui salah satu dari keduanya, dan aku menunggu satu hadits lagi. Beliau r memberitahu kami : "Bahwa amanat itu masuk dan merasuk kedalam lubuk hati orang-orang, kemudian turunlah ayat al Qur'an sehingga mereka mengetahui (amanat) dari al Qur'an dan dari as-Sunnah ( hadits)". Lalu Beliau r memberitahu kami tentang dicabutnya amal, dimana Beliau r bersabda : "Seseorang sedang tidur nyenyak kemudian dicabutlah amanat itu dari dalam hatinya, sehingga bekasnya hanya tersisa sedikit saja. Lalu dia tidur sejenak lagi, maka dicabutlah amanat itu dari dalam hatinya sehingga bekasnya hanya titik-titik saja, seperti bara api yang digelindingkan di atas kakimu maka timbullah bengkak (melepuh) dimana engkaupun melihatnya seperti tidak terdapat apa-apa". Selanjutnya, Beliau r mengambil batu-batu kecil dan kemudian digelindingkan di atas kaki beliau. (Rasulullah r melanjutkan ucapannya) "Lalu orang-orang saling berbai'at dan hampir tidak ada satupun yang menunaikan amanat sehingga dikatakan bahwa di suku fulan ada seorang yang dapat dipercaya, sehingga dikatakan kepada orang itu : "Alangkah sabarnya, alangkah cerdiknya, dan alangkah pandainya dia". Padahal didalam hatinya tidak terdapat iman sedikitpun meski sebesar biji sawi. Sesungguhnya telah datang kepadaku suatu masa dimana aku tidak memperdulikan siapakah diantara kalian yang aku bai'at ; seandainya dia itu seorang muslim, pasti dia akan menunaikan amanatnya kepadaku karena agamanya. Dan jika dia seorang Nasrani atau Yahudi pasti dia akan menunaikan amanatnya kepadaku karena usahanya. Adapun sekarang, aku tidak akan membai'at kecuali si fulan dan si fulan".
Kandungan Hadits diatas adalah sebagai berikut :
· Sabda Rasulullah r:
(أَنَّ اْلأَ مَا نَةَ نَزَ لَتْ فيِ جَذرِ قُلُوْبِ الرِّجَالِ )
" Bahwa amanat masuk dan merasuk kedalam lubuk hati orang-orang ",
Memberikan penjelasan bahwa di dalam Islam, akhlak bukanlah suatu hiasan agar manusia terlihat indah diluarnya saja, tetapi harus benar-benar menjadi sebuah sifat yang mendasar dari dalam jiwa.
Didalam Islam, akhlak merupakan sesuatu yang lebih besar dari pemahaman kemanusiaan yang disuarakan oleh berbagai lembaga dan kelompok jahiliyah modern yang telah menipu berbagai bangsa dan suku dengan bahasa yang indah dan terhiasi. Sebab, menurut Islam, akhlak sangat luas sampai mencakup binatang, dan juga tumbuh-tumbuhan. Dan akhlak ini menetapkan bahwa hubungan seorang muslim dengan makhluk lainnya adalah hubungan cinta dan kasih sayang, bahkan sampai pada cara membunuh dan menyembelih, juga telah diatur di dalamnya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah r bersabda :
صحيح مسلم - (ج 10 / ص 122/ح 3615) و سنن أبي داود - (ج 7 / ص 485/ح 6432) و سنن الترمذي - (ج 5 / ص 295/ح 1329) و سنن النسائي - (ج 13 / ص 394/ح 4329) و مسند أحمد - (ج 34 / ص 477/ح 16490) و المعجم الصغير للطبراني - (ج 3 / ص 198/ح 1085) : حَدَّ ثَنَا أَ بُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّ ثَنَا إِسْمَعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِي قِلاَ بَةَ عَنْ أَبِي اْلأَشْعَثِ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَ ا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَ إِذَ ا ذَ بَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّ بْحَ وَ لْيُحِدَّ أَحَدُ كُمْ شَفْرَ تَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ (
Dari Saddad Ibnu Ausy t, ia berkata , Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya Allah I menetapkan ihsan (kebaikan yang terbaik) bagi segala sesuatu. Jika kalian membunuh, maka lakukanlah dengan cara yang terbaik, dan jika kalian menyembelih maka lakukanlah dengan cara yang terbaik pula. Dan hendaklah salah seorang diantara kalian menajamkan pisaunya dan melegakan sembelihannya".
Menurut Islam, akhlak lebih mendalam dari sekadar pemahaman kemanusiaan modern. Sebab ia menembus yang lahir dan kasatmata sampai ke substansi dan bagian terdalam yaitu jiwa. Menurut Islam bahwasannya akhlak lebih kekal daripada pemahaman kemanusiaan modern yang berakhir dengan berakhirnya umat manusia di muka bumi. Akan tetapi akhlak tidak demikian halnya, ia menghubungkan seorang muslim dengan akhirat, dimana dia akan kekal abadi di sana dengan limpahan rahmat dari Rabbnya di dalam surga yang menyenangkan, penuh kenikmatan. Dia akan mewarisi syurga Firdaus tertinggi sesuai dengan kebaikan dalam akhlak, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah r.
سنن الترمذي - (ج 7 / ص 309/ح 1941) : حَدَّ ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ خِرَ اشٍ الْبَغْدَ ادِيُّ حَدَّ ثَنَا حَبَّانُ بْنُ هِلاَ لٍ حَدَّ ثَنَا مُبَارَ كُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّ ثَنِي عَبْدُ رَ بِّهِ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَ أَ قْرَ بِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَ قًا (
Dari Jaabir t, sesungguhnya Rasulullah r bersabda : " Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku duduknya pada hari kiamat kelak adalah orang yang paling baik akhlaknya".
· Sabda Rasulullah r:
( ثُمَّ نَزَ لَ اْلقُرْ آن فَعَلِمُوْا مِنَ القرآن ، وَ عَلِمُوْا مِنَ السُّنَّة ِ )
" Kemudian mereka mengetahui (amanat) dari Al Qur'an dan as-Sunnah ".
Menjelaskan bahwa akhlak Islam itu bersumber dari al Qur'an dan as-Sunnah. Oleh karena itu, akhlak dan pemahaman (fiqih) merupakan dua hal yang sama pentingnya untuk dipelajari. Dan secara jelas hal itu telah disebutkan dalam beberapa hadits, dimana Rasulullah r bersabda :
صحيح البخاري - (ج 18 / ص 461/ح 5575 ) و مسند أحمد - (ج 14 / ص 64/ح 6526) : حَدَّ ثَنَا وَ كِيعٌ حَدَّ ثَنَا اْلأَعْمَشُ عَنْ شَقِيقٍ وَ ابْنُ نُمَيْرٍ قَالَ أَخْبَرَ نَا اْلأَعْمَشُ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ) خِيَارِكُمْ (اسلامًا) أَحَا سِنُكُمْ أَخْلاَ قًا اِذَا فَقِهُوْا (
Dari Abdullah bin Amr, dia berkata, Rasulullah telah bersabda : " Orang yang paling baik Islamnya diantara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya jika mereka memahami (agama)".
Jelaslah sudah kebaikan Islam itu berkaitan dengan 2 hal : (1) Kebaikan akhlak dan (2) Pemahaman agama.
Jadi jelaslah bahwa barangsiapa yang diberi pemahaman oleh Allah mengenai Islam, berarti Dia menghendaki kebaikan baginya, hal ini disebutkan dalam sabda Nabi :
صحيح البخاري - (ج 22 / ص 287/ح 6767) و موطأ مالك - (ج 5 / ص 377/ح 1400) و صحيح مسلم - (ج 5 / ص 239/ح 1719) و سنن الترمذي - (ج 9 / ص 241/ح 2569) و سنن ابن ماجه - (ج 1 / ص 256/ح 216) و مصنف عبد الرزاق - (ج 11 / ص 403/ح 30851) و المعجم الأوسط للطبراني - (ج 3 / ص 452/ح 1491) و سنن الدارمي - (ج 1 / ص 254/ح 230) و مستخرج أبي عوانة - (ج 14 / ص 483/ح 6063) و مسند أبي يعلى الموصلي - (ج 15 / ص 187/ح 7216) و صحيح ابن حبان - (ج 1 / ص 173/ح 89) و مسند ابن راهويه - (ج 1 / ص 400) : حَدَّ ثَنَا إِسْمَا عِيلُ حَدَّ ثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَ نِي حُمَيْدٌ قَالَ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَ بِي سُفْيَانَ يَخْطُبُ قَال َ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ و َ سَلَّمَ يَقُو لُ ) مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرً ا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ (
Dari Muawiyah Ibnu Abi Sufyan t, dari Rasulullah r ia bersabda : “ Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah I, maka Dia akan menjadikannya faham tentang agamanya”.
Dalam hadits lainnya, Nabi r bersabda :
سنن أبي داود - (ج 10 / ص 49/ح 3157) و سنن الترمذي - (ج 9 / ص 296/ح 2606) و سنن ابن ماجه - (ج 1 / ص 259/ح 219) و مسند أحمد - (ج 44 / ص 192/ح 20723) و سنن الدارمي - (ج 1 / ص 383/ح 351) و صحيح ابن حبان - (ج 1 / ص 171/ح 88) : حَدَّ ثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّ ثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ سَمِعْتُ عَاصِمَ بْنَ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ يُحَدِّثُ عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّي جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ) وَ إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَ ثَةُ اْلأ َنْبِيَاءِ وَ إِنَّ الأَ نْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّ ثُوا دِينَارًا وَ لاَ دِرْهَمًا وَرَّ ثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَ افِرٍ(
Hadits dari Abu Darda t, dari Rasulullah r beliau bersabda : “Sesungguhnya Ulama itu pewaris para Nabi dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu, maka barang siapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak”
Dengan demikian, akhlak Islam itu kembali kepada pemahaman terhadap ajaran agama (al Qur'an dan As-Sunnah).
· Sabda Rasulullah r :
)يَنَامُ الرَّجُلُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ اْلأَمَا نَةُ مِنْ قَلْبهِ ، فَيَظَلُّ أثَرُهَا مِثلَ الوَكْتِ ، ثُمَّ يَنَامُ النَّومَةَ فَتُقْبَضُ الأَ مَا نَةُ مِنْ قَلْبهِ ، فَيَظَلُّ أثَرُهَا مِثلَ أَثَرِ المَجْلِ ، كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلَى رِجْلِكَ فَنَفِطَ ، فَتَرَ اهُ مُنْتَبراً وَ لَيسَ فِيهِ شَيءٌ : فَيُصْبحُ النَّاسُ يَتَبَايعُونَ ، فَلا يَكَادُ أَحدٌ يُؤَدّي اْلأَ مَا نَةَ(
" Seseorang sedang tidur nyenyak kemudian dicabutlah amanat itu dari dalam hatinya, sehingga bekasnya hanya tersisa sedikit saja. Lalu dia tidur sejenak lagi, maka dicabutlah amanat itu dari dalam hatinya sehingga bekasnya hanya titik-titik saja, seperti bara api yang digelindingkan di atas kakimu maka timbullah bengkak (melepuh) dimana engkaupun melihatnya seperti tidak terdapat apa-apa " ; " Lalu orang-orang saling berbai'at (berjual beli) dan hampir tidak ada satupun yang menunaikan amanat ".
Didalam kitab, Fat-hul Baari (XII/39) Al Hafiz Ibnu Hajar Al Atsqolaniy mengatakan : "Inti dari berita ini adalah bahwa Rasulullah memberikan peringatan mengenai pencabutan amanat. Dan bahwasannya, orang yang tadinya disifati amanat akan ditarik kembali sifat amanatnya sehingga dia menjadi penghianat, padahal sebelumnya ia terkenal sebagai orang yang bisa dipercaya. Dan sering terjadi dalam realita kehidupan ini dimana orang-orang yang bergaul dan menitipkan wewenang kepada para orang-orang terpilih tetapi dikemudian hari mereka berubah menjadi para pengkhianat amanat. Dan mereka menjadi pengkhianat karena pengaruh teman pergaulannya (lingkungannya / komunitasnya), sebab sifat teman-temannya itu akan mempengaruhi temannya, jika tidak didampingi al Qur'an dan as-Sunnah.
مسند أحمد - (ج 17 / ص 107/ح 8065) و الإبانة الكبرى لابن بطة - (ج 1 / ص 368/ح 359) و المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 17 / ص 165/ح 7427) : حَدَّ ثَنَا أَ بُو عَامِرٍ حَدَّ ثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّ ثَنِي مُوسَى بْنُ وَ رْدَ انَ عَنْ أَبِي هُرَ يْرَ ةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ) الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَـلْـيَنْظُرْ أَحَدُ كُمْ مَنْ يُخَالِلْ (
Dari Abi Hurairah t, sesungguhnya Nabi r telah bersabda : "Seseorang itu dikenal melalui agama temannya, maka hendaklah salah seorang diantara kamu melihat siapa temannya".
Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa diantara akhlak itu ada yang bersifat insting dan ada juga yang bersifat dibina dan diupayakan. Orang di atas adalah orang yang memperoleh amanat, sehingga dia menjadi orang yang dipercaya, tetapi dia tidak menjaganya / mengikatnya sehingga dia kembali pada karakternya semula yang memperturutkan keburukan syahwatnya. Lihat firman Allah dibawah ini :
إِنَّ النَّفْسَ لأَ مَّارَ ةٌ بِالسُّو ءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَ بِّي [يوسف/53]
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku (karena dikendalikan al Qur'an dan as-Sunnah) (QS Yusuf (12) : 53)
فَلاَ تَتَّبِعُوا الْهَوَ ى أَنْ تَعْدِلُوا [النساء/135]
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.(QS An-Nisaa (4): 53)
وَ إِنَّ كَثِيرً ا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَ ا ئِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ [الأنعام/119]
Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. (QS Al An'am (6) : 53)
وَ لَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَ اءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَ اتُ وَ اْلأَرْضُ [المؤمنون/71]
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka (tanpa al Qur'an dan as-Sunnah), pasti binasalah langit dan bumi ini, (QS Al Mu'minuun (23) : 71)
Oleh karena itu, akhlak bisa dirubah. Karena seandainya tidak bisa dirubah, niscaya pelajaran dan nasihat itu tidak mempunyai makna dan tidak berarti. Bagaimana mungkin akhlak tidak bisa dirubah padahal kita melihat binatang buas saja bisa bersikap jinak, kudapun bisa jinak, dan anjing pemburu bisa dididik. Yang menjadi masalah adalah bahwa sebagian jiwa ada yang cepat menerima perbaikan, tetapi ada pula sebagian lainnya yang sulit menerima perubahan. Hal itu tergantung tekad mereka mendekat kepada Allah I. Dan dibutuhkan keseriusan dalam memegang amanah ini bahwa Allah I diatas segalanya, lihat firman Allah I dibawah ini :
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُ كُمْ وَ أَبْنَاؤُ كُمْ وَ إِخْوَا نُكُمْ وَ أَزْوَ اجُكُمْ وَ عَشِيرَ تُكُمْ وَ أَمْوَ الٌ اقْتَرَفْتُمُو هَا وَ تِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ
كَسَادَهَا وَ مَسَاكِنُ تَرْضَوْ نَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَ رَسُولِهِ وَ جِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَ بَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَ
اللَّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ [التوبة/24]
Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.(QS At-Taubah (9) : 24)
· Sabda Rasulullah r:
)إنَّ في بَني فُلان رَجُلاً أميناً ، حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ : مَا أجْلَدَ هُ ! مَا أَظْرَفَهُ ! مَا أَعْقَلَهُ ! وَ مَا في قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّة مِن خَرْدَل مِنْ إيمَان(
"Sehingga dikatakan bahwa di suku fulan ada seorang yang dapat dipercaya, sehingga dikatakan kepada orang itu : "Alangkah sabarnya, alangkah cerdiknya, dan alangkah pandainya dia". Padahal didalam hatinya tidak terdapat iman sedikitpun meski sebesar biji sawi ".
Bagian hadits ini menjelaskan bahwa akhlak dan iman saling berdampingan, jika salah satu dari keduanya dicabut, maka yang lain akan tercabut pula. Hal ini disebutkan dalam sabda Rasulullah r dibawah ini :
المستدرك على الصحيحين للحاكم - (ج 1 / ص 62/ح 57) : حدثنا أبو بكر بن إسحاق الفقيه ، أنا محمد بن غالب ، أنا موسى بن إسماعيل ، ثنا جرير بن حازم ، عن يعلى بن حكيم ، عن سعيد بن جبير ، عن ابن عمر رضي الله عنهما ، قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم ) الحَيَاءُ وَ اْلإِ يْمَان ُ قَرْنـــًا جَمَِيْعًا ، فَإِذَ ا رُ فِعَ أَحَدُ هُمَا رُفِعَ اْلآخَرُ ( . « هذا حديث صحيح على شرطهما »
Dari Ibnu Amr t, ia berkata, sesungguhnya Rasulullah r telah bersabda : "Malu dan iman itu bersatu padu. Jika salah satu dari keduanya dicabut, maka yang lainnya akan tercabut juga".
Malu merupakan puncak dari akhlak Islam yang tercermin dalam perbuatan. Malu[1] itu menjadikannya tumbuh dan penuh berkah serta pemandangan yang menyenangkan bagi mata manusia.
Dalam kehidupan dan konsep sebaik-baik abad yang pertama (masa sahabat dan tabi'in), akhlak merupakan aqidah, sehingga dalam kehidupan mereka akhlak menempati tempat yang sangat tinggi. Lalu sejarah menulis perjalanan hidup mereka dengan huruf-huruf yang penuh keharuman, yang mengisi penuh kehidupan mereka dengan keutamaan, kebaikan, keshalihan dan perbaikan.
Setelah zaman mengalami perubahan, iman dan rasa malu sudah mulai terkikis dan lenyap, maka anda mendapatkan seseorang, lalu anda akan berkata : "Alangkah sabar, cerdas dan pandainya dia", tetapi dia ibarat sebuah bangunan yang telah roboh menutupi atapnya, didalam hatinya tidak terdapat iman sedikitpun meski hanya sebesar biji sawi. Indah dipandang dari luar, indah penampilan tapi tidak ada bukti nyata dalam kesehariannya, mereka hanya pandai berdebat dan menyalahkan dengan ilmunya, bukan memecahkan permasalahan umat dan memajukan umat, malah mengkotak-kotakan umat. Karena memang mereka hanya puas disebut orang yang sabar, cerdas dan pandai, bukan seorang pejihad sejati yang sesuai dengan parameter al Qur'an dan as-Sunnah.
· Sabda Rasulullah r:
)وَ لَقدْ أتَى عَلَيَّ زَمَانٌ وَ مَا أُ بَالِي أ يُّكُمْ بَا يَعْتُ : لَئن كَانَ مُسْلِماً لَيَرُدَّ نَّهُ عليَّ دِينهُ ، وَ إنْ كَانَ نَصْرانِيّاً أَوْ يَهُودِياً لَيَرُ دَّ نَّهُ عَلَيَّ سَاعِيهِ ، وَ أَمَّا اليَوْمَ فَمَا كُنْتُ أُبَايعُ مِنْكُمْ إلاَّ فُلا ناً وَ فُلاناً(
"Sesungguhnya telah datang kepadaku suatu masa dimana aku tidak memperdulikan siapakah diantara kalian yang aku bai'at ; seandainya dia itu seorang muslim, pasti dia akan menunaikan amanatnya kepadaku karena agamanya. Dan jika dia seorang Nasrani atau Yahudi pasti dia akan menunaikan amanatnya kepadaku karena usahanya. Adapun sekarang, aku tidak akan membai'at kecuali si fulan dan si fulan".
Menjelaskan keharusan adanya penghalang yang mencegah umat manusia dari berbagai keburukan dan mengantar mereka menuju amal shalih. Hal itu menginspirasikan perlunya pengangkatan orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang selalu melakukan kebaikan serta ulil amri untuk meluruskan dan memperbaiki umat manusia. Jika tidak maka akan terputuslah ikatan mereka.
إحياء علوم الدين - (ج 1 / ص 6) : وقال صلى الله عليه وسلم ) أَ فْضَلُ النَّاسِ اْلمُؤْ مِنُ اْلعَالِمُ الَّذِي إِنِ احْتِيْجَ إِ لَيْهِ نَفَعَ وَ إِ نِ اسْتَغْنَي عَنْهُ أَغْنَى نَفْسَهُ (
Hadist dari Abu Darda t, Rasulullah r bersabda : "Seutama-utamanya manusia adalah orang mu'min yang 'alim (pandai), jika dibutuhkan maka ia berguna dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia mencukupkan dirinya. (HR Baihaqi dari Ihya Ulumidin juz 1 hal 6)
جامع بيان العلم وفضله لابن عبد البر - (ج 1 / ص 221/ح 205) : أخبرنا أحمد بن عبد الله ، نا مسلمة ، نا يعقوب بن إسحاق العسقلا ني ، ثنا محمد بن أحمد بن عمير بن سنان قال : أنا حسين بن منصور النيسابوري قال : حدثنا عيسى بن إبراهيم الهاشمي ، ثنا الحكم بن عبيد الله ، ثنا عبادة بن نسي ، عن عبد الرحمن بن غنم ، عن معاذ بن جبل قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم )العالم أمين الله في الأرض (
Hadits dari Muadz t, Rasulullah r bersabda : " Orang pandai (berilmu) adalah kepercayaan Allah di muka bumi ".
الفقيه والمتفقه للخطيب البغدادي - (ج 1 / ص 147/ح 132) - أبو بكر أحمد بن علي بن ثابت بن أحمد بن مهدي : أنا أبو الحسين ، محمد بن أحمد بن محمد بن حسنون النرسي قال : أنا محمد بن عبد الله بن الحسين الدقاق ، نا ابن منيع ، نا إسحاق بن إبراهيم المروزي ، نا عبد القدوس بن بكر بن خنيس ، - وكان من خيار الناس - ، نا ضرار بن عمرو ، - قال عبد القدوس : لقيته بملطية قال : وكان يقال : من أطول الناس حزنا و أطوله بكاء - عن إسحاق بن عبد الله بن أبي فروة قال )أقرب الناس مِن درجة النبوة ، أهل العلم و أهل الجهاد , فأما أهل العلم ، فدلُّوا الناس على ما جاءت به الرسل ، و أما أهل الجهاد فجاهد وا على ما جاءت به الرسل (
Dari Ishak Ibnu Abdillah t ia berkata : Orang yang paling dekat derajatnya dengan kenabian adalah ahli ilmu dan ahli jihad. Adapun orang yang ahli ilmu maka mereka menunjukkan manusia kepada ilmu yang dibawa para rasul, sedangkan ahli jihad maka mereka berjuang dengan pedang mereka atas apa yang dibawa para rasul.
فوائد تمام - (ج 3 / ص 406/ح 1404) و جامع بيان العلم وفضله لابن عبد البر - (ج 2 / ص 292/ح 743) : أخبرنا أبو علي محمد بن هارون بن شعيب من ولد ثمامة بن عبد الله بن أنس ، ثنا زكريا بن يحيى السجز ي ، ثنا شيبان بن فروخ الأبلي ، ثنا حميد بن زياد الميمو ني ، ثنا ميمون بن مهران ، عن ابن عباس ، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال )صنفان من أمتي إذا صلحا صلح الناس ، و إذا فسدا فسد الناس : السلطان ، و العلماء (
Hadits dari Ibnu Abbas t, Rasulullah r bersabda : " Dua golongan dari umatku apabila mereka baik maka manusia menjadi baik, dan apabila mereka rusak maka manusia menjadi rusak yaitu para pemegang pemerintahan dan para ulama ".
[1] Malu disini adalah malu jika kurang ilmu, kurang amal dan kurang faqih dalam agama, serta malu jika berbuat munkar kepada Allah baik kemunkaran yang kecil apalagi yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar